Ukraina Menargetkan Rusia dengan Drone Seharga Kurang dari Rp 5 Juta

EtIndonesia. Beberapa drone berukuran kecil, yakni 8 hingga 12 inci, dengan berat hanya sekitar 3 kg, tetapi mampu menimbulkan kerusakan signifikan pada target Rusia

Perang modern membutuhkan uang, kekuatan, dan yang terpenting teknologi yang terus berkembang. Saat Rusia melanjutkan serangan udaranya ke Ukraina, negara itu membalas dengan jutaan drone produksi dalam negeri, banyak yang dicetak 3D, hemat biaya, dan sangat merusak.

Drone kompak bergaya kamikaze ini, dengan harga antara 300 dolar hingga 1.000 dolar (sekitar Rp 4,8 juta – Rp 16 juta), terbukti menjadi pengubah permainan di medan perang, kata para ahli dan pejabat militer. Beberapa berukuran kecil, yakni 8 hingga 12 inci, dengan berat hanya sekitar 3 kg, tetapi mampu menimbulkan kerusakan signifikan pada target Rusia.

“Jika Anda menyerang dengan tepat di bagian tank yang rentan, Anda bahkan dapat menghancurkan tank,” kata Andrii Fedorov, CEO Nomad Drones yang berbasis di Ukraina, kepada The NY Post. “Ini adalah peperangan modern.”

Strategi drone Ukraina sebagian didorong oleh kebutuhan. Dengan persediaan peluru artileri yang terbatas dan produksi Barat yang berjuang untuk mengimbangi, Kyiv meningkatkan produksi drone dalam negeri. Menurut Menteri Digitalisasi Ukraina Mykhailo Fedorov, negara tersebut kini memproduksi lebih dari 1,5 juta drone setiap tahunnya, dengan melibatkan lebih dari 500 produsen.

“Ini akan menjadi bidang yang sangat besar dan baru bagi ekonomi kita,” kata Mykhailo Fedorov kepada The NY Post. “Mengekspor ke luar negeri dapat menjadi dasar untuk hubungan yang saling menguntungkan dengan negara lain.”

Drone Ukraina menawarkan keunggulan medan perang yang berbeda. Beberapa adalah drone kamikaze yang dirancang untuk serangan satu kali, sementara yang lain menjatuhkan bom dan kembali atau melakukan pengintaian. Penggunaan komponen cetak 3D semakin menyederhanakan logistik pasokan ulang, sehingga memungkinkan produksi dan penyebaran yang cepat.

“Anda hanya memerlukan printer 3D, filamen, dan berkas STL,” kata Eddie Etue, seorang veteran Marinir AS dan mantan pejuang Legiun Asing Ukraina.

Ukraina juga telah menambahkan kendaraan udara tak berawak (UAV) yang kuat yang mampu terbang sejauh 2.000 km, membawa bom seberat 250 kg, dan kembali ke pangkalan. Tidak seperti pesawat nirawak kamikaze sekali pakai, UAV yang dapat digunakan kembali ini dapat menjalankan banyak misi, yang berpotensi meningkatkan frekuensi serangan mendalam terhadap pangkalan militer dan fasilitas minyak Rusia.

Saat Ukraina memperluas kemampuan pesawat nirawaknya, Rusia terus membalas dengan pesawat nirawak Shahed buatan Iran. Moskow mengirim 267 pesawat nirawak ke Ukraina pada hari Sabtu – jumlah tertinggi sejak perang dimulai pada tahun 2022.

Ukraina juga mengintensifkan serangan ke wilayah Rusia. Pada Selasa malam, Moskow mengklaim telah menembak jatuh 130 pesawat nirawak Ukraina. (yn)

Sumber: ndtv

FOKUS DUNIA

NEWS