Rahasia Diam: Bagaimana Menjadi Pendengar yang Baik

Mendengarkan secara aktif, refleksi, dan mengidentifikasi ‘mengapa’ dapat memperdalam hubungan dan membangun kepercayaan

Walker Larson

Kita hidup dalam lautan suara. Kata-kata datang dari segala arah—radio, TV, podcast, blog—dan semua orang ingin berbagi pendapatnya. Kita juga bergulat dengan kebisingan batin, gangguan terus-menerus dari pikiran, rencana, kekhawatiran, harapan, dan penyesalan kita sendiri. 

Di tengah semua kebisingan ini, mendengarkan bisa menjadi sulit. Sering kali, kita hanya memberikan setengah perhatian, menyerap sebagian kata-kata orang lain sambil tetap terganggu oleh pikiran kita sendiri atau informasi dari ponsel kita.

Namun, mendengarkan dengan sungguh-sungguh memiliki kekuatan yang luar biasa. Kemampuan mendengarkan yang baik dapat meningkatkan hampir setiap aspek kehidupan kita, mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga politik. 

Mendengarkan dengan baik mengurangi kesalahpahaman, meningkatkan hubungan, menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, dan membangun kepercayaan. Penulis dan pembicara Simon Sinek bahkan menyatakan bahwa mendengarkan adalah cara terbaik untuk membangun kepercayaan dan menemukan titik temu, yang berdampak pada de-eskalasi konflik di berbagai tingkatan, mulai dari pribadi hingga internasional.

Sinek mengamati, “Mendengarkan adalah cara untuk membangun kepercayaan dengan seseorang … ini adalah cara menemukan titik temu dalam perbedaan, baik dalam kasus sederhana seperti bisnis maupun dalam kasus yang lebih kompleks seperti politik nasional atau global, bahkan perang.”

Sinek juga mencatat bahwa mendengarkan jarang sekali diajarkan sebagai keterampilan. Sebagian besar dari kita telah mengambil kelas berbicara di depan umum, tetapi Anda tidak akan menemukan “Mendengarkan 101” di katalog mata kuliah universitas mana pun. 

“Sebagai budaya, kita memperlakukan mendengarkan sebagai proses otomatis yang tidak banyak dibahas,” tulis M.M. Owen. 

“Ketika konsep mendengarkan dibahas secara mendalam, itu dalam konteks komunikasi profesional—sesuatu yang harus diasah oleh pemimpin dan mentor, tetapi bisa diabaikan oleh orang lain.” 

Namun, seperti keterampilan lainnya, mendengarkan tidak datang secara alami bagi kebanyakan dari kita—kita mungkin perlu bimbingan dan latihan untuk menjadi pendengar yang lebih baik dan memperoleh manfaat darinya.

Mendengarkan dengan baik bukanlah hal sepele. “Mendengarkan dengan baik, yang butuh waktu lama untuk saya sadari,” lanjut Owen, “adalah semacam trik ajaib: kedua belah pihak menjadi lebih lembut, berkembang, dan merasa tidak sendirian.”

Tentu saja, kita semua ingin merasa kurang sendirian. Artikel ini menawarkan beberapa kiat untuk menjadi pendengar yang lebih baik.

Berlatih Mendengarkan Secara Aktif

M.M. Owen menyadari betapa menyenangkannya berbicara dengan seseorang yang memberikan perhatian penuh, dan ia ingin menjadi seperti itu. 

Dalam perjalanannya menjadi pendengar yang lebih baik, Owen merujuk pada karya psikolog abad ke-20, Carl Rogers, yang mencetuskan istilah “mendengarkan secara aktif.”

Rogers percaya bahwa didengarkan dengan cermat, dalam, dan penuh empati dapat mengubah seseorang, dan ia menggunakan teknik ini dalam praktik terapinya. Namun, ia juga menganggapnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Rogers, mendengarkan secara aktif adalah “salah satu kunci utama untuk membuat seseorang merasa kurang sendirian, lebih bebas, dan lebih mampu memahami diri sendiri.”

