Para penggugat menyatakan bahwa wanita tersebut telah menyebarkan rumor tentang keluarga mereka, menyebabkan penderitaan emosional
EtIndonesia. Seorang wanita yang mengajukan gugatan perdata terhadap Shen Yun Performing Arts yang berbasis di New York atas dugaan pelanggaran terkait tenaga kerja kini menghadapi dua gugatan atas pencemaran nama baik dan pelanggaran privasi.
Chang Chun-ko, yang tinggal di Taiwan, adalah mantan penari Shen Yun, sebuah kelompok seni yang didirikan oleh para praktisi Falun Gong dengan misi menghidupkan kembali budaya tradisional Tiongkok. Ia merupakan mahasiswa di sekolah pelatihan Shen Yun, Fei Tian College, hingga tahun 2019.
Chang mengajukan gugatan perdata terhadap perusahaan tersebut dari Taiwan pada November 2024, hampir lima tahun setelah ia meninggalkan Shen Yun.
BACA JUGA : PKT Targetkan Shen Yun Secara Global dengan Ancaman Bom dan Tekanan Diplomatik
BACA JUGA : Pertunjukan Shen Yun Sukses Besar, Gangguan dari PKT Meningkat, Dikecam oleh Berbagai Pihak
Shen Yun menggambarkan gugatan itu sebagai bagian dari kampanye terkoordinasi yang terkait dengan rezim partai komunis Tiongkok, yang telah menganiaya praktisi Falun Gong—sebuah latihan meditasi yang berlandaskan nilai Sejati-Baik-Sabar —selama seperempat abad terakhir. Sejak didirikan pada tahun 2006, Shen Yun telah menghadapi berbagai kampanye pelecehan terkait dengan Beijing.
Dua individu, Li Bojian dan Xianyuan, kini menggugat Chang dan suaminya dalam gugatan perdata terpisah atas tuduhan yang mereka buat dalam sebuah wawancara musim panas 2024 dengan mantan reporter media pemerintah Tiongkok, Wang Zhi’an.
Dalam wawancara tersebut, Chang dan Wang berspekulasi tentang kematian anak laki-laki Xianyuan, dengan menuding bahwa keyakinan Xianyuan terhadap Falun Gong adalah penyebab kematiannya. Xianyuan adalah seorang profesor di Fei Tian College, sekolah seni yang berafiliasi dengan Shen Yun.
Dalam sebuah video yang diposting di platform media sosial X pada Juli lalu, Xianyuan mengatakan bahwa “rumor jahat” tentang kematian anaknya telah memaksanya menghidupkan kembali tragedi tersebut dan menyebabkan penderitaan bagi dirinya dan keluarganya.
Penggugat lainnya, Li, adalah mantan penari utama Shen Yun.
Dalam wawancara yang sama, Chang dan Wang membahas kematian tunangan Li dalam kecelakaan mobil dan menuding bahwa kecelakaan tersebut adalah tindakan jahat yang disengaja.
Li mengatakan bahwa klaim Chang tentang dirinya dan kecelakaan itu adalah tidak benar dan telah menyebabkan luka emosional yang mendalam.
Setelah kembali ke Taiwan, Chang membuka studio tari dan mulai berkolaborasi dengan entitas yang terkait dengan pemerintah Tiongkok, menurut Shen Yun dan aktivitas media sosialnya.
Shen Yun telah menjadi target Partai Komunis Tiongkok (PKT) karena fokusnya dalam menampilkan budaya tradisional Tiongkok yang bebas dari pengaruh komunisme.
Beberapa pertunjukan tari mereka juga menggambarkan penganiayaan rezim terhadap praktisi Falun Gong, termasuk penyiksaan, kerja paksa, dan pengambilan organ secara paksa.
Dalam dua tahun terakhir, PKT telah meningkatkan penindasan terhadap Falun Gong secara global.
Seperti yang dilaporkan The Epoch Times sebelumnya, pada akhir Desember 2022, pemimpin PKT Xi Jinping menginstruksikan pejabatnya untuk menggunakan media sosial dan media Barat yang tidak memiliki hubungan langsung dengan PKT untuk menyerang kelompok keagamaan tersebut.
Pada tahun 2023, agen-agen PKT mencoba menyuap Lembaga Pajak AS -IRS- agar menyelidiki Shen Yun berdasarkan klaim palsu. Mereka kemudian dihukum dan kini menjalani hukuman penjara.
Baru-baru ini, Shen Yun juga menerima ancaman bom dan penembakan massal melalui email, beberapa di antaranya ditujukan kepada teater yang menjadi tuan rumah pertunjukan mereka.
Ancaman tersebut tampaknya semakin meningkat dan kini juga menargetkan anggota Kongres AS yang telah menyatakan dukungan terhadap Falun Gong.
Sumber : Theepochtimes.com