EtIndonesia. Wabah di Tiongkok terus meluas. Rumah sakit di kota-kota besar seperti Shanghai dan Nanjing penuh sesak, antrian pasien terlihat hingga larut malam. Bahkan di kota-kota kecil dan pedesaan, kasus kematian mendadak terjadi pada orang-orang dari segala usia.
Seorang warga Shanghai, Tuan Wang, mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, wabah penyakit semakin parah. Rumah sakit penuh sesak, banyak orang di kompleks tempat tinggalnya mengalami demam dan flu, ambulans sering datang untuk menjemput pasien. Bahkan, ia sendiri menyaksikan banyak orang meninggal dunia.
“Belakangan ini, banyak orang terkena flu dan mengalami gejala berat. Saya melihat cukup banyak orang meninggal, belasan orang, termasuk yang berusia lima puluhan. Rumah sakit di Suzhou dan Shanghai penuh sesak, sulit mendapatkan tempat tidur. Istri saya dirawat di Rumah Sakit Zhongshan selama sepuluh hari,” kata warga Shanghai, Tuan Wang yang dilaporkan NTD, 21 Februari 2025.
“Selama di sana, saya melihat lima atau enam orang meninggal. Istri saya menderita kanker ovarium, sudah menerima tiga dosis vaksin dan kami telah menghabiskan puluhan ribu yuan untuk pengobatan,” tambahnya.
🔥 #中国疫情延烧 不分年龄大小猝死多;记者直击:中国多地扩建殡仪馆 #农村添新坟! pic.twitter.com/ajGDzB1WZw
— 海外爆料 (@zhihui999) February 21, 2025
Seorang warga Nanjing, Tuan Zhang, mengatakan bahwa gejala wabah kali ini cukup parah, banyak orang mengalami diare. Sebagian besar yang meninggal adalah lansia dengan penyakit bawaan.
Warga Nanjing, Tuan Zhang: “Di rumah sakit besar seperti Rumah Sakit Zhongda, orang-orang dari segala usia, tua, muda, pria, dan wanita, semuanya antrI di sana. Bahkan sekitar pukul 11 malam, masih banyak orang yang menunggu. Para dokter mengatakan ini adalah flu. Dalam waktu setengah bulan terakhir, di sekitar tempat saya tinggal, ada sekitar lima orang meninggal—tiga pria dan dua wanita—berusia enam puluhan, tujuh puluhan, dan yang tertua berusia lebih dari delapan puluh tahun. Di krematorium, antrIan sangat panjang.”
Beberapa warga dari berbagai daerah mengungkapkan bahwa mereka yang telah menerima vaksin COVID-19 buatan dalam negeri justru mengalami penurunan kekebalan tubuh. Mereka menjadi lebih rentan terinfeksi dan mengalami berbagai efek samping seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan infertilitas.
Banyak dari mereka yang meninggal mendadak adalah pejabat pemerintah, anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT), atau orang-orang yang mempercayai propaganda pemerintah.
“Sekarang kita tidak boleh menyebutnya COVID-19 lagi, mereka menyebutnya flu berat. Mereka yang mengalami gejala parah dirawat di rumah sakit. Banyak orang yang sudah divaksinasi mengalami pneumonia putih (white lung) dan tingkat kematian mendadak sangat tinggi, terjadi pada orang dari segala usia—ada yang berusia delapan tahun, ada juga yang enam puluh atau tujuh puluh tahun. Di sekitar saya, ada dua atau tiga pejabat yang meninggal, termasuk mereka yang hidup dari gaji pemerintah,” ujar warga Nanyang, Henan, Tuan Li.
Seorang warga desa di Dunhua, Jilin, bernama Tuan Liu, mengatakan bahwa banyak orang meninggal setelah menerima tiga dosis vaksin.
“Di desa saya yang terdiri dari lima puluh hingga enam puluh keluarga, dalam beberapa tahun terakhir, ada delapan hingga sembilan orang yang meninggal. Ada seorang nenek yang sebelumnya sangat sehat tetapi meninggal setelah divaksinasi. Tahun ini, banyak orang berusia lima puluhan yang terkena stroke. Pemerintah memaksa semua orang untuk divaksinasi, tidak ada pilihan. Menantu perempuan saya sudah menikah selama empat tahun tetapi belum bisa memiliki anak,”kata warga desa Dunhua, Jilin, Tuan Liu.
Ketika pandemi pertama kali muncul, pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi, dalam artikelnya berjudul “Rasional”, menyatakan: wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT.”
Guru Li juga menyebutkan cara untuk menghindari wabah ini adalah dengan “mengajukan 3 pemunduran dan secara tulus melafalkan kata-kata yang mengandung kebenaran.”
Tuan Wang, warga Shanghai yang sebelumnya memiliki pabrik di Henan, pernah menjadi korban penggusuran paksa oleh pemerintah setempat hingga sempat hidup sebagai tunawisma. Merasakan penderitaan akibat tindakan pemerintah, ia pun memutuskan untuk mundur dari keanggotaan PKT dan berhasil melewati berbagai gelombang pandemi dengan selamat.
Warga Shanghai, Tuan Wang: “Partai Komunis telah membuat hidup kami sengsara. Saya sudah melakukan Tiga Pemunduran Diri dan menyadari bahwa Falun Gong itu baik. Saya sering melafalkan ‘Falun Dafa Hao, Zhen-Shan-Ren Hao’ (Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar itu baik).” (Hui)
Sumber : NTDTV.com