Calin Georgescu, Kandidat Presiden Rumania Pro-Rusia, Ditangkap


EtIndonesia.
Calon Presiden Rumania, Calin Georgescu, yang sebelumnya meraih kemenangan telak dalam putaran pertama pemilu presiden, tetapi kemudian dinyatakan tidak sah, ditangkap oleh polisi keamanan pada Rabu, 26 Februari. Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, dalam pidatonya di Jerman pekan lalu, secara khusus mengkritik keputusan Rumania yang membatalkan pemilu yang sah.

Kandidat Presiden Rumania Georgescu Ditangkap

Pada 26 Februari, menurut laporan BBC dan berbagai media lainya, Calin Georgescu dihentikan dalam pemeriksaan lalu lintas di ibu kota Bucharest. Dia kemudian dibawa ke kantor kejaksaan untuk diinterogasi.

Menurut pendukungnya, dia sedang dalam perjalanan untuk mengajukan pencalonan dalam pemilu Mei mendatang, karena hasil pemilu putaran kedua Desember tahun lalu telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Laporan media Rumania menyebutkan bahwa kejaksaan menuduh Georgescu melakukan “pelanggaran terhadap tatanan konstitusional” serta “berpartisipasi dalam organisasi ekstremis”.

Tim kampanye Georgescu pada Rabu menulis di media sosial X: “Di mana demokrasi?”

Mereka juga berharap Presiden Donald Trump bisa melihat berita ini.

Menurut Daily Romania, pada malam 26 Februari, Georgescu dibebaskan dengan pengawasan yudisial. Beberapa pembatasan yang dikenakan terhadapnya termasuk larangan muncul di media massa dan membuat akun media sosial baru. Mereka ingin membungkamnya!

Sebuah video yang diunggah Daily Romania di X menunjukkan bahwa Pemerintah Rumania menangkap Calin Georgescu pada hari yang sama, tetapi kemudian membebaskannya. Kerumunan massa yang hadir di lokasi pun bereaksi dengan emosi yang meluap-luap.

Banyak tokoh influencer di media sosial X membagikan video ini dan memberikan komentar, serta memantau perkembangan situasi ini dengan cermat. Sebelumnya, Wakil Presiden AS, JD Vance, secara tegas mengutuk tindakan Rumania tersebut.

Hasil Pemilu Dibatalkan, Georgescu Ditangkap, Rumah Pendukungnya Digeledah

Menurut laporan media asing sebelumnya, Mahkamah Konstitusi Rumania membatalkan hasil pemilu putaran pertama, di mana Calin Georgescu secara tak terduga menang dengan lebih dari 20% suara.

Penasihat Gedung Putih, Elon Musk, menulis di media sosial X: “Mereka baru saja menangkap orang yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilu presiden Rumania. Ini benar-benar kacau!”

Pendiri IBC Group, Mario Nawfal, yang memiliki lebih dari 2,09 juta pengikut, menulis: “Hasil pemilu dibatalkan, oposisi ditangkap — apakah demokrasi di Rumania sedang sekarat?”

Sebagai negara anggota Uni Eropa dan NATO dengan populasi hampir 20 juta jiwa, Rumania mengadakan pemilu presiden, di mana Calin Georgescu keluar sebagai pemenang. Namun, Uni Eropa dan otoritas Rumania membatalkan hasil pemilu dengan alasan ‘campur tangan Rusia’.

Kini, Georgescu telah ditangkap, dan rumah pendukungnya digeledah. Menurut laporan, pengacaranya bahkan ditolak masuk ke kantor kejaksaan—dan semua ini terjadi hanya beberapa bulan sebelum dia secara resmi mengajukan pencalonannya untuk pemilu ulang pada Mei.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Georgescu memperingatkan bahwa hal ini akan terjadi, dia menyatakan bahwa pemerintah akan menggerebek rumah sekutunya dan mencari cara untuk menjebaknya.

Pejabat setempat mengklaim telah menemukan sebuah brankas tersembunyi berisi €900.000 di rumah sekutu terdekat Georgescu, Horațiu Potra. Ini adalah taktik klasik untuk mencemarkan nama baik lawan politik.

Dengan semakin banyaknya penangkapan, represi politik, dan kekhawatiran atas intervensi dalam pemilu, semakin banyak orang bertanya-tanya: Apakah demokrasi Uni Eropa sedang diserang?

Wakil Presiden AS, JD Vance, Mengecam Pembatalan Pemilu Rumania

Wakil Presiden AS, JD Vance, serta miliarder Elon Musk, pekan lalu mengecam pemerintah Rumania karena membatalkan pemilu dengan intelijen yang kredibilitasnya diragukan.

Dua partai sayap kanan mengimbau para pendukungnya untuk berkumpul di depan kantor kejaksaan untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap Georgescu. Sementara itu, polisi telah memasang barikade di sekitar gedung untuk mencegah potensi bentrokan.

Pada 14 Februari, dalam Konferensi Keamanan Munich, Vance memperingatkan bahwa Eropa sedang berada dalam bahaya, dengan kebebasan berbicara yang terus dirampas.

Vance menuduh bahwa negara-negara Eropa, di bawah tekanan dari Uni Eropa, ikut serta dalam tindakan anti-demokrasi.

Ia berkata: “Jika demokrasi Anda bisa dihancurkan hanya dengan iklan digital bernilai ratusan ribu dolar dari luar negeri, maka demokrasi Anda memang tidak cukup kuat sejak awal.”

Menurut Vance, ancaman nyata bagi Eropa bukan datang dari Rusia atau Tiongkok, tetapi dari pengkhianatan terhadap nilai-nilai fundamental mereka sendiri. Dua terus mempertanyakan apakah Amerika dan Eropa masih memiliki agenda yang sama.

Dalam kritiknya yang tajam, Vance menyebut bahwa para pemimpin Uni Eropa telah menekan kebebasan berbicara dan kebebasan beragama.

Dia secara khusus menyebut negara-negara seperti Inggris, Jerman, Rumania, dan Swedia, serta menggambarkan Eropa sebagai wilayah yang sedang mengalami sensor media, pembatalan pemilu, dan pengaruh politik yang berlebihan.

Vance bahkan terang-terangan mempertanyakan apakah nilai-nilai Eropa masih layak untuk dipertahankan oleh Amerika Serikat.

Mahkamah Konstitusi Rumania Mengonfirmasi Kemenangan Georgescu dalam Putaran Pertama

Pada 24 November 2024, putaran pertama pemilu presiden Rumania berakhir dengan hasil di luar dugaan.

Hasil penghitungan suara menunjukkan bahwa kandidat nasionalis dan pemimpin oposisi kanan-tengah akan bertarung di putaran kedua pada 8 Desember.

Hasil ini berpotensi mengancam posisi Rumania yang pro-Ukraina di NATO.

Kandidat independen populis Calin Georgescu secara mengejutkan mengalahkan Perdana Menteri Marcel Ciolacu dalam putaran pertama.

Laporan media asing menyebut pemilu ini sebagai kejutan politik terbesar dalam era pasca-komunis di Rumania, di mana dua partai besar dalam koalisi pemerintahan kalah dalam putaran pertama.

Mahkamah Konstitusi akhirnya mengonfirmasi keabsahan pemilu putaran pertama, tetapi Georgescu kini menghadapi perlawanan politik yang besar dari Uni Eropa dan NATO. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS