EtIndonesia. Akhir-akhir ini, Washington terus mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menandatangani perjanjian eksploitasi mineral senilai 500 miliar dolar AS, yang dimaksudkan sebagai kompensasi atas bantuan militer yang telah diberikan AS kepada Ukraina selama tiga tahun terakhir. Setelah serangkaian negosiasi dan penghapusan beberapa ketentuan dalam perjanjian, beberapa media asing melaporkan bahwa Ukraina telah menyetujui perjanjian tersebut dengan Amerika Serikat. Namun, tampaknya kesepakatan ini masih belum mencakup jaminan keamanan bagi Ukraina.
Menurut laporan dari Financial Times, tim negosiasi yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kehakiman Ukraina, Olha Stefanishyna, telah mengadakan beberapa perundingan dengan perwakilan AS. Setelah serangkaian diskusi, Ukraina akhirnya memutuskan untuk menandatangani versi terbaru dari perjanjian eksploitasi mineral ini. Ukraina juga berharap bahwa kesepakatan ini dapat memperdalam hubungan persahabatan antara kedua negara.
Menurut laporan AFP, seorang pejabat tinggi Ukraina mengatakan kepada kantor berita tersebut pada tanggal 25 bahwa Pemerintah Ukraina saat ini sedang mengkaji secara mendetail isi dari perjanjian ini. Hingga saat ini, pihak Ukraina mempertimbangkan untuk mengunjungi Washington pada tanggal 28 dan menandatangani kesepakatan tersebut.
Dalam wawancaranya dengan Financial Times, Olha Stefanishyna menyatakan bahwa kesepakatan eksploitasi mineral ini hanyalah salah satu bagian dari visi bersama antara Ukraina dan Amerika Serikat. Selama proses negosiasi, timnya telah beberapa kali mendengar bahwa Pemerintah AS berencana untuk mewujudkan visi yang jauh lebih besar dan ambisius.
Laporan tersebut mengatakan bahwa dalam perjanjian eksploitasi mineral yang diperbarui pada tanggal 24 Februari, Amerika Serikat bersedia melepaskan potensi pendapatan sebesar 500 miliar dolar AS dari eksploitasi sumber daya di Ukraina. Selain itu, AS juga telah menghapus ketentuan yang memberikan mereka kendali 100% atas sumber daya mineral Ukraina.
Sebagai bagian dari isi perjanjian terbaru ini, Amerika Serikat berjanji untuk membentuk dana investasi bersama dengan Ukraina, di mana 50% dari hasil penjualan sumber daya alam Ukraina di masa depan akan dimasukkan ke dalam dana ini dan digunakan untuk proyek-proyek investasi di Ukraina. Namun, bisnis eksploitasi dan penjualan mineral yang saat ini sudah berjalan di Ukraina tidak akan dimasukkan ke dalam cakupan dana investasi ini.
Meski demikian, perjanjian ini masih belum mencakup poin utama yang paling dikhawatirkan oleh Ukraina, yakni jaminan keamanan dari Amerika Serikat. Selain itu, proporsi kepemilikan AS dalam dana investasi bersama serta status kepemilikan bersama sumber daya mineral Ukraina juga masih harus ditentukan dalam perundingan selanjutnya.
Laporan tersebut menekankan bahwa perjanjian eksploitasi mineral ini pada akhirnya akan ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dan Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiga.
Belarus: AS dan Ukraina akan Menandatangani “Kesepakatan yang Sangat Besar”
Sementara itu, media Belarus “NEXTA” melaporkan dalam sebuah unggahan di Twitter bahwa setelah Amerika Serikat dan Ukraina mencapai kesepakatan tentang eksploitasi mineral, Donald Trump dalam sebuah wawancara mengungkapkan bahwa Zelenskyy mungkin akan mengunjungi Washington dalam waktu dekat dan menandatangani sebuah “kesepakatan yang sangat besar” dengan AS.
Banyak pihak menduga bahwa kesepakatan tersebut terkait dengan “visi besar” yang sebelumnya disebutkan dalam negosiasi AS-Ukraina. Namun, hingga saat ini, belum ada informasi resmi yang dapat mengonfirmasi apakah kesepakatan besar tersebut berhubungan dengan permintaan Ukraina untuk jaminan keamanan atau bantuan militer tambahan dari Amerika Serikat.(jhn/yn)