EtIndonesia. Seiring dengan terus melemahnya ekonomi Tiongkok, perusahaan baja mengalami kerugian yang semakin besar, dengan banyak di antaranya terjebak dalam krisis hutang. Pada 17 Februari, Taishan Steel di Shandong gagal membayar surat promes (commercial paper) yang jatuh tempo, memicu aksi protes dari masyarakat yang telah berinvestasi di perusahaan tersebut. Pihak berwenang mengerahkan sejumlah besar polisi untuk menjaga stabilitas.
Para demonstran meneriakkan: “Kembalikan uang kami! Kembalikan uang kami!”
Masyarakat mengungkapkan bahwa Taishan Steel mengalami kegagalan rantai keuangan, sehingga tidak dapat melunasi pinjaman maupun membayar pemasok, yang akhirnya memicu aksi protes.
Pada 17 Februari, video yang beredar di internet menunjukkan ratusan warga berkumpul di depan kantor pusat Taishan Steel Group untuk berunjuk rasa, menghadapi polisi dan petugas keamanan. Pihak berwenang berusaha keras untuk menutup-nutupi kejadian ini.
Seorang jurnalis independen Tiongkok mengatakan: “Taishan Steel gagal membayar surat promesnya, ini adalah peristiwa risiko finansial lainnya yang mengkhawatirkan banyak pihak.”
Menurut laporan dari situs berita Wanlianwang di Tiongkok, Shanghai Commercial Paper Exchange melaporkan bahwa jumlah surat promes yang gagal dibayar oleh Taishan Steel Group mencapai RMB.1,172 miliar .
Sebagai salah satu perusahaan swasta terbesar di Provinsi Shandong, Taishan Steel telah beberapa kali mengalami gagal bayar surat promes sejak tahun lalu. Seiring dengan jatuh temponya lebih banyak surat promes, jumlah tunggakan diperkirakan akan terus meningkat.
“Saat ini, ekonomi Tiongkok mengalami kemerosotan di semua sektor. Sektor properti hampir benar-benar mandek, banyak proyek konstruksi yang terhenti, sehingga permintaan baja pun anjlok. Selain itu, investasi pemerintah dalam proyek infrastruktur seperti pertambangan, rel kereta api, jalan raya, dan pelabuhan juga berkurang drastis,” ujar Ekonom dari Washington Institute for Information and Strategic Studies, Li Hengqing.
“Pembangunan yang didorong oleh belanja pemerintah kini terhambat karena pendapatan fiskal yang semakin menipis. Dengan semua faktor ini yang saling bertumpuk, pasar baja mengalami kesulitan besar,” katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, harga baja di Tiongkok terus menurun, menyebabkan perusahaan baja mengalami kerugian besar dan kesulitan bertahan.
Menurut laporan media Tiongkok, sejak Agustus tahun lalu, tingkat profitabilitas pabrik baja menurun drastis, penjualan baja di pasar semakin sulit, permintaan terus melemah, dan banyak pabrik harus menghentikan produksi untuk perawatan. Banyak perusahaan akhirnya bangkrut dan menutup tungku peleburan mereka.
Li Hengqing menambahkan: “Banyak perusahaan tidak mampu melunasi hutang dan membayar tagihan mereka. Dalam situasi seperti ini, tidak heran jika akhirnya muncul gelombang protes besar.” (Hui)
Sumber : NTDTV.com