Perang Dunia III Akan Tiba ? Tiga Kata Ini Bikin Merinding – Prancis Akan Bagikan Buku Panduan Bertahan Hidup ke Seluruh Warga

EtIndonesia. Presiden Rusia, Vladimir Putin menolak proposal Amerika Serikat terkait gencatan senjata selama 30 hari dalam konflik Rusia-Ukraina. Dia hanya “setengah hati” menyetujui penghentian serangan terhadap infrastruktur energi. Ambisi Putin untuk terus menguasai wilayah semakin terlihat jelas dan membuat kewaspadaan negara-negara Eropa meningkat tajam.

Setelah Swedia dan Finlandia, kini Prancis juga bersiap untuk membagikan “buku panduan bertahan hidup” kepada seluruh rumah tangga. Langkah ini bertujuan membantu warga mempersiapkan diri menghadapi “ancaman yang semakin mendesak” – termasuk kemungkinan terjadinya serangan teroris atau konflik bersenjata di wilayah Prancis, serta panduan menghadapi bencana nuklir. Hal ini mengingatkan publik pada pernyataan Presiden Emmanuel Macron beberapa waktu lalu bahwa akan ada debat strategis mengenai peran pencegahan nuklir untuk melindungi sekutu-sekutu Eropa – sesuatu yang membuat banyak pihak merinding.

Juru bicara Perdana Menteri Prancis, François Bayrou, pada hari Rabu (19/3) mengatakan kepada CNN:  “Tujuan dari buku panduan bertahan hidup ini adalah untuk mendorong warga negara agar memiliki kemampuan menghadapi berbagai krisis. Ini mencakup bencana alam, kecelakaan teknologi dan siber, krisis kesehatan seperti pandemi COVID-19, hingga ancaman keamanan seperti serangan teroris dan konflik bersenjata.”

Setelah mendapat persetujuan dari Bayrou, buku panduan setebal 20 halaman ini akan mulai dikirimkan ke rumah-rumah warga sebelum musim panas.

Langkah Prancis ini merupakan tindak lanjut dari apa yang telah dilakukan Swedia dan Finlandia yang lebih dulu membagikan buku serupa kepada jutaan keluarga. Buku panduan tersebut berisi panduan dalam menghadapi konflik militer, gangguan komunikasi, pemadaman listrik, dan cuaca ekstrem. Buku baru ini juga akan sejalan dengan situs resmi pemerintah Prancis yang diluncurkan pada tahun 2022, yang berisi saran dalam menghadapi keadaan darurat.

Buku panduan ini dibagi menjadi tiga bagian utama, berisi tips praktis untuk melindungi diri dan orang terdekat saat terjadi keadaan darurat. 

Di dalamnya terdapat informasi seperti:

  • Daftar kontak darurat (pemadam kebakaran, polisi, ambulans)
  • Daftar saluran radio yang perlu didengarkan saat krisis
  • Instruksi untuk menutup semua pintu dan jendela jika terjadi kecelakaan nuklir

Panduan ini juga menjelaskan bagaimana warga bisa berkontribusi dalam pertahanan komunitas, misalnya dengan bergabung sebagai relawan pemadam kebakaran atau masuk ke dalam pasukan cadangan.

Buku ini juga menyarankan setiap keluarga untuk menyiapkan “paket bertahan hidup” yang berisi:

  • Enam liter air minum dalam botol
  • Satu lusin makanan kaleng
  • Baterai dan senter
    Langkah ini disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan pemadaman listrik.

Selain itu, warga juga disarankan memiliki persediaan obat-obatan seperti parasetamol, perban, dan cairan saline (larutan garam fisiologis).

Seorang pelayan berusia 19 tahun di Paris mengatakan kepada CNN: “Sangat penting untuk siap menghadapi krisis. Saya pikir pemerintah mengambil langkah yang tepat. Saya tidak terlalu khawatir akan pecahnya perang di wilayah Prancis, tetapi orang-orang tetap harus tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu. Obat-obatan dan makanan pokok seharusnya dibagikan ke semua rumah.”

Namun, seorang wanita Prancis berusia 56 tahun justru skeptis terhadap kemungkinan terjadinya konflik bersenjata di Prancis. 

“Saya tidak percaya