Perkembangan terbaru dalam perundingan gencatan senjata Rusia-Ukraina terus berlangsung. Sebelumnya, mantan Presiden AS Donald Trump memperingatkan Rusia bahwa jika mereka menolak kesepakatan gencatan senjata, mereka akan menghadapi “konsekuensi yang menghancurkan.”
EtIndonesia. Pada 14 Maret 2025, Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam konferensi pers di Moskow, menyatakan dukungan prinsip terhadap usulan gencatan senjata 30 hari yang diajukan oleh AS. Menurut laporan CNN dan media berbahasa Inggris lainnya, Putin menyebut proposal ini “hebat dan benar” (great and correct) serta berterima kasih kepada Trump atas upayanya dalam mengakhiri konflik ini.
“Pertama-tama, saya ingin berterima kasih kepada Presiden AS (Trump) atas perhatiannya terhadap perdamaian dan gencatan senjata di Ukraina.” – Vladimir Putin
Namun, Putin menekankan bahwa gencatan senjata harus menyelesaikan “akar permasalahan konflik” dan menjamin perdamaian jangka panjang.
Ia menyatakan bahwa masih banyak rincian yang perlu dibahas, termasuk mekanisme pengawasan gencatan senjata dan situasi di Kursk, di mana kondisi di medan perang masih tidak menentu.
Putin mengindikasikan bahwa ia mungkin akan berbicara dengan Trump melalui telepon untuk mendiskusikan rincian ini lebih lanjut.
“Kita harus berdiskusi dengan mitra AS tentang proposal gencatan senjata ini. Mungkin saya akan berbicara dengan Presiden Trump untuk membahasnya. Namun, kami mendukung gagasan mengakhiri konflik ini dengan cara damai.” – Vladimir Putin
Namun, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa hari ini tidak ada rencana untuk percakapan antara Putin dan Trump.
Sebelum pernyataan Putin, Penasihat Senior Urusan Luar Negeri Presiden Rusia, Yuri Ushakov, mengungkapkan keraguannya terhadap proposal ini. Ia mengatakan bahwa Moskow menginginkan perdamaian jangka panjang dan tidak ingin gencatan senjata hanya menjadi kesempatan bagi Ukraina untuk mengumpulkan kekuatan kembali.
Pada hari iitu, Putin bertemu dengan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, salah satu sekutu terdekat Rusia. Lukashenko menyambut baik gagasan gencatan senjata tetapi tetap bersikap hati-hati.
Ia berpendapat bahwa AS “belum memiliki rencana yang jelas” dan hanya sedang “menguji air” dengan proposal ini.
Lukashenko bahkan memperingatkan Putin untuk tidak terburu-buru menyetujui perjanjian ini dan mengingatkan bahwa Trump mungkin sedang memasang jebakan.
Dari segi militer, Rusia mengklaim telah merebut kota terbesar di wilayah Kursk yang sebelumnya dikuasai Ukraina, yaitu kota Sudzha.
Sejak pertengahan 2024, Rusia terus melakukan serangan, terutama di wilayah Kursk, membuat Ukraina semakin kehilangan pijakan strategis.
Sebelumnya, Putin bahkan mengunjungi pos komando militer di garis depan, mengenakan seragam kamuflase, yang menegaskan bahwa Rusia tetap mempertahankan tekanan militer meskipun terbuka untuk negosiasi.
Secara keseluruhan, perkembangan perundingan Rusia-Ukraina mengandung harapan sekaligus tantangan.
Usulan gencatan senjata 30 hari dari AS memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk berdialog.
Pernyataan Putin yang lebih fleksibel memberikan harapan untuk perdamaian, tetapi tantangan utama tetap ada, seperti:
- Mekanisme implementasi gencatan senjata
- Penyelesaian akar konflik
- Minimnya kepercayaan antara kedua belah pihak
Dari perspektif realistis, meskipun ada secercah harapan, kemungkinan tercapainya kesepakatan penuh dalam waktu dekat masih rendah.
Dinamika negosiasi antara Rusia dan AS serta perkembangan di medan perang dapat terus memperumit proses ini.
Saat ini, delegasi AS sudah tiba di Moskow untuk bertemu dengan pejabat Kremlin dan memperkenalkan rencana perdamaian AS.
Donald Trump mengatakan: “Saat ini, tim kami sedang bernegosiasi di Rusia. Para utusan AS sedang melakukan mediasi, termasuk dengan Presiden Putin. Kami berharap bisa mengakhiri mimpi buruk ini.”
“Setiap hari, orang-orang tak bersalah kehilangan nyawa. Kita harus memahami situasi dengan lebih jelas. Kami mendapat sinyal positif dari sumber eksternal di Rusia, dan hari ini Putin benar-benar mengatakan bahwa dia setuju untuk gencatan senjata. Itu adalah sinyal yang baik, tetapi belum cukup lengkap.”
“Saya bersedia bertemu langsung dengan mereka atau berbicara dengan Putin, tetapi kita harus bertindak cepat.” – Donald Trump
Pihak Ukraina sebelumnya telah menyatakan dukungan terhadap usulan gencatan senjata 30 hari dari AS, tetapi hingga saat ini belum memberikan tanggapan resmi terhadap pernyataan terbaru Putin.
Komunitas internasional juga terus mengamati perkembangan ini dengan seksama. (Hui)
Sumber : NTDTV.com