EtIndonesia. Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pada Sabtu (15/3) bahwa pasukannya telah menjatuhkan 126 drone milik Ukraina dalam serangan malam, sebagian besar di wilayah Volgograd dan Voronezh di Rusia selatan.
Kementerian menyatakan bahwa sebanyak 64 drone berhasil dihancurkan di wilayah udara Volgograd dan Voronezh, sementara sisanya menargetkan daerah perbatasan Rusia.
Serangan drone ini merupakan bagian dari strategi Ukraina untuk menyerang sasaran di dalam wilayah Rusia. Pada 10 Maret, Ukraina meluncurkan serangan drone terbesar terhadap wilayah Moskow sejak awal perang.
Sementara itu, dalam sepekan terakhir, pasukan Rusia telah meningkatkan serangan balasan di Kursk dan berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah yang direbut oleh pasukan Ukraina pada Agustus tahun lalu. Kyiv sebelumnya berharap menggunakan wilayah yang dikuasainya di Kursk sebagai kartu tawar dalam negosiasi untuk mengakhiri perang.
Trump Desak Putin Ampuni Pasukan Ukraina yang Terjebak di Kursk
Pada 14 Maret, Presiden AS, Donald Trump mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk mengampuni pasukan Ukraina yang telah terkepung di Kursk.
“Ribuan tentara Ukraina telah dikepung sepenuhnya oleh pasukan Rusia dan berada dalam situasi yang sangat buruk dan rentan,” ujar Trump.
Dia menambahkan: “Saya telah dengan tegas meminta Presiden Putin untuk mengampuni mereka, jika tidak, ini akan menjadi pembantaian mengerikan—mungkin yang terbesar sejak Perang Dunia II.”
Putin, dalam pernyataannya yang disiarkan di televisi Rusia, menanggapi permintaan Trump dengan mengatakan:“Kami setuju dengan permintaan Presiden Trump. Jika mereka (tentara Ukraina) meletakkan senjata dan menyerah, mereka akan diselamatkan dan diperlakukan dengan hormat.”
Meskipun Putin menyatakan dukungannya terhadap gagasan gencatan senjata 30 hari antara Rusia dan Ukraina, dia tetap skeptis mengenai pelaksanaannya. Putin juga mengungkapkan keinginannya untuk berdiskusi lebih lanjut dengan Trump mengenai kesepakatan tersebut.
Diplomasi AS-Rusia: Pembicaraan Trump-Putin di Depan Mata?
Pada 13 Maret, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, tiba di Moskow untuk bertemu dengan Presiden Putin. Kremlin mengonfirmasi bahwa Putin telah meminta Witkoff untuk menyampaikan pesan kepada Trump, membuka kemungkinan bagi kedua pemimpin untuk melakukan percakapan langsung dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, dalam wawancara dengan Fox News pada 14 Maret, menyatakan bahwa setelah kunjungan Witkoff ke Moskow, pemerintahan Trump memiliki alasan untuk sedikit lebih optimis.“Kami tetap berhati-hati, tetapi ada sedikit optimisme bahwa negosiasi ini bisa menuju ke arah yang lebih baik,” ujar Waltz. (jhn/yn)