Menurut Harvard Business Review, ada tiga aspek utama dalam mendengarkan secara aktif:

  1. Kognitif. Berfokus secara mental pada informasi, baik eksplisit maupun implisit, yang coba disampaikan oleh lawan bicara.
  2. Emosional. Menjaga keseimbangan emosi, bahkan ketika informasi yang diterima mungkin mengganggu. Kunci utama di sini adalah belas kasih.
  3. Perilaku. Memastikan bahwa lawan bicara menyadari bahwa Anda benar-benar mendengarkan, melalui isyarat verbal dan nonverbal (seperti kontak mata, mengangguk, dan menghadap ke pembicara).

Dengan membuka diri secara kognitif, emosional, dan perilaku terhadap apa yang dikatakan orang lain, kita menciptakan peluang untuk pertemuan pikiran dan hati yang sesungguhnya.

Merefleksikan Kata-Kata Lawan Bicara

Merefleksikan kata-kata orang lain berarti mengulang kembali apa yang mereka katakan dan meminta konfirmasi apakah pemahaman kita sudah benar. Psikolog klinis Ali Mattu menjelaskan manfaatnya:

  1. Menunjukkan bahwa kita benar-benar mendengarkan dan peduli dengan apa yang dikatakan.
  2. Membantu menekan keinginan untuk menyela atau memberikan nasihat, serta meningkatkan empati dan pemahaman.
  3. Mengurangi kesalahpahaman dengan memberikan kesempatan klarifikasi secara langsung.

Psikolog Jordan Peterson menyebut teknik ini sebagai “merangkum hingga mereka puas,” yaitu memastikan bahwa kita dapat mengulangi maksud lawan bicara dengan cara yang mereka anggap akurat.

Menghindari ‘Shift Response’

Sering kali, kegagalan kita dalam mendengarkan berasal dari ego yang terlalu besar. Owen mengakui bahwa ketika muda, ia menikmati percakapan, tetapi lebih menikmati berbicara daripada mendengarkan. Ketika giliran orang lain berbicara, ia sering merasa mendengarkan adalah beban.

Salah satu trik ego dalam percakapan adalah “shift response,” yaitu mengalihkan topik kembali ke diri sendiri. Misalnya:

Teman: “Aku harus membayar tagihan tukang ledeng yang sangat mahal hari ini.”

Kita: “Benarkah? Aku pernah membayar Rp5 juta hanya untuk memperbaiki saluran air di dapur! Tukangnya datang seharian dan…”

Jelas bahwa dalam kasus ini, kita hanya mendengarkan agar bisa kembali berbicara—tentang diri kita sendiri.

Memahami ‘Makna Total’

Dalam contoh tagihan tukang ledeng di atas, pendengar yang cermat akan menyadari bahwa teman tersebut mencari simpati, bukan hanya ingin berbagi fakta. Carl Rogers menyebut konsep ini sebagai “makna total,” yaitu memahami tidak hanya isi pembicaraan tetapi juga perasaan yang mendasarinya.

Jika kita hanya menangkap kata-kata tanpa memahami perasaan di baliknya, peluang untuk membangun hubungan bisa hilang begitu saja.

Menjadi Pendengar yang Lebih Baik

Daftar teknik mendengarkan ini masih jauh dari lengkap, dan menerapkannya tidak akan serta-merta membuat kita menjadi pendengar yang sempurna. Namun, setiap langkah kecil menuju dunia yang lebih penuh perhatian akan menghasilkan manfaat yang besar.

Jordan Peterson mengamati, “Tidak ada yang tidak akan diceritakan seseorang kepada Anda jika Anda mendengarkan dengan baik.” Mendengarkan dengan penuh perhatian bukan hanya membuka wawasan kita, tetapi juga dapat membantu menyembuhkan perpecahan di dunia ini.

FOKUS DUNIA

NEWS