EtIndonesia. Wabah COVID-19 kembali merebak di berbagai wilayah di Tiongkok, menyebabkan rumah sakit penuh sesak dan antrian panjang di krematorium di kota-kota seperti Shanghai dan Shandong. Sejak memasuki musim dingin, kasus kematian mendadak terjadi di berbagai kelompok usia, dengan tingkat kematian tertinggi di kalangan generasi yang lahir pada 1980-an (“era 80 “).
Antrian Panjang di Krematorium, Rumah Sakit Penuh Sesak
Baru-baru ini, seorang warga Shanghai menulis di media sosial, “Keluarga saya baru saja kehilangan seorang anggota keluarga, tetapi kami harus antri untuk kremasi.” Seorang pengguna lain dengan alamat IP dari Shanghai membalas, “Benar-benar harus antri. Kalau tidak mengalami sendiri, kita tidak akan tahu. Sekarang keadaannya sama seperti ‘masa itu’.”
Warga dari berbagai daerah, termasuk Tianjin, Shandong, dan Sichuan, juga melaporkan bahwa krematorium di daerah mereka kewalahan akibat meningkatnya jumlah jenazah.
Di banyak tempat, rumah sakit penuh sesak dengan pasien dari segala usia, dan banyak yang meninggal secara mendadak.
Seorang warga Shanghai, Wang (suara telah diubah), mengatakan, “Banyak orang meninggal, baik orang dewasa maupun anak-anak. Tingkat infeksi di kalangan anak sekolah sangat tinggi, bahkan anak-anak di taman kanak-kanak juga terjangkit. Banyak kasus kematian mendadak, terutama akibat serangan jantung dan stroke.”
Liu, seorang warga dari Zibo, Shandong, juga menambahkan, “Kasus kematian mendadak terjadi pada usia 40 hingga 80 tahun. Saya bisa merasakan bahwa orang-orang di sekitar saya semakin sedikit.”
Banyak warga mengungkapkan bahwa pihak rumah sakit menggunakan istilah “flu musiman” untuk menutupi lonjakan kasus COVID-19 yang sebenarnya. Banyak pasien mengalami “paru-paru putih” (white lung syndrome), kondisi parah yang sering dikaitkan dengan infeksi COVID-19 yang serius, tetapi pemerintah menutup-nutupi situasi ini.
Wang, warga Shandong, mengatakan, “Banyak orang yang mengalami ‘paru-paru putih’ telah meninggal. Saya mendengar bahwa krematorium penuh. Di sekitar saya, sudah ada tiga hingga empat orang yang meninggal, ada yang berusia 40-an, 50-an, dan 60-an. Sekitar sepuluh hari lalu, seorang teman saya yang baru berusia 40-an meninggal mendadak setelah bermain basket. Saya yakin ini akibat vaksin.”
Lonjakan Kematian Mendadak dan Dampaknya pada Masyarakat
Seorang warga desa di Jiangmen, Guangdong, mengatakan bahwa di desanya saja, lebih dari 20 orang telah meninggal sejak akhir tahun lalu. “Biasanya, dalam setahun hanya ada dua atau tiga kematian. Sekarang, orang berusia 50-an yang mengalami stroke jumlahnya sangat banyak. Mereka yang telah divaksin mengalami penurunan kesehatan drastis, bahkan sedikit udara dingin saja sudah tidak bisa mereka tahan. Saya melihat beberapa teman saya yang tampak jauh lebih tua dari sebelumnya, rambut mereka memutih, dan banyak pasangan yang bercerai. Anak-anak muda tidak mau menikah lagi. Tiongkok akan menghadapi kepunahan.”
Baru-baru ini, sebuah laporan yang menyebar luas di internet menunjukkan angka kematian berdasarkan kelompok usia. Generasi 80-an (“era 80 “, lahir tahun 1980-1989) memiliki tingkat kematian tertinggi sebesar 5,2%, sementara generasi 90-an (“era 90 “) memiliki tingkat kematian 3%. Hal ini memicu perhatian karena kelompok usia ini berada di usia produktif, dengan tanggung jawab besar terhadap keluarga mereka.
Seorang warga Hubei, Yang, mengatakan, “Banyak orang muda dan paruh baya yang meninggal dunia. Sangat disayangkan. Mungkin ini ada hubungannya dengan vaksin. Selain itu, ekonomi yang buruk dalam beberapa tahun terakhir membuat orang harus bekerja lembur tanpa henti. Mereka yang memiliki penyakit bawaan menjadi semakin rentan.”
Peringatan dari Guru Li Hongzhi dan Solusi Spiritual
Pada Agustus 2023, pendiri Falun Gong, Li Hongzhi, pernah memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 terutama ditujukan kepada Partai Komunis Tiongkok (PKT) serta mereka yang secara membabi buta mendukung dan mengabdi kepada PKT. Ia menegaskan bahwa banyak orang, termasuk anak muda, telah meninggal akibat pandemi ini.
Dalam esai berjudul “Rasional”, Guru Li Hongzhi mengajarkan bahwa cara terbaik untuk menghindari wabah ini adalah dengan melakukan “Tiga Pemunduran” (san tui, yaitu keluar dari Partai Komunis Tiongkok, Liga Pemuda Komunis, dan Pionir Muda) serta dengan tulus melafalkan kata-kata bijak yang diajarkan oleh Falun Gong. (Hui)
Sumber : NTDTV.com