EtIndonesia. Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih, namun pertemuan tersebut berakhir dengan ketegangan. Setelah itu, pemerintahan Trump memutuskan untuk menangguhkan semua bantuan ke Ukraina, termasuk senjata yang sedang dikirim atau sudah berada di Polandia.
Zelenskyy menegaskan bahwa Kyiv berupaya melakukan diplomasi intensif untuk segera mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun dengan Rusia dan berharap dukungan AS dapat membantu mencapai perdamaian.
Menurut laporan Axios yang dikutip oleh Central News Agency, seorang pejabat Gedung Putih menyatakan: “Presiden Trump telah menyatakan dengan jelas bahwa dia menginginkan perdamaian, dan itu membutuhkan komitmen dari mitra kami. Kami saat ini menangguhkan dan meninjau kembali bantuan untuk memastikan bahwa itu tidak menghambat penyelesaian masalah.”
Berdasarkan data Departemen Luar Negeri AS, sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, pemerintahan Biden telah memberikan sekitar US$65,9 miliar bantuan militer ke Ukraina. Namun, sejak Trump menjabat pada 20 Januari 2025, ia belum mengumumkan bantuan tambahan.
Menurut laporan dari think tank Center for Strategic and International Studies (CSIS), meskipun Trump belum menyetujui bantuan baru, masih ada miliaran dolar peralatan yang dijanjikan oleh pemerintahan Biden yang masih dalam proses pengiriman dan belum sampai ke Kyiv.
CSIS mencatat bahwa pengiriman bantuan militer biasanya memakan waktu sekitar 8 bulan sejak pengumuman hingga diterima oleh Ukraina. Sementara itu, jika membeli senjata baru dari kontraktor pertahanan AS, waktu pengirimannya bisa lebih lama, yakni bertahun-tahun.
Sejauh ini, bantuan militer US$65,9 miliar dari AS untuk Ukraina mencakup:
- Sistem pertahanan udara
- Senjata ringan dan amunisi
- Rudal dan sistem roket berpemandu laser
- Radar pemantauan udara
- Helikopter, tank, kendaraan lapis baja, kapal, dan ratusan ribu peluru artileri
Jika digabungkan dengan bantuan kemanusiaan dan keuangan, Kongres AS telah menyetujui US$174,2 miliar untuk Ukraina sejak invasi Rusia dimulai pada tahun 2022.
Selain bantuan senjata dan dana, Ukraina juga sangat bergantung pada bantuan teknologi dan intelijen dari AS.
- Starlink
Komunikasi militer Ukraina sangat bergantung pada jaringan internet satelit Starlink dari SpaceX milik Elon Musk. Hingga tahun lalu, sekitar 42.000 terminal Starlink telah digunakan di berbagai wilayah Ukraina untuk mendukung komunikasi pasukan di garis depan. - Intelijen AS
Militer Ukraina juga bergantung pada intelijen yang diberikan oleh militer AS, termasuk dalam penargetan serangan menggunakan drone. Namun, setelah pertemuan yang tegang antara Zelensky dan Trump di Gedung Putih pada 28 Februari, kerja sama luas antara AS dan Ukraina ini menghadapi ketidakpastian.
Setelah pertemuan dengan Trump yang tidak berjalan baik, Zelensky tetap mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada AS dan Trump sebagai upaya diplomasi, tetapi tidak mengajukan permintaan maaf.
Senator senior Partai Republik yang sebelumnya mendukung bantuan militer untuk Ukraina, Lindsey Graham, mengkritik Zelenskyy di platform media sosial X pada 1 Maret, dengan menyebut perilakunya “sama sekali tidak dapat diterima” dan mengatakan bahwa “retorika Zelensky sudah mulai membuat orang bosan.” Graham juga mengatakan kepada negara-negara Eropa bahwa jika mereka ingin mempertahankan Ukraina, maka mereka harus mengambil tindakan sendiri.
Menurut seorang pejabat senior Gedung Putih, perbedaan utama antara kedua pihak adalah mengenai jaminan keamanan.
- Ukraina bersikeras bahwa jaminan keamanan dari AS adalah elemen penting untuk mencapai perdamaian yang permanen.
- Namun, pemerintahan Trump berpendapat bahwa jika Ukraina menandatangani perjanjian sumber daya mineral dan membuka investasinya untuk perusahaan AS, maka AS akan lebih tertarik untuk melindungi Ukraina secara alami.
Sayangnya, Zelenskyy menolak pendekatan Trump tersebut. (Hui)
Sumber : NTDTV.com