EtIndonesia. Amerika Serikat mengumumkan keputusan mengejutkan, di mana CIA menghentikan berbagi intelijen dengan Ukraina. Langkah ini diperkirakan akan semakin memperburuk posisi Ukraina di medan perang dan dapat membawa perubahan pada situasi di garis depan. Pihak AS menyatakan bahwa tindakan ini bertujuan untuk menekan Ukraina agar segera mempercepat proses perundingan damai.
“Ukraina sudah siap untuk segera duduk di meja perundingan,” ujar Presiden AS Donald Trump.
Dalam pidatonya di Kongres pada Selasa (4 Maret) malam, Trump mengungkapkan bahwa ia menerima surat dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dalam surat tersebut, Zelenskyy menyatakan keinginannya untuk segera memulai perundingan guna mencapai perdamaian permanen.
Trump mengapresiasi surat dari Zelenskyy dan mengatakan, “Pada saat yang sama, kami telah melakukan diskusi serius dengan Rusia dan menerima sinyal kuat bahwa mereka juga siap untuk mencapai perdamaian.”
Pekan lalu, setelah terjadi ketegangan diplomatik di Gedung Putih, Trump sempat meragukan apakah Zelenskyy benar-benar ingin melakukan gencatan senjata.
Baru-baru ini, AS telah sepenuhnya menghentikan bantuan militer ke Ukraina. Tidak hanya itu, Direktur CIA John Ratcliffe pada Rabu (5 Maret) mengonfirmasi kepada Fox News bahwa AS telah memutuskan berbagi intelijen dengan Kyiv. Dia menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk menekan Ukraina agar segera memulai perundingan damai. Namun, sejauh mana pemotongan intelijen ini belum sepenuhnya jelas.
Anggota parlemen Ukraina sekaligus anggota Komite Keamanan Nasional, Serhiy Rakhmanin, mengatakan, “Jika informasi intelijen ini berkurang secara signifikan, situasinya akan menjadi sangat serius.”
Penasihat Keamanan Nasional AS, Michael Waltz, mengatakan, “Kami mengambil langkah mundur, menghentikan sementara, dan meninjau kembali berbagai aspek dari hubungan ini.”
Waltz menambahkan bahwa dirinya telah berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional Ukraina dalam sebuah percakapan yang konstruktif. Ia meyakini akan ada kemajuan yang signifikan dalam waktu dekat.
Menariknya, sumber informasi mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, tampaknya berperan sebagai perantara dalam isu Ukraina. Starmer dikabarkan memberikan saran kepada Zelenskyy tentang cara memperbaiki hubungan dengan Trump.
“Saya melakukan yang terbaik untuk memainkan peran saya dan tetap berhubungan secara rutin dengan semua pihak yang terlibat,” ujar Keir Starmer.
Starmer meyakini bahwa perdamaian yang langgeng hanya bisa dicapai melalui kerja sama antara AS, Eropa, dan Ukraina.
Menurutnya, jika negara-negara Eropa dapat berkomitmen untuk meningkatkan anggaran pertahanan dan memiliki rencana keamanan yang menjamin perlindungan Ukraina, maka AS akan setuju untuk memberikan dukungan keamanan. Hal ini dianggap sebagai langkah krusial untuk mencegah Rusia melancarkan serangan lagi.
Sementara itu, Rusia menyatakan bahwa program nuklir Iran akan menjadi salah satu topik dalam pembicaraan AS-Rusia di masa mendatang. Kremlin mengatakan bahwa masalah ini telah disinggung dalam perundingan putaran pertama bulan lalu.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, “Sikap Rusia adalah bahwa masalah nuklir Iran hanya dapat diselesaikan melalui cara politik dan diplomatik. Menurut kami, ini adalah solusi yang memungkinkan.”
Bulan lalu, Trump kembali menerapkan tekanan maksimum terhadap Iran, termasuk menargetkan ekspor minyak negara tersebut guna mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir. (Hui)
Sumber : NTDTV.com