Rusia Serang Ukraina, Trump Berencana Sanksi  Rusia Hingga Putin Setuju Gencatan Senjata Bersyarat

Rusia melancarkan serangan besar-besaran dengan rudal dan drone terhadap Ukraina  pada Jumat (7 Maret) dini hari.  Ini adalah serangan serius pertama terhadap infrastruktur energi Ukraina sejak AS menghentikan bantuan militer dan berbagi intelijen. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan sanksi dan tarif besar-besaran terhadap Rusia. Sementara itu, sumber dari Moskow mengungkapkan bahwa Presiden Vladimir Putin bersedia menyetujui gencatan senjata dengan syarat tertentu.

EtIndonesia. Angkatan Udara Ukraina mengonfirmasi bahwa Rusia menembakkan 67 rudal dan mengerahkan 194 drone ke berbagai wilayah Ukraina pada Jumat dini hari. Dari jumlah tersebut, 34 rudal dan 100 drone berhasil ditembak jatuh oleh pasukan Ukraina. Infrastruktur energi dan fasilitas lainnya di wilayah timur (Kharkiv), selatan (Odesa), serta barat (Ternopil) mengalami kerusakan dengan tingkat keparahan yang berbeda. Setidaknya 18 orang dilaporkan terluka akibat serangan ini.

Seorang pengungsi dari garis depan Kupiansk, Lidovska, mengatakan: “Saya sudah berusia 81 tahun, saya melarikan diri dari medan perang, tapi kini perang kembali menghampiri saya.”

Pada hari yang sama, Presiden Trump menulis di Truth Social: “Melihat serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina saat ini di medan perang, saya sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi perbankan besar-besaran dan tarif terhadap Rusia, sampai tercapai gencatan senjata dan kesepakatan damai yang final.”

Ia juga menyerukan kepada Rusia dan Ukraina: “Segera duduk di meja perundingan sekarang, sebelum semuanya menjadi terlalu terlambat.”

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga mengecam serangan Rusia dengan keras dan kembali mendesak adanya gencatan senjata di udara dan laut. Usulan ini pertama kali diajukan oleh Prancis, tetapi tidak mencakup pasukan darat.

Keputusan AS untuk menghentikan bantuan militer dan intelijen terhadap Ukraina memaksa Zelenskyy untuk semakin bergantung pada dukungan dari Eropa. Ia mengonfirmasi bahwa jet tempur F-16 dan Mirage yang disediakan oleh Prancis kini telah mulai beroperasi untuk melindungi langit Ukraina. Bahkan, jet Mirage dilaporkan berhasil mencegat rudal jelajah Rusia.

Selain itu, Ukraina menerima dana pertama sebesar 1 miliar dolar AS dari Inggris. Dana tersebut berasal dari keuntungan aset Rusia yang dibekukan.

Ketua Dewan Uni Eropa, António Costa, menyatakan: “Ke-26 negara Uni Eropa percaya bahwa cara mencapai perdamaian adalah dengan memperkuat kapasitas pertahanan Ukraina.”

Dalam KTT darurat Uni Eropa sehari sebelumnya, 26 negara Eropa (kecuali Hongaria) sepakat untuk meningkatkan anggaran pertahanan dan terus memberikan dukungan bagi Ukraina. Uni Eropa juga mengaktifkan rencana rearmamentasi Eropa dengan alokasi dana sebesar 800 miliar euro.

Sebagai tanggapan, Kremlin pada hari Jumat menyatakan bahwa rencana militerisasi Uni Eropa jelas ditujukan terhadap Rusia, dan Moskow akan terus mengawasi situasi ini.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan: “Ini adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan kami, dan mungkin memerlukan langkah-langkah yang tepat untuk meresponsnya.”

Menanggapi upaya Trump untuk menghidupkan kembali pembicaraan perlucutan senjata nuklir global, Moskow menyatakan kesiapan untuk berdialog dengan Washington mengenai pengendalian senjata nuklir. Namun, Rusia menegaskan bahwa nuklir di Eropa juga harus menjadi bagian dari pembahasan. 

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengindikasikan bahwa Prancis bersedia memperluas perlindungan nuklirnya bagi Eropa.

Pada Senin (10 Maret) mendatang, Zelenskyy dijadwalkan mengunjungi Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Delegasi tinggi AS dan Ukraina juga direncanakan bertemu di sana pada akhir pekan untuk membahas kerangka awal perjanjian damai dan gencatan senjata.

Menurut sumber dari Moskow yang dikutip oleh Bloomberg pada Jumat, Rusia bersedia membahas gencatan senjata sementara di Ukraina jika ada kemajuan dalam negosiasi perjanjian damai. Ini adalah pertama kalinya Putin memberikan respons positif setelah Trump mengeluarkan peringatan terkait gencatan senjata.

Namun, Rusia menetapkan beberapa syarat, termasuk pemahaman yang jelas tentang prinsip perjanjian damai dan kendali penuh Moskow atas negara-negara serta jumlah pasukan yang terlibat dalam misi penjaga perdamaian di Ukraina.

Sebelumnya, Rusia menolak kehadiran pasukan NATO di Ukraina, menolak usulan Eropa untuk membentuk aliansi sukarela guna mengawasi perjanjian damai, serta menolak rencana gencatan senjata udara dan laut selama sebulan yang diajukan oleh Inggris dan Prancis. (Hui)

Sumber : NTDTV 

FOKUS DUNIA

NEWS