Trump Meragukan Kesepakatan Pertahanan Bersama NATO

EtIndonesia. Pada Kamis, 6 Maret, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat mungkin tidak akan melindungi sekutu NATO yang kontribusi belanja pertahanannya tidak memadai. Selain itu, Trump juga meragukan apakah negara-negara anggota NATO akan membela AS jika negara tersebut diserang.

Menurut laporan The Hill pada hari yang sama, saat ditanya tentang kemungkinan perubahan kebijakan tersebut, Trump mengatakan kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih.

“Saya sudah mengatakan ini kepada mereka. Saya bilang: ‘Jika kalian tidak membayar, kami tidak akan melindungi kalian.’ Saya sudah mengatakan ini tujuh tahun yang lalu, dan karena itu, mereka membayar ratusan miliar dolar,” kata Trump.

Meragukan Komitmen NATO terhadap Amerika Serikat

Pasal 5 Piagam NATO menetapkan bahwa serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Klausul ini pertama kali diaktifkan setelah serangan teroris pada 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Ketika ditanya apakah ini akan menjadi kebijakan resmi AS, Trump menjawab: “Saya rasa ini adalah akal sehat. Jika mereka tidak membayar, saya tidak akan membela mereka.”

Trump menambahkan bahwa pernyataannya ini telah menuai banyak kritik.

Trump juga mempertanyakan apakah negara-negara anggota NATO akan benar-benar melindungi Amerika Serikat jika negara tersebut berada dalam masalah.

“Kalian tahu, masalah terbesar saya dengan NATO adalah… Saya sangat mengenal orang-orang itu. Mereka adalah teman-teman saya. Tetapi jika Amerika Serikat menghadapi masalah dan kami menelepon mereka, ‘Kami punya masalah. Prancis, kami punya masalah.’… Kalian pikir mereka akan datang melindungi kami? Seharusnya begitu, tetapi saya tidak yakin,” kata Trump.

Trump Mengkritik Ketidakadilan dalam Kontribusi Belanja Pertahanan

Ketika ditanya mengapa Amerika Serikat tetap berada dalam NATO, Trump mengatakan bahwa dia merasa NATO “mungkin memiliki manfaat,” tetapi juga “sangat tidak adil.”

Selama ini, Trump terus mendorong sekutu-sekutu NATO untuk meningkatkan belanja pertahanan mereka. Menurutnya, Amerika Serikat menanggung beban yang jauh lebih berat dibandingkan anggota lainnya.

Sesuai kesepakatan, negara-negara anggota NATO diharapkan mengalokasikan 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk pertahanan. Namun, Trump mengusulkan untuk menaikkan target tersebut menjadi 5%.

Saat ini, belanja pertahanan Amerika Serikat mencapai sekitar 3% dari PDB. Untuk mencapai target Trump, Pentagon harus meningkatkan anggarannya secara signifikan.

Hingga tahun lalu, dari 32 negara anggota NATO, 23 negara telah mencapai ambang batas 2% PDB untuk anggaran pertahanan mereka.

Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Trump sedang mempertimbangkan untuk mengubah sikap Amerika Serikat terhadap NATO, dengan memberikan keuntungan lebih kepada negara-negara anggota yang berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan.

Sekitar tiga tahun yang lalu, pecahnya perang Rusia-Ukraina menarik perhatian besar terhadap NATO. Para pendukung NATO berpendapat bahwa perjanjian pertahanan bersama dapat mencegah Rusia melakukan invasi lebih lanjut ke negara-negara anggota NATO, seperti Polandia. Tahun lalu, Swedia dan Finlandia resmi bergabung dengan aliansi tersebut.

Janji Kuat dari Calon Duta Besar NATO

Dalam perkembangan terkait, Matthew Whitaker, calon Duta Besar untuk NATO yang diusulkan oleh Trump, pada sidang konfirmasi di hadapan Senat pekan ini menyatakan bahwa komitmen Amerika Serikat terhadap NATO akan tetap “kokoh sekuat batu karang.”

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang masa depan NATO dan solidaritasnya dalam menghadapi ancaman global, khususnya dari Rusia. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS