Epidemi di Tiongkok Terus Menyebar, Jumlah Kematian Meningkat, Pihak Berwenang Sembunyikan Kebenaran

EtIndonesia. Wabah di Tiongkok terus menyebar, rumah sakit di berbagai daerah penuh sesak, dan krematorium harus membuat daftar tunggu untuk proses kremasi jenazah. Banyak warga yang mengungkapkan bahwa wabah ini mulai merebak sebelum Tahun Baru Imlek, dengan banyak orang mengalami demam berulang dan nyeri tubuh parah. Obat tidak efektif, beberapa berkembang menjadi “paru-paru putih” (white lung), dan jumlah kematian mendadak meningkat tajam.

Seorang warga dari timur laut Tiongkok berkata: “Lihatlah orang-orang ini, semuanya datang untuk berobat. Terlalu banyak!”

Pada pertengahan Februari, banyak warga memberitahukan kepada reporter New Tang Dynasty bahwa gelombang wabah baru merebak sebelum Tahun Baru Imlek, menyebabkan banyak keluarga jatuh sakit parah, sementara pemerintah menutup-nutupinya.

Seorang warga Tianjin, Liu, mengatakan: “Di sekitar saya, banyak yang mengalami demam dan pilek secara bergantian, sekeluarga sekaligus, sangat parah. Saya sendiri juga mengalami demam ringan selama beberapa hari. Saya tahu ada beberapa orang yang mengalami kematian mendadak akibat penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Yang paling banyak terkena dampaknya adalah mereka yang berusia antara 40 hingga 60 tahun. Setidaknya saya tahu tiga atau empat orang di rentang usia ini yang meninggal mendadak.”

Seorang warga desa di Kabupaten Jianhe, Guizhou, mengatakan: “Ada orang dewasa dan anak-anak yang meninggal mendadak. Ini bukan flu biasa, tetapi sangat serius. Saat saya pergi ke rumah sakit pada tanggal sepuluh Imlek, tempat itu penuh sesak. Di desa, banyak kasus stroke mendadak, dan jika tidak segera tertangani, mereka akan meninggal.”

Kementerian Kesehatan PKT dan Pusat Pengendalian Penyakit mengklaim bahwa ini adalah musim puncak penyakit pernapasan, dengan risiko penyebaran penyakit meningkat. Tingkat positif flu meningkat secara signifikan, dan sebagian besar merupakan flu tipe A.

Seorang warga Tiongkok berkata: “Tingkat penyebaran flu A tahun ini diperkirakan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Kemarin saya pergi ke klinik, dan suasananya seperti orang-orang berebut belanja di supermarket!”

Situs berita Dahe.com melaporkan bahwa Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Zhengzhou mencatat jumlah pasien rawat jalan mencapai 43.000 orang dalam satu hari pada hari keenam Tahun Baru Imlek.

Seorang dokter di Tiongkok berkata: “Di sebuah rumah sakit kota di Heze, Shandong, jumlah pasien rawat jalan dalam sehari juga mencapai lebih dari 10.000 orang. Saya sampai berpikir, dari mana datangnya begitu banyak pasien?”

Banyak warga yang mengunggah video di media sosial, mengeluhkan bahwa gejala mereka mirip dengan COVID-19.

Seorang penyiar wanita di Tiongkok berkata: “Awalnya saya pikir ini hanya flu biasa, jadi saya segera pergi ke klinik dan mendapat infus selama dua hari, tetapi tidak ada efek sama sekali. Saya masih merasa seluruh tubuh sakit. Rasanya persis seperti dulu saat kena COVID-19.”

Seorang warga Shanghai berkata: “Menurut saya, flu A kali ini lebih parah dibandingkan COVID-19.”

Pada akhir 2019, COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, tetapi pemerintah PKT menyembunyikan informasi dan menyatakan bahwa virus ini tidak menular antar manusia, menyebabkan penyebaran global dan jutaan kematian. 

Kini, wabah besar kembali terjadi, tetapi pemerintah mengklaim bahwa ini hanya flu A. Banyak warga menuduh pemerintah mengulangi kebohongan yang sama.

Seorang warga Tiongkok berkata: “Flu A ini benar-benar tidak bisa ditahan. Saya mengalami demam berulang dan seluruh tubuh terasa sakit. Sudah beberapa hari dan tetap saja demam. Obat tidak ada gunanya.”

Warga lainnya berkata: “Mereka menyebutnya flu A, tapi menurut saya sama sekali tidak berbeda dari COVID-19 sebelumnya. Bahkan mungkin lebih parah.”

Banyak warga juga melaporkan bahwa semakin banyak orang di sekitar mereka yang meninggal setelah terinfeksi. Krematorium penuh sesak.

Seorang blogger Tiongkok berkata: “Saya baru saja pulang dari krematorium, baru selesai menyiapkan altar duka untuk ibu saya. Besok ada 11 upacara pemakaman yang akan diadakan, semuanya untuk orang-orang yang meninggal selama periode Tahun Baru Imlek ini. Saya juga mendengar bahwa sehari sebelum dan sesudah ibu saya masuk rumah sakit, dari 10 pasien, 9 di antaranya meninggal. Itu sangat mengejutkan.”

Seorang warga Chaohu, Anhui, bernama Zhang, mengatakan: “Sejak pemerintah mencabut kebijakan nol-COVID pada akhir 2022, jumlah kematian di daerah ini terus meningkat. Dalam dua bulan terakhir, situasinya semakin memburuk. Jalan menuju krematorium di belakang rumah saya dipenuhi mobil jenazah dari pagi hingga malam, dan musik duka terus diputar. Bahkan pada dini hari, setiap 5 hingga 10 menit, ada mobil jenazah yang menuju krematorium. Cerobong asap krematorium terus mengepul, tanpa henti. Orang-orang di sini sudah terbiasa, menjadi mati rasa. Tapi kematian terus terjadi.”

Seorang warga Jinzhai, Lu’an, Anhui, yang menggunakan nama samaran Zhang Xiong berkata: “Wabah kali ini sangat parah. Semua klinik dan rumah sakit penuh sesak. Banyak pasien sedang menunggu tempat tidur kosong, sementara jumlah kematian meningkat tajam. Kebanyakan yang meninggal adalah orang tua, tetapi ada juga orang dewasa muda.” 

“Bisnis krematorium sangat ramai. Di daerah kami, ada sekitar 20-30 kematian setiap hari. Kami bahkan membangun krematorium baru yang besar, dengan lebih dari 10 tungku pembakaran yang beroperasi setiap hari. Sekarang, banyak rumah di daerah pegunungan kosong, karena para penghuninya telah meninggal.”

Pada 15 Januari 2023, pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi, menyatakan bahwa selama lebih dari tiga tahun, pemerintah PKT terus menyembunyikan angka kematian akibat pandemi, dan sebenarnya sudah ada 400 juta orang yang meninggal dunia. Guru Li menyebutkan bahwa ketika gelombang wabah ini berakhir, jumlah kematian di Tiongkok akan mencapai 500 juta.

Pada Agustus 2023, Guru Li Hongzhi kembali memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 menargetkan Partai Komunis Tiongkok serta orang-orang yang secara membabi buta mengikuti, mendukung, atau bekerja untuk rezim tersebut. Guru Li juga menyebutkan bahwa semakin banyak anak muda yang meninggal dunia dalam wabah terbaru ini. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS