Amerika Terapkan Tarif Baja dan Aluminium, Kanada dan Eropa Melawan, Tiongkok Paling Terdampak

EtIndonesia. Amerika Serikat resmi mengenakan tarif 25% pada impor baja dan aluminium, yang langsung memicu respons keras dari mitra dagangnya. Kanada segera membalas dengan menerapkan tarif balasan terhadap produk AS senilai 20,7 miliar dolar. Uni Eropa juga melakukan tindakan serupa dengan menargetkan sektor-sektor yang penting bagi basis pemilih Partai Republik. Sementara itu, Inggris berharap dapat menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi perdagangan bilateral.

Pada Jum’at (14/3) Menteri Keuangan Kanada akan bertolak ke Washington untuk berunding dengan pihak AS dalam upaya membatalkan kebijakan tarif ini.

Kanada: Pukulan Terbesar dan Balasan Langsung

Pada 12 Maret, AS menerapkan tarif 25% terhadap impor baja dan aluminium, dengan Kanada sebagai pemasok terbesar bahan tersebut ke AS. Tak heran, Kanada terkena dampak paling besar akibat kebijakan ini.

Sebagai respons cepat, Pemerintah Kanada mengumumkan tindakan balasan yang mencakup barang-barang AS senilai 20,7 miliar dolar, termasuk baja, aluminium, dan produk lainnya. Tarif ini mulai berlaku pada 13 Maret pukul 00:01.

Kanada juga mengancam akan meningkatkan tarif tambahan pada 2 April, bergantung pada bagaimana AS melanjutkan kebijakannya.

Selain itu, pada awal Maret, AS juga telah mengenakan tarif 25% terhadap impor dari Kanada dan Meksiko sebagai bagian dari upaya menekan mereka dalam kontrol fentanyl. Namun, AS tetap memberikan pengecualian untuk tiga perusahaan otomotif besar dan beberapa produk yang tercakup dalam Perjanjian Perdagangan AS-Meksiko-Kanada (USMCA).

Ketika itu, Kanada langsung membalas dengan memberlakukan tarif 25% terhadap produk AS senilai 20,8 miliar dolar.

Menurut Shen Rongqin, seorang profesor dari Universitas York, kebijakan tarif ini menjadi teka-teki bagi Kanada.

“Trump sering menggunakan tarif sebagai alat untuk menekan lawan dalam negosiasi. Namun, jika ini hanya sekadar taktik, seharusnya ada tujuan yang jelas. Sampai saat ini, bahkan pemerintah Kanada pun tidak sepenuhnya memahami apa tujuan akhir Trump dengan kebijakan ini,” katanyan.

Besok, Menteri Keuangan Kanada Dominic LeBlanc akan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, di Washington untuk membahas masalah ini.

“Pemerintah kami akan terus berusaha keras meyakinkan pemerintahan Trump agar sepenuhnya mencabut tarif yang sama sekali tidak masuk akal ini,” kata LeBlanc.

Uni Eropa Balas dengan Menargetkan Basis Pemilih Partai Republik

Selain Kanada, Uni Eropa juga mengambil langkah balasan dengan menerapkan tarif pembalasan terhadap produk AS senilai 28 miliar dolar, yang akan berlaku mulai 1 April.

Menariknya, Uni Eropa secara khusus menargetkan produk yang berasal dari negara bagian “merah” (pendukung Partai Republik), termasuk baja, aluminium, tekstil, dan produk pertanian. Langkah ini bertujuan untuk memberikan tekanan politik langsung terhadap Pemerintahan AS.

Sementara itu, Inggris mengungkapkan “kekecewaannya” terhadap kebijakan tarif AS. Namun, Perdana Menteri Keir Starmer berharap dapat menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi perdagangan bilateral.

“Kami akan mengambil pendekatan pragmatis. Seperti yang diketahui, kami tengah bernegosiasi mengenai perjanjian ekonomi yang mencakup tarif, dan jika berhasil, kesepakatan itu akan mencakup penghapusan tarif juga,” ujar Starmer.

Saat ini, Inggris dan AS sedang berada di tahap akhir perundingan untuk perjanjian perdagangan bilateral mereka.

Menurut Shen Rongqin, secara teori, negosiasi bilateral memberikan keuntungan lebih besar bagi negara besar seperti AS dibandingkan perjanjian perdagangan multilateral.

“Jika kita melihat dari perspektif teori negosiasi, biasanya negara besar akan mendapatkan lebih banyak manfaat dalam perjanjian bilateral dibandingkan dalam kesepakatan multilateral. Jika Trump menekankan ‘America First’, maka kesepakatan bilateral tentu akan lebih menguntungkan bagi AS dibandingkan kesepakatan dalam kelompok besar,” ktanya

Meksiko Menunggu hingga 2 April

Sementara itu, Meksiko memilih untuk bersikap lebih hati-hati. Presiden Claudia Sheinbaum menyatakan bahwa Pemerintah Meksiko akan menunggu hingga 2 April sebelum memutuskan apakah akan menerapkan tindakan balasan terhadap tarif AS.

Tiongkok: Paling Terdampak dengan Tarif Tertinggi

Dari semua negara yang terkena dampak tarif AS, Tiongkok mengalami pukulan paling besar.

Selain dikenai tarif 25% dalam kebijakan baru ini, sebelumnya AS juga telah memberlakukan tarif 20% terhadap produk baja dan aluminium dari Tiongkok.

Dengan meningkatnya tekanan dari berbagai kebijakan perdagangan AS, Tiongkok kini menghadapi tantangan besar dalam ekspor industrinya, terutama di sektor logam dan manufaktur berat.

Kesimpulan: Perang Dagang Semakin Memanas

Keputusan AS untuk menerapkan tarif tinggi terhadap baja dan aluminium memicu gelombang pembalasan dari mitra dagangnya. Kanada dan Uni Eropa sudah mengambil tindakan keras, sementara Inggris lebih memilih jalur diplomasi, dan Meksiko masih menunggu perkembangan lebih lanjut.

Di sisi lain, Tiongkok berada dalam posisi paling rentan karena beban tarif yang terus meningkat, memperumit hubungan perdagangan dengan AS yang sudah tegang sebelumnya.

Apakah kebijakan tarif ini akan memberikan keuntungan bagi AS, atau justru memicu perang dagang besar-besaran? Dunia kini menunggu langkah selanjutnya dari Washington. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS