EtIndonesia. Negosiasi gencatan senjata tahap kedua antara Israel dan Hamas, yang seharusnya dimulai beberapa minggu lalu, hingga kini belum terlaksana. Hal ini semakin menambah ketidakpastian bagi perdamaian di Timur Tengah.
Pada Selasa (25 Februari), Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa kemungkinan besar mereka akan memperpanjang gencatan senjata tahap pertama agar lebih banyak sandera dapat dibebaskan.
Kementerian Luar Negeri Israel menyampaikan bahwa karena negosiasi tahap kedua menemui jalan buntu, mereka mempertimbangkan untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata tahap pertama. Diperkirakan empat sandera Israel akan dibebaskan pada Kamis (27/2/2025).
Wakil Menteri Luar Negeri Israel, Sharren Haskel, mengatakan: “Memperpanjang gencatan senjata untuk membebaskan beberapa sandera kami adalah kemungkinan yang ada. Namun demikian, kami tidak bisa melakukan gencatan senjata penuh. Saya rasa, membentuk kesepakatan penuh tahap kedua dalam hitungan hari adalah sesuatu yang tidak realistis.”
Pada hari yang sama, upacara pemakaman Oded Lifshitz (83 tahun) digelar di Nir Oz, Israel. Ia diculik oleh militan Hamas tahun lalu dari rumahnya, dan jenazahnya dikembalikan pekan lalu.
Lifshitz adalah seorang jurnalis yang sepanjang hidupnya memperjuangkan pengakuan hak-hak rakyat Palestina serta perdamaian antara orang Arab dan Yahudi.
Istrinya, Yocheved Lifshitz, berkata: “Selama bertahun-tahun, kami berjuang demi keadilan sosial dan perdamaian. Sayangnya, kami justru menjadi korban dari orang-orang yang telah kami bantu.”
Empat Anggota Hamas Diadili di Berlin
Pada hari yang sama, empat anggota Hamas yang diduga mengorganisir penyimpanan senjata di berbagai lokasi di Eropa menjalani persidangan di Berlin. Mereka ditangkap pada Desember 2023.
Jaksa penuntut menuduh mereka mendirikan gudang senjata di berbagai lokasi di Eropa untuk digunakan oleh militan Hamas dalam serangan terhadap Israel dan target Yahudi di Eropa.
Pemerintah Jerman menyatakan bahwa sasaran serangan Hamas termasuk Kedutaan Besar Israel di Berlin, wilayah sekitar Bandara Tempelhof di Berlin, serta Pangkalan Udara Ramstein milik Amerika Serikat.
PM Lebanon Tegaskan Hanya Negara yang Berhak Memiliki Senjata
Pada hari yang sama, Nawaf Salam, Perdana Menteri baru Lebanon, menegaskan dalam sidang parlemen bahwa Lebanon berhak membela diri dari segala bentuk agresi. Ia juga menegaskan bahwa hanya negara yang memiliki hak untuk memiliki senjata.
“Lebanon akan menggunakan kekuatannya sendiri untuk memperluas kedaulatan negara ke seluruh wilayahnya dan akan menempatkan pasukan di perbatasan yang diakui secara internasional,” katanya.
Setelah Israel dan Hizbullah Lebanon mencapai kesepakatan gencatan senjata pada November tahun lalu, seruan untuk melucuti senjata Hizbullah semakin kuat di Lebanon.
Presiden Sementara Suriah Memulai Dialog Nasional
Pada hari yang sama, pemerintahan baru Suriah yang dipimpin oleh Ahmad al-Sharaa, presiden sementara, menggelar konferensi dialog nasional yang telah lama dinantikan. Dalam pidatonya, Sharaa menegaskan bahwa Suriah kini sedang memulai rekonstruksi bersejarah.
Presiden sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa, berkata: “Apa yang kita alami hari ini adalah kesempatan sejarah yang langka. Kita harus memanfaatkan setiap momen untuk melayani rakyat dan kepentingan negara, serta memberikan penghormatan kepada mereka yang telah berkorban.”
Pada Desember tahun lalu, Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin Sharaa berhasil menggulingkan rezim Assad dan mendirikan pemerintahan transisi.
Sharaa telah berjanji untuk melakukan transisi politik yang inklusif, dan arah kebijakan pemerintahannya menjadi perhatian utama komunitas internasional. (Hui)
Sumber : NTDTV.com