EtIndonesia. Sekelompok mahasiswa Universitas Seoul berkumpul di depan gedung serikat mahasiswa untuk menyatakan penolakan terhadap pemakzulan pada Senin (17 Februari) pukul 11.00 waktu setempat. Mereka mengibarkan bendera Korea Selatan dan Amerika Serikat sebagai bentuk keprihatinan terhadap krisis politik yang sedang berlangsung.
“Tolak Pemakzulan Ilegal!”
Sekitar 50 mahasiswa Universitas Seoul membawa spanduk bertuliskan “Pemilu Curang” dan “Tolak Pemakzulan”, serta meneriakkan slogan “Tolak Pemakzulan Ilegal”. Mereka menyampaikan pernyataan sikap untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang krisis yang sedang dihadapi Korea Selatan dan menyerukan warga untuk bangkit membela demokrasi dan supremasi hukum.
Seorang mahasiswa Universitas Seoul, Kim, mengatakan, “Mahasiswa dan generasi muda harus berdiri teguh demi melindungi kebebasan Korea. Jika kita membiarkan situasi ini terus berlangsung, kita akan menyesal, dan saat itu mungkin sudah terlambat.”
Ia juga menambahkan, “Harapan saya adalah agar lebih banyak anak muda mengetahui dan memahami kebenaran. Saya berharap lebih banyak warga yang bisa sadar terhadap apa yang sebenarnya terjadi.”
Tahun lalu, keputusan singkat Presiden Yoon untuk memberlakukan darurat militer sempat menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat tentang apakah negara sedang berada dalam “keadaan darurat”. Serikat mahasiswa Universitas Seoul sempat mengeluarkan pernyataan pada 5 Desember yang mendukung pemakzulan Presiden Yoon. Namun, setelah mendengar pidato nasional Presiden Yoon, mereka memahami alasan di balik keputusan tersebut.
Para mahasiswa yang menolak pemakzulan merasa bahwa suara mereka harus disampaikan ke dunia.
Mahasiswa Universitas Seoul, Lee, mengatakan, “Jangan terburu-buru menyebut masalah kecurangan pemilu sebagai teori konspirasi. Sebaiknya kita lebih dulu melihat banyaknya bukti yang ada. Saya berharap semua orang bisa memahami pentingnya kebebasan berbicara. Anak muda tidak boleh dikritik hanya karena menyuarakan pendapat mereka. Jangan sampai kita kehilangan kebebasan dasar karena saling melaporkan satu sama lain.”
Sementara itu, mahasiswa lain, Kim, berpendapat, “Sejak berakhirnya Perang Korea, mereka (kelompok tertentu) telah diam-diam menyusun rencana. Dengan pertumbuhan ekonomi dan kekuatan pertahanan Korea Selatan, Korea Utara dan Partai Komunis Tiongkok menyadari bahwa invasi militer langsung sudah tidak realistis. Maka, mereka mengubah strategi dan berusaha merebut kekuasaan di Korea Selatan melalui cara non-kekerasan.”
Untuk menghentikan mahasiswa Universitas Seoul yang menolak pemakzulan dalam menyampaikan pernyataan mereka, kelompok mahasiswa yang mendukung pemakzulan mengajukan izin unjuk rasa di tempat yang sama satu jam lebih awal. Mereka menggunakan sistem suara untuk mengganggu jalannya kegiatan kelompok oposisi. Kedua kelompok akhirnya berhadapan di lokasi yang sama, dan konfrontasi ini baru berakhir sekitar pukul 13.00. (Hui)
Sumber : NTDTV.com