EtIndonesia. Sebuah rumah sakit di Prefektur Aomori, Jepang, mengalami sebuah kasus pembunuhan pada tahun 2023 di mana seorang pria dibunuh oleh pasien lain dengan gagang sikat gigi, namun pihak rumah sakit mengeluarkan sertifikat kematian yang menyatakan bahwa korban meninggal karena “pneumonia”, dan pada Sabtu (15/2) saudara direktur rumah sakit yang terlibat ditangkap oleh polisi.
Polisi menemukan bahwa lebih dari seratus sertifikat kematian yang ditandatangani oleh seorang dokter tua yang diduga menderita demensia, dengan sebagian besar penyebab kematian dicatat sebagai “pneumonia”.
Menurut laporan Yomiuri Shimbun, sebuah insiden terjadi pada malam tanggal 12 Maret 2023 di Rumah Sakit Umum Mutsu, Aomori, yang memiliki 413 tempat tidur, di mana seorang pasien laki-laki berusia 73 tahun, Takahashi Seietsu, dibunuh secara brutal oleh seorang pasien berusia 59 tahun yang menderita abstinence syndrome atau sindrom penarikan neonatal dengan menggunakan gagang sikat gigi. Untuk menyembunyikan kejadian pembunuhan tersebut, pihak rumah sakit mengeluarkan sertifikat kematian pada hari berikutnya, mencatat bahwa penyebab kematian adalah karena pneumonia.
Pada Sabtu (15/2), polisi menangkap direktur rumah sakit berusia 61 tahun, Ishiyama Takashi, dan dokter pribadi korban, Ishiyama Tetsu, yang berusia 60 tahun, yang merupakan saudara, dan mereka telah diserahkan ke kejaksaan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Otoritas penyelidikan menemukan bahwa sertifikat kematian yang dipalsukan ini ditandatangani oleh seorang dokter berusia 89 tahun yang diduga mengalami demensia dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Otoritas penyelidikan kemudian menyita lebih dari seratus sertifikat kematian yang ditandatangani oleh dokter ini, di mana lebih dari setengahnya mencatat penyebab kematian sebagai “pneumonia”. Otoritas penyelidikan mencurigai bahwa pemalsuan sertifikat kematian oleh rumah sakit ini telah menjadi praktek rutin.
Melansir laman Yomiuri Shimbun, bahwa dokter berusia 89 tahun itu memiliki lisensi medis dan telah bekerja di rumah sakit tersebut. Dia didiagnosis mungkin menderita Ensefalopati Wernicke, sejenis cedera otak dan dialihkan ke Rumah Sakit Umum Mutsu, Aomori untuk perawatan pada Desember 2022 dari rumah sakit lain. Putra tertua dari dokter tua itu mengatakan dalam wawancara dengan Yomiuri bahwa “untuk berbicara pun sulit bagi ayah saya, sulit baginya untuk mengeluarkan sertifikat kematian”.
Staf Rumah Sakit Umum Mutsu dan orang yang terkait dengan investigasi menyatakan bahwa di malam hari ketika tidak ada dokter yang bertugas, jika ada pasien yang kondisinya memburuk dan meninggal, mereka akan mengeluarkan sertifikat kematian yang ditandatangani oleh dokter tua tersebut. Sementara itu, dokter tua tersebut meninggal pada tahun 2024. (jhn/yn)