Freddy Handoko Istanto: Sosok Dosen Arsitektur dan Pemerhati Heritage Surabaya 

Freddy Handoko Istanto, seorang dosen arsitektur di Universitas Ciputra Surabaya, adalah sosok yang tidak bisa dilepaskan dari upaya pelestarian bangunan bersejarah di Kota Pahlawan. Sejak 1998, Freddy telah menunjukkan kepeduliannya terhadap bangunan cagar budaya (BCB), menjadikannya salah satu tokoh penting dalam gerakan pelestarian heritage di Surabaya. Melalui perannya sebagai Ketua Surabaya Heritage Society dan Direktur Syarikat Pusaka Surabaya, Freddy tidak hanya mengajar di ruang kuliah, tetapi juga aktif mengadvokasi pentingnya menjaga warisan sejarah melalui bangunan-bangunan kuno yang sarat cerita. Meski telah pensiun sebagai dosen namun kecintaannya pada heritage tidaklah berhenti, tidak pernah pensiun.

“Sejak muda, kemanapun saya pergi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri saya senang untuk mendatangi bangunan tua yang tentunya memiliki sejarah,” kata Freddy Handoko Isnanto.

Kecintaan Freddy pada Bangunan Bersejarah 

Freddy Handoko Istanto memiliki kecintaan yang mendalam terhadap bangunan bersejarah. Baginya, setiap bangunan kuno menyimpan cerita dan nilai sejarah yang tidak dimiliki oleh bangunan modern. “Traveling untuk melihat BCB sudah seperti kegiatan rutin dan wajib. Saat jalan-jalan, saya selalu menyempatkan untuk mengapresiasi tempat-tempat bersejarah di mana pun berada,” ujarnya. Freddy telah mengunjungi berbagai negara, mulai dari Singapura, Jepang, hingga Eropa, untuk mempelajari arsitektur dan budaya setempat. Namun, kecintaannya pada heritage Surabaya tetap tak tergantikan. 

Di Surabaya, Freddy kerap menjelajahi kawasan-kawasan bersejarah seperti Kampung Lawang Seketeng dan Jalan Kembang Jepun. Menurutnya, Surabaya memiliki lebih dari 200 bangunan cagar budaya, mulai dari rumah tinggal, rumah ibadah, hingga pasar tradisional. “Lihat BCB sebagai bentuk refreshing ketika saya sudah penat menghadapi banyaknya pekerjaan,” tuturnya. 

Sayangnya kawasan-kawasan tersebut tidak seluruhnya mendapat perhatian hingga banyak yang terbengkalai. “Surabaya memang sejak zaman lampau dikenal sebagai kota niaga, hingga pendatang hanya datang untuk berniaga. Jadi kita untuk menjadikan kawasan BCB sebagai tempat wisata menjadi kurang perhatian. Kita kalah dengan Kota Batu, Malang, Semarang, Yogjakarta dan banyak lagi. Padahal potensinya sangat besar untuk menjadi kawasan wisata,“ jelasnya kepada The Epoch Times.

Pemikiran Freddy tentang Pelestarian Heritage 

Freddy Handoko Istanto percaya bahwa pelestarian bangunan bersejarah bukan hanya tentang menjaga fisik bangunan, tetapi juga tentang mempertahankan cerita dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ia menekankan pentingnya kajian akademis yang valid dalam menetapkan status bangunan cagar budaya. “Pemerintah Kota perlu mengkaji kembali BCB-BCB yang sudah ditetapkan dengan kajian akademis yang valid,” ujarnya. 

Selain itu, Freddy menyarankan agar pemerintah dan stakeholder lainnya bersinergi untuk mengembangkan kawasan heritage sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan. “Pebisnis-pebisnis bersinergi dengan bantuan finansial untuk membangun kawasan itu. Salah satu caranya memberi bangkitan ekonomi, tidak sekedar pergudangan,” katanya. 

Beberapa Ulasan Freddy tentang Kawasan Heritage Surabaya 

1. Jalan Kembang Jepun 

Jalan Kembang Jepun adalah salah satu kawasan heritage yang paling sering dibahas oleh Freddy. Menurutnya, kawasan ini memiliki 104 bangunan kuno dengan desain arsitektur yang memadukan unsur Yunani, Tiongkok, dan kolonial. “Bangunan-bangunan kuno ini rata-rata memiliki desain arsitektur yang sama. Yakni perpaduan arsitektur Yunani, Tiongkok, dan kolonial,” jelas Freddy. Namun, arsitektur kolonial mendominasi, dengan ciri khas pilar-pilar penyangga dan warna putih yang seragam. 

Freddy juga mencatat bahwa 19% bangunan di Jalan Kembang Jepun telah mengalami perubahan fungsi, sementara 51% masyarakat di kawasan tersebut menyewa bangunan yang mereka tempati. Meski begitu, kawasan ini kini menjadi destinasi wisata heritage yang eksotik dan instagrammable. 

2. Pecinan Surabaya 

Freddy juga aktif menyuarakan pentingnya revitalisasi kawasan Pecinan Surabaya. Menurutnya, kawasan ini telah kehilangan identitas budaya Tionghoa akibat kebijakan diskriminatif pada masa Orde Baru. “Wajah pecinan mulai berubah. Signage-signage berkarakter Mandarin hilang. Acara-acara kebudayaan seperti sembahyangan menyelinap di balik tirai-tirai kelam,” ujarnya. Freddy optimis bahwa revitalisasi masih mungkin dilakukan dengan melibatkan semua stakeholder, termasuk pemerintah, pebisnis, dan komunitas budaya. 

3. Gedung Setan 

Gedung Setan, salah satu bangunan heritage di Surabaya, juga menjadi perhatian Freddy. Ia menjelaskan bahwa plafon kayu jati yang masih asli di gedung ini berfungsi untuk menjaga suhu ruangan tetap sejuk. “Plafon kayu juga bisa menjaga suhu udara dalam ruangan tetap sejuk, karena panas dari genteng tidak langsung ke bawah,” katanya. Freddy menekankan pentingnya menjaga keaslian bangunan seperti Gedung Setan agar nilai sejarahnya tidak hilang. 

Peran Freddy dalam Komunitas dan Media 

Sebagai Ketua Surabaya Heritage Society, Freddy aktif mengadvokasi pelestarian bangunan bersejarah melalui media dan komunitas. Ia sering kali menjadi pembicara dalam acara-acara nasional dan internasional, serta menjadi pemandu turis asing yang ingin menjelajahi heritage Surabaya. “Saya sering marah-marah di media, tujuannya ya untuk sosialisasi ke masyarakat, pentingnya bangunan-bangunan bersejarah itu,” ujarnya. 

Freddy juga dikenal karena konsistensinya dalam melestarikan heritage Surabaya. Ia telah berhasil menyelamatkan beberapa bangunan bersejarah dari kehancuran, seperti Gedung Setan dan kawasan Kalisosok. “Pebisnis yang dulu gemar meratakan bangunan cagar budaya sebagai lahan usaha mereka, sekarang lebih menggunakan bangunan cagar budaya sebagai bagian dari bisnisnya,” ujarnya dengan bangga. 

Freddy Handoko Istanto adalah sosok yang tidak hanya mengajar di ruang kuliah, tetapi juga menginspirasi melalui aksi nyata dalam pelestarian heritage Surabaya. Melalui pemikiran dan upayanya, ia telah membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat dan pemerintah memandang bangunan bersejarah. Bagi Freddy, heritage bukan sekadar tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana kita merawatnya untuk masa depan. 

Dengan semangat dan dedikasinya, Freddy Handoko Istanto telah membuktikan bahwa pelestarian heritage adalah tanggung jawab bersama yang dapat membawa manfaat besar bagi kota dan masyarakatnya.

FOKUS DUNIA

NEWS