EtIndonesia. Pada Sabtu (15 Maret), ibu kota Serbia, Beograd, menjadi pusat aksi protes terbesar anti-pemerintah dalam beberapa dekade terakhir. Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan dengan meneriakkan slogan, membawa bendera nasional, serta memegang berbagai spanduk untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah yang berkuasa.
Massa berkumpul di pusat kota Beograd dalam jumlah besar, menyebabkan kemacetan di jalan-jalan utama.
“Kami berharap masyarakat ini akhirnya bisa bebas. Selama puluhan tahun, kami telah tergerus oleh kebohongan, kejahatan, korupsi, dan ketidakadilan,” ujar salah satu pengunjuk rasa, Aleksa.
“Saya ingin melihat perubahan dan transformasi sistem, tetapi seperti kata pepatah dalam bahasa Inggris, tujuan itu terasa sangat jauh, benar-benar sulit untuk dicapai,” ujar pengunjuk rasa lainnya, Aleksa Cvetanovic.
Aksi protes ini dipicu oleh insiden pada 1 November tahun lalu, ketika atap peron stasiun kereta di kota Novi Sad, Serbia utara, runtuh, menewaskan 15 orang.
Kejadian ini memicu kemarahan publik terhadap otoritarianisme dan dugaan korupsi dalam pemerintahan saat ini.
Para demonstran menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas insiden tersebut. Sebagai dampaknya, Perdana Menteri Serbia dan dua menterinya mengundurkan diri.
Sejak kejadian itu, protes terus berlanjut setiap hari, terutama oleh mahasiswa, yang mendapat dukungan luas dari berbagai kelompok masyarakat.
Banyak pihak memperkirakan bahwa aksi ini dapat berkembang menjadi “Revolusi Warna”. (jhon)
Sumber : NTDTV.com