Kremlin: Putin Serius Mengenai Perundingan Perdamaian Ukraina

EtIndonesia. Pada Selasa, 18 Februari, delegasi Amerika Serikat dan Rusia mengadakan pertemuan di Arab Saudi. Pada hari yang sama, Kremlin menyatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, benar-benar ingin menyelesaikan perang di Ukraina melalui jalur diplomasi. Rusia lebih memilih untuk mencapai semua tujuannya melalui cara damai.

Putin memulai perang di Ukraina pada Februari 2022. Dia telah berulang kali menyatakan bahwa dirinya siap membahas gencatan senjata yang mencerminkan realitas di lapangan. Setelah tiga tahun perang, Rusia kini menguasai hampir 20% wilayah Ukraina.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada hari Selasa (18/2) mengatakan kepada wartawan : “Sejak awal, Presiden Putin telah berulang kali mengatakan bahwa ia siap untuk melakukan perundingan damai.”

Peskov menambahkan: “Bagi kami, yang utama adalah mencapai tujuan kami. Tentu saja, kami lebih memilih untuk mencapainya melalui cara damai.”

Apakah Putin Bersedia Berdialog dengan Zelenskyy?

Ketika ditanya apakah Putin bersedia berunding dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Peskov menjawab bahwa Putin telah menyatakan kesediaannya untuk berbicara jika diperlukan.

Namun, Peskov juga menyoroti tantangan yang ada dalam memastikan kesepakatan apa pun memiliki keabsahan hukum, mengingat legitimasi kepemimpinan Zelenskyy saat ini sedang diperdebatkan.

Masa jabatan Zelenskyy berakhir pada Mei 2024, tetapi karena perang yang sedang berlangsung, dia tetap menjabat meskipun pemilu tidak diadakan.

Rusia berpendapat bahwa konstitusi Ukraina tidak memberikan ketentuan mengenai penundaan pemilu dalam situasi semacam ini, sehingga menuduh Kyiv menggunakan perang sebagai alasan untuk menghindari pemilihan presiden.

Menurut Peskov, jika Ukraina ingin bergabung dengan Uni Eropa (UE), itu adalah hak berdaulat Ukraina. Namun, dalam hal keanggotaan NATO, Moskow memiliki sikap yang berbeda.

Putin menyebut invasi Rusia ke Ukraina sebagai “operasi militer khusus” dan berulang kali menegaskan bahwa salah satu tujuan utama dari operasi ini adalah mencegah Ukraina bergabung dengan NATO, karena aliansi tersebut dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan Rusia.

Apakah Putin Benar-benar Menginginkan Perdamaian?

Banyak pemimpin Barat, termasuk badan intelijen Eropa dan mantan Presiden AS Joe Biden, skeptis terhadap klaim Putin mengenai keinginan untuk berdamai. Mereka meyakini bahwa Putin sebenarnya tidak tertarik pada perundingan damai yang sejati.

Namun, Presiden AS Donald Trump memiliki pandangan berbeda. Dia meyakini bahwa Putin memang menginginkan perdamaian.

Pada Minggu, 16 Februari, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio diwawancarai oleh program “Face the Nation” di jaringan CBS. Dia ditanya apakah Putin menggunakan pembicaraan damai sebagai strategi untuk mengulur waktu sambil tetap melanjutkan perang di Ukraina.

Rubio menanggapi dengan mengatakan: “Dalam geopolitik, kita tidak boleh begitu saja mempercayai siapa pun. Segala sesuatu harus dikonfirmasi melalui tindakan nyata. Saya selalu mengatakan, perdamaian bukan hanya sekadar kata benda, tetapi juga kata kerja. Perdamaian adalah tindakan. Untuk mencapainya, seseorang harus mengambil langkah konkret.”

Rubio juga menyatakan bahwa tidak ada negosiator yang lebih baik di dunia politik Amerika selain Presiden Trump.Dia menambahkan: “Saya yakin bahwa Presiden Trump akan dengan cepat mengetahui apakah mereka benar-benar jujur atau hanya sedang mengulur waktu. Tetapi saya tidak ingin terburu-buru menilai. Saya juga tidak ingin menghilangkan kesempatan untuk mengakhiri konflik ini, karena perang ini telah menyebabkan ratusan ribu kematian dan terus berlanjut setiap hari, semakin menjadi perang yang melelahkan bagi kedua belah pihak.” Pungkas Rubio (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS