“Saya Tidak Punya Keputusan Akhir atas Uang Saya Sendiri?” Pembatasan Kartu Bank di Tiongkok Memicu Kemarahan Publik 

EtIndonesia. Batasan transaksi kartu bank di Tiongkok semakin ketat, membuat penarikan dan transfer dana menjadi sangat sulit, sehingga mempengaruhi pekerjaan dan kehidupan masyarakat. Banyak orang bertanya di internet: “Mengapa saya tidak bisa menentukan penggunaan uang saya sendiri?”

Menurut laporan Jiemian News pada 12 Maret, seorang pegawai bank milik negara di Tiongkok mengonfirmasi bahwa batasan transaksi untuk kartu bank baru umumnya berkisar antara RMB.5.000 hingga RMB.10.000 .

Pegawai tersebut mengatakan bahwa batas ini bisa disesuaikan, tetapi nasabah harus memberikan dokumen seperti izin tinggal, bukti pekerjaan, dan catatan asuransi sosial untuk membuktikan profesi, identitas, sumber pendapatan, serta tujuan transaksi.

Seorang kepala cabang bank di provinsi barat mengatakan bahwa selain dokumen tersebut, dalam beberapa kasus, nasabah juga harus mendapatkan surat keterangan dari kantor polisi untuk membuka rekening bank.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa untuk membuka rekening bank, banyak bank di Tiongkok meminta berbagai dokumen seperti bukti pekerjaan, asuransi sosial, bukti tempat tinggal, serta catatan transaksi bank. Selain itu, semua bank kini memberlakukan batasan transaksi pada kartu baru.

Seorang nasabah bernama Li, yang baru saja pindah pekerjaan, mengalami kesulitan saat mencoba membuka rekening gaji di sebuah bank milik negara.

“Saya diminta memberikan kontrak kerja dari perusahaan baru saya. Tapi saat itu saya belum menandatangani kontrak kerja. Bank menyarankan saya untuk membuka kartu tipe kedua (rekening dengan batasan tertentu), tetapi kartu ini memiliki batas tahunan sebesar RMB.200.000.”

“Akhirnya, saya harus membuktikan bahwa saya benar-benar akan bekerja di perusahaan itu dengan cara menghubungi telepon kantor perusahaan saya. Selain itu, pegawai bank mengingatkan saya bahwa setelah membuka kartu, akan ada dua kali verifikasi melalui telepon. Jika saya melewatkan panggilan tersebut, batas transaksi non-teller saya bisa dikurangi,” kata Li dengan kesal.

Tidak hanya dalam hal pembukaan rekening, batasan transaksi kartu bank juga menyebabkan banyak masalah bagi para nasabah.

“Saya punya uang di kartu saya, tapi mengapa saya harus mendapatkan izin dari bank untuk mentransfernya?” keluh seorang warganet di media sosial Tiongkok.

Beberapa komentar lain dari netizen :

  • “Saya dikenakan batas harian RMB.2.000 . Karena beberapa bulan tidak ada transaksi, saya ingin meningkatkan batas, tetapi mereka bilang saya tidak punya riwayat transaksi, jadi tidak bisa dinaikkan. Saya benar-benar kesal!”
  • “Saya hanya bisa mentransfer RMB.1.000 per hari.”
  • “Di kantor pos, saya hanya bisa mentransfer maksimal RMB.5.000 per hari. Saya langsung minta kartu saya ditutup!”

Li, seorang pengantar makanan di Beijing, mengatakan bahwa setiap tanggal 15, ia selalu mengirimkan uang sebesar RMB.10.000 ke kampung halamannya. Namun, tiba-tiba ia mendapat pemberitahuan bahwa batas transaksi hariannya hanya RMB.5.000 . Ketika ia mencoba meminta peningkatan batasan di cabang bank, pegawai bank mengatakan, “Ini adalah batasan otomatis dari sistem, kami tidak memiliki wewenang untuk mengubahnya.”

Seorang ibu bernama Wang di Shanghai mengalami kesulitan saat ingin membayar uang sekolah anaknya melalui aplikasi mobile banking. Transaksinya diblokir. Setelah menelepon layanan pelanggan selama tiga jam, ia diberi tahu bahwa untuk transaksi di atas RMB. 20.000 , ia harus menyerahkan bukti pendapatan.

Zhang, pemilik toko teh susu di Hangzhou, menemukan bahwa kartu banknya, yang sudah ia gunakan selama tiga tahun, tiba-tiba dikategorikan sebagai “kartu tipe kedua”, dengan batas transaksi harian RMB.10.000 .

“Saya punya transaksi harian RMB.50.000 ! Kalau begini, bagaimana saya bisa menjalankan bisnis?” katanya dengan marah.

Pengalaman para nasabah ini bukanlah kasus yang jarang terjadi. Menurut data dari Bank Sentral Tiongkok tahun 2024, lebih dari 600 juta kartu bank di negara itu telah dikenakan batasan transaksi, dengan 90% dari pembatasan tersebut diterapkan tanpa permintaan pengguna.

“Bukankah uang dalam rekening bank adalah milik saya sendiri? Kenapa saya tidak bisa menentukannya?” tanya banyak orang.

Kebijakan pembatasan ini bermula sejak Oktober 2020, ketika pemerintah Tiongkok meluncurkan kampanye “Pemutusan Kartu”  untuk memberantas kejahatan keuangan dan pencucian uang. Banyak netizen daratan Tiongkok membagikan video pengalaman mereka saat kesulitan menarik atau mentransfer uang di bank, yang kemudian menjadi viral dan menarik perhatian publik.

Pada tahun 2023, kampanye ini diperketat. Bank-bank di seluruh Tiongkok meningkatkan pengawasan terhadap rekening yang tidak aktif selama enam bulan, rekening dari daerah lain, serta rekening yang sering digunakan untuk transaksi non-teller.

Seorang nasabah bernama Chen di Guangzhou menemukan bahwa kartunya dibatasi hanya bisa melakukan transaksi non-teller sebesar RMB.500 per hari karena ia tidak melakukan transaksi selama enam bulan. Ia pun bercanda, “Sekarang menabung pun harus memenuhi KPI!”

Banyak netizen berspekulasi bahwa batasan ini diterapkan karena bank mengalami kekurangan dana.

“Pembatasan ini berarti bank sedang kekurangan uang dan mungkin berisiko bangkrut,” kata seorang pengguna internet.

“Makanya, banyak pengusaha lebih memilih menyimpan uang mereka di bank asing di Hong Kong,” tambah yang lain.

Beberapa netizen juga mempertanyakan efektivitas kebijakan ini.

“Anehnya, para penipu bisa mentransfer ratusan ribu atau bahkan jutaan yuan dalam sekejap tanpa batasan. Jadi, kenapa hanya nasabah biasa yang dibatasi?”  (Hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS