EtIndonesia. Apakah manusia dan simpanse benar-benar mirip? Penelitian dalam bidang biologi molekuler menunjukkan bahwa perbedaan genetik antara keduanya terlalu besar sehingga sulit untuk menjelaskan bahwa manusia berasal dari proses evolusi. Para akademisi mengungkap fakta mengejutkan di balik penelitian evolusionis mengenai tingkat kesamaan DNA antara manusia dan simpanse.
Dr. Thomas Seiler, seorang fisikawan dari Universitas Teknik Munich (Technical University of Munich), dalam pidatonya pada acara World Youth Day tahun 2016 mengungkapkan bahwa kaum evolusionis tidak hanya gagal menemukan bukti evolusi dalam biologi molekuler, tetapi justru menemukan bukti yang membantah hipotesis evolusi.
Dr. Seiler mengatakan: “Sebagian besar dari kita telah mendengar bahwa kesamaan genetik antara manusia dan simpanse mencapai 99%. Padahal, mereka tidak memberitahu kita bahwa hasil tersebut bukan diperoleh dengan membandingkan keseluruhan DNA, melainkan hanya berdasarkan 3% dari DNA yang diuji. Sementara 97% kode genetik DNA memiliki fungsi yang belum kita ketahui.”
Perbedaan Genetik Antara Manusia dan Simpanse Sangat Besar
Dr. Seiler menekankan bahwa menurut laporan jurnal akademik Nature tahun 2010 yang menganalisis perbedaan kromosom antara manusia dan simpanse, kromosom Y yang menentukan jenis kelamin hanya memiliki kesamaan sebesar 40%, sedangkan 60% sisanya berbeda. Jika demikian, bagaimana mungkin evolusionis menyimpulkan bahwa manusia berevolusi dari hewan dengan perbedaan sebesar ini?
Meskipun kaum Darwinis sering mengatakan bahwa DNA manusia dan simpanse memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dan hanya memiliki perbedaan sebesar 1%, pada kenyataannya, pernyataan ini bersifat sepihak. Klaim bahwa perbedaan DNA hanya 1% berasal dari penelitian tahun 1975. Saat itu, para peneliti hanya menggunakan sebagian kecil DNA simpanse yang telah disaring sebelumnya untuk dibandingkan dengan DNA manusia.
Dr. Jeffrey Tomkins dan Dr. Jerry Bergman dari Institut Genom Universitas Clemson (Clemson University Genomics Institute, CUGI) pada tahun 2012 melakukan analisis terhadap berbagai literatur ilmiah dan menyimpulkan bahwa:
“Kesamaan genom antara manusia dan simpanse tidak lebih dari 87%, bahkan kemungkinan besar hanya sekitar 81%.”
Dengan kata lain, perbedaan genetik antara manusia dan simpanse sangat besar, kemungkinan melebihi 19% dan bisa mencapai hingga 30%. Perbedaan ini semakin mencolok dalam kromosom Y antara pria dan simpanse jantan, yang bertentangan dengan harapan kaum evolusionis.
Perbedaan Genetik yang Signifikan
Menurut ahli biologi David DeWitt dari Liberty University, perbedaan antara manusia dan simpanse sangat besar. Perbedaan itu meliputi jumlah kromosom, struktur kromosom, serta karakteristiknya. Manusia memiliki 23 pasang (46 buah) kromosom, sedangkan simpanse memiliki 24 pasang (48 buah). Panjang DNA telomer (ujung kromosom) manusia adalah 10K pasangan basa, sedangkan telomer simpanse mencapai 23K pasangan basa.
Selain itu, perbedaan yang signifikan ditemukan pada kromosom pasangan ke-4, ke-9, dan ke-12 antara manusia dan simpanse. Perbedaan ini begitu mencolok sehingga para pendukung evolusi menyebutnya sebagai “perombakan materi genetik” (remodeled genetic material). Namun, “perombakan” ini justru menunjukkan adanya perubahan besar yang tidak sesuai dengan konsep perubahan evolusi yang bersifat bertahap (gradualism).
Perbedaan paling mencolok ditemukan pada kromosom Y yang menentukan jenis kelamin, di mana materi genetiknya benar-benar berbeda antara manusia dan simpanse. Dr. DeWitt menambahkan bahwa fakta-fakta ini sengaja dihilangkan oleh kaum evolusionis dari makalah penelitian mereka dan tidak dibahas dalam studi genetika mereka.
Di balik Klaim Perbedaan 1%
Dr. DeWitt menjelaskan bahwa persentase kesamaan yang diklaim dalam penelitian sebelumnya sebenarnya menutupi fakta penting: terdapat perbedaan besar dalam jumlah DNA yang tidak cocok. Perbedaan 1% dalam genom berarti terdapat sekitar 3 juta pasangan basa DNA yang berbeda. Tidak hanya itu, karakteristik urutan DNA juga memiliki banyak variasi yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan istilah kesamaan sederhana.
Yang lebih aneh, meskipun penelitian ini telah terbukti tidak akurat selama beberapa dekade, hasil kasar dari tahun 1975 ini tetap diterbitkan dalam jurnal ilmiah bergengsi Science pada tahun 2012.
Svante Pääbo, seorang ahli genetika dari Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusioner (Max-Planck-Institut für evolutionäre Anthropologie) di Jerman, pernah mengatakan:
“Cara kita memandang perbedaan antara manusia dan simpanse bukan hanya masalah ilmiah, tetapi juga terkait dengan politik, sosial, dan budaya.”
Analisis dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa perdebatan dalam penelitian biologi ini telah melampaui ranah akademik. Sebuah laporan menyimpulkan:“Mungkin alasan mengapa kaum evolusionis begitu mempertahankan mitos perbedaan 1% adalah karena faktor politik, sosial, dan budaya. Jika dibandingkan secara genetika, DNA manusia dan simpanse memiliki perbedaan yang sangat besar. Maka, mengapa para pendukung teori evolusi bersikeras menolak kesimpulan yang jelas dari perbandingan ini? Apa sebenarnya tujuan mereka?” (jhn/yn)