EtIdonesia. Beberapa bangunan yang disewakan oleh pemilik bisnis sering kali telah mengalami pergantian pemilik berkali-kali, sehingga sulit untuk mengetahui sejarah tempat tersebut atau kondisi yang mungkin tersimpan di dalamnya.
Di sebuah kafe pekerja mengalami kejadian aneh, hingga mereka mulai mencurigai bahwa ada sesuatu yang tidak biasa di sana. Salah satu dari mereka adalah Xiao Li, yang menyadari bahwa kafe tempatnya bekerja ternyata memiliki penghuni tak kasatmata—seekor kucing hantu.
Kucing Hantu di Kafe
Xiao Li, yang hampir berusia 18 tahun, bekerja di sebuah kafe. Setelah bekerja selama tiga minggu, dia mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak biasa di tempat itu. Awalnya, dia mengira para kolega dan bosnya hanya bercanda ketika mengatakan bahwa kafe tersebut “berhantu”. Namun, semakin lama, dia menyadari bahwa mereka benar-benar percaya akan hal itu.
Beberapa rekannya bercerita bahwa mereka pernah melihat pintu terbuka dengan sendirinya atau benda-benda yang bergerak tanpa alasan jelas. Awalnya, Xiao Li meragukan cerita-cerita ini, karena sepanjang hidupnya dia tidak pernah mengalami kejadian serupa atau tertarik mengunjungi tempat-tempat yang konon berhantu. Menurutnya, mungkin ada penjelasan logis di balik kejadian tersebut, dan dia tidak percaya bahwa kafe itu benar-benar berhantu.
Suatu hari, Xiao Li berbincang dengan salah satu rekannya yang sangat tertarik dengan dunia spiritual. Dari rekannya itu, dia baru mengetahui bahwa di kafe ini ada “kucing peliharaan” yang tidak kasatmata—seekor kucing hantu hitam yang konon sering mengetuk dan menjatuhkan benda-benda, layaknya kucing sungguhan yang gemar bermain-main.
Pengalaman Xiao Li yang Mengerikan
Pada suatu hari, saat Xiao Li bekerja sendirian di area belakang kafe, dia mendengar suara benda jatuh dari tempat pencucian piring. Ketika dia mendekat untuk memeriksa, dia melihat sebilah pisau telah jatuh ke sudut lantai.
Awalnya, dia mengira pisau itu jatuh dari celah tempat penyimpanan. Biasanya, pisau disimpan dengan gagang menghadap ke atas agar bilahnya bisa kering. Namun, saat diperiksa lebih dekat, dia menyadari bahwa celah tersebut terlalu sempit untuk dilewati gagang pisau yang tebal—hanya bagian bilahnya yang mungkin bisa masuk. Ini berarti, secara logis, pisau itu tidak mungkin jatuh dengan sendirinya, melainkan harus ada sesuatu yang mendorongnya jatuh.
Rasa takut mulai menyelimuti benaknya, karena banyak orang di kafe itu telah mengaku melihat kucing hantu yang suka menjatuhkan benda-benda.
Beberapa waktu kemudian, kejadian aneh lainnya terjadi. Tutup sebuah toples tiba-tiba jatuh dari meja kasir tanpa alasan yang jelas. Selain itu, sebuah gelas terlihat berpindah tempat dengan sendirinya. Saat Xiao Li bertanya kepada rekan-rekannya, tidak ada seorang pun yang mengaku telah menyentuh atau memindahkan barang-barang tersebut.
Saat dia kembali mencuci piring, dia tiba-tiba mendengar suara kulkas terbuka lalu tertutup lagi. Dengan cepat, dia menoleh untuk melihat ke belakang, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Ketika dia mengarahkan pandangan ke depan, dia melihat bahwa semua rekan kerjanya sedang sibuk di bagian depan kafe, tanpa ada seorang pun yang berjalan melewati atau menuju tangga kecil di belakang.
Keberadaan Makhluk Halus Lain di Kafe
Baik bos maupun rekan kerja Xiao Li percaya bahwa entitas yang menyebabkan kejadian-kejadian aneh di kafe itu tidak memiliki niat jahat. Namun, mereka juga khawatir bahwa jika bangunan direnovasi atau mereka berencana pindah lokasi, hal itu bisa “mengganggu” entitas tersebut, sehingga aktivitas supernatural mungkin akan semakin sering terjadi.
Selain kucing hantu, beberapa pegawai juga pernah melihat sosok pria tua di bagian belakang kafe. Sosoknya tampak jelas, membuat Xiao Li merasa takut setiap kali harus pergi ke sana. Setiap kali dia memasuki area itu, dia selalu berbicara dengan suara keras untuk memberitahukan tujuannya, lalu dengan cepat meletakkan kain lap kotor di tempat cucian sebelum segera pergi, berharap tidak diganggu oleh sosok misterius itu.
Kurang dari satu bulan bekerja di kafe ini, Xiao Li mengalami perubahan besar dalam cara pandangnya. Kini, dia yakin bahwa entitas semacam itu benar-benar ada. Dia mulai menyesuaikan diri, berusaha untuk tidak terlalu takut, dan bahkan sudah terbiasa berinteraksi dengan kucing hantu tersebut, menganggapnya sebagai kucing berbulu yang tidak kasatmata.(jhn/yn)