Mata Dunia Terpaku: Meningkatnya Serangan Israel di Gaza yang Mengancam Kedamaian Internasional!

EtIndonesia.  Dalam eskalasi konflik yang semakin memanas, Israel kembali melancarkan serangan udara yang intensif terhadap wilayah Gaza. Operasi militer ini tidak hanya menghentikan upaya gencatan senjata dengan Hamas, tetapi juga mempercepat serangan terhadap infrastruktur terowongan bawah tanah yang digunakan oleh kelompok bersenjata tersebut. Menurut laporan, intensitas serangan mencapai 45–50 kali setiap harinya di wilayah tengah dan selatan Gaza.

Peningkatan Serangan dan Dampaknya

Pada 20 Maret 2025, situasi semakin memanas ketika Abu Hamza, juru bicara sayap militer Jihad Islam Palestina, Brigade Al Quds, dilaporkan tewas akibat salah satu serangan udara Israel. Organisasi ini dikenal sebagai kelompok bersenjata terbesar kedua di Gaza setelah Hamas. Kematian Hamza menambah daftar korban dalam konflik yang sudah lama berkecamuk, serta mengindikasikan bahwa serangan Israel tidak hanya terfokus pada satu kelompok saja.

Operasi Darat dan Strategi Militer Israel

Tidak hanya melakukan serangan udara, militer Israel juga telah mengaktifkan operasi darat secara terfokus di wilayah tengah dan selatan Gaza sejak  19 Maret 2025. Langkah ini menunjukkan bahwa konflik antara Israel dan Hamas telah kembali menyala secara resmi. 

Menurut pejabat militer Israel, operasi darat merupakan bagian dari strategi untuk menghindari kelemahan yang pernah terjadi dalam upaya pertukaran gencatan senjata demi tebusan sandera. Israel tampaknya telah belajar dari pengalaman pahit tersebut dan kini tidak memberikan ruang bagi Hamas untuk memanfaatkan situasi.

Peringatan Keras dari Kementerian Pertahanan Israel

Dalam upaya meningkatkan tekanan terhadap warga Gaza, Kementerian Pertahanan Israel mengeluarkan peringatan yang sangat tegas. Dalam pernyataannya, mereka menyatakan:

“Penduduk Gaza, ini adalah seruan darurat terakhir. Konflik pertama telah menghancurkan Gaza, dan konflik kedua akan menghancurkannya sepenuhnya. Ini baru langkah pertama. Ke depannya, akan semakin sulit. Kalian harus menanggung biaya penuh. Tak lama lagi, akan terjadi perpindahan penduduk dari zona perang. Jika semua umat Islam tidak dibebaskan dan Hamas tidak meninggalkan Afghanistan, Jihad Islam akan segera melancarkan aksi yang belum pernah kalian saksikan sebelumnya.”

Pernyataan ini menunjukkan keseriusan pemerintah Israel dalam meneruskan upaya militer, sekaligus mengantisipasi dampak yang jauh lebih besar bagi penduduk Gaza jika konflik tidak segera mereda.

Rencana Pembersihan dan Implikasi Global

Lebih lanjut, muncul informasi mengenai sebuah rencana yang melibatkan undangan dari Presiden Amerika Serikat untuk membawa tim ke wilayah tersebut dengan tujuan “merobek Hamas” serta membuka lebih banyak pilihan, termasuk pembebasan sandera di seluruh dunia. 

Rencana ini juga mencakup pemeriksaan identitas yang ketat untuk memastikan tidak adanya keterkaitan dengan Hamas atau organisasi teroris lainnya. Mereka yang gagal memenuhi persyaratan akan dianggap sebagai teroris dan tidak akan mendapatkan akses ke zona kemanusiaan.

Sebagian analis menyebut bahwa langkah ini merupakan prekuel dari rencana “Rebuild New Gaza” yang pernah diajukan oleh Presiden Trump. Dalam rencana tersebut, sebelum membangun kembali wilayah Gaza, langkah pertama adalah menghapuskan semua elemen ekstremis yang dianggap mengancam keamanan regional.

Ketegangan Regional dan Tanda-Tanda Krisis Internasional

Di luar konflik antara Israel dan Hamas, situasi regional juga menunjukkan tanda-tanda ketegangan yang meningkat. Dalam beberapa hari terakhir, muncul pertanyaan terkait serangan militer Amerika terhadap kelompok Houthi. 

Meskipun Houthi bukanlah fokus utama, dukungan dari Iran dan aktor-aktor tersembunyi lainnya menambah kompleksitas konflik ini. Sebagai respons atas situasi yang semakin tidak menentu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, secara mendadak mengimbau seluruh warga negara Prancis yang berada di Iran untuk segera meninggalkan negara tersebut.

Pandangan ke Depan: Apakah Ini Awal dari Eskalasi yang Lebih Luas?

Dalam konteks keseluruhan, langkah evakuasi warga negara sebelum pecahnya perang antarnegara menjadi sinyal adanya ancaman yang sangat mendesak. Jika seorang presiden memerintahkan evakuasi mendadak, hal itu menunjukkan bahwa terdapat bahaya yang belum diketahui secara luas oleh publik. 

Spekulasi pun muncul, apakah langkah-langkah ini merupakan pertanda bahwa Amerika Serikat, di bawah pimpinan Presiden Trump, akan segera melancarkan serangan terhadap Iran. Pernyataan Trump beberapa waktu lalu yang menuding Iran sebagai penyokong utama peralatan dan pasokan militer kepada kelompok Houthi semakin memicu ketegangan. 

Menurut Trump, meskipun dukungan tersebut telah dikurangi, pasokan masih terus mengalir. Dia menegaskan bahwa Iran harus segera menghentikan pengiriman bantuan tersebut agar Houthi dapat menghadapi konsekuensi dari konflik secara mandiri.

Kesimpulan

Konflik di Gaza dan ketegangan regional yang melibatkan kekuatan besar seperti Israel, Hamas, dan Iran menunjukkan bahwa kita sedang berada di ambang eskalasi militer yang lebih luas. 

Dengan serangan udara dan darat yang intensif, serta pernyataan peringatan yang menggugah dari pihak Israel, situasi di kawasan tersebut semakin memanas. Sementara itu, langkah-langkah evakuasi dan pernyataan dari pemimpin dunia seperti Presiden Macron mengindikasikan bahwa ancaman krisis tidak hanya terbatas pada kawasan Timur Tengah, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak global. 

Masyarakat internasional kini dituntut untuk menyimak dengan seksama perkembangan ini, sambil terus mencari jalan menuju resolusi yang dapat meredakan ketegangan dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih parah. (Kyr)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS