Baru-baru ini, pusat penipuan online yang terkenal di perbatasan Thailand-Myanmar mengalami operasi penindakan besar-besaran. Ribuan orang telah diselamatkan dari kamp-kamp ini. Namun, akibat proses pemulangan yang lambat, lebih dari 7.000 orang masih terjebak di kota perbatasan Myanmar, tanpa kepastian kapan bisa pulang.
EtIndonesia. Pada Kamis (27 Februari), sebuah bus yang membawa 84 warga negara Indonesia melintasi perbatasan dari Myanmar ke kota Mae Sot, Thailand. Dengan pengawalan tentara Thailand, mereka menjalani proses verifikasi identitas sebelum diterbangkan ke Indonesia melalui Bandara Bangkok.
Mereka adalah korban penipuan online yang telah berhasil diselamatkan dari pusat-pusat kejahatan siber di Myanmar. Kamp-kamp ini telah lama beroperasi di perbatasan Thailand-Myanmar dan memperbudak puluhan ribu orang dari berbagai negara untuk menjalankan penipuan daring dan perjudian ilegal.
Para korban yang berhasil melarikan diri mengungkap kisah-kisah mengerikan tentang kekerasan di pusat penipuan ini. Mereka mengalami:
⚡ Disetrum listrik jika gagal mencapai target penipuan.
👊 Dihajar dan dikurung dalam ruangan gelap sebagai hukuman.
💰 Diawasi oleh atasan yang kebanyakan berasal dari Tiongkok.
Anggota parlemen oposisi Thailand, Rangsiman Rome, mengungkapkan bahwa total korban yang terjebak dalam industri kejahatan ini bisa mencapai 300.000 orang. Namun, hingga saat ini, yang berhasil diselamatkan kurang dari 10.000 orang.
Operasi terbaru ini adalah penindakan terbesar yang pernah dilakukan, dengan lebih dari 7.000 orang berhasil diselamatkan. Namun, mereka masih terjebak di kota perbatasan Myanmar, menunggu kepulangan yang tak pasti.
Juru bicara Pasukan Perbatasan Myanmar, Naing Maung Zaw, mengungkapkan bahwa banyak negara enggan menerima kembali warganya yang telah diselamatkan, sehingga memperlambat proses pemulangan.
Thailand pun menyatakan tidak bisa menampung semua korban, karena keterbatasan sumber daya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa jika mereka tidak bisa masuk ke Thailand, mereka bisa kembali diserahkan ke bos sindikat penipuan di Myanmar oleh kelompok bersenjata setempat.
Saat ini, nasib ribuan korban masih belum jelas. Dunia internasional pun terus menyoroti kasus ini, berharap agar mereka segera bisa dipulangkan ke negara masing-masing dengan selamat. (Hui)
Sumber : NTDTV.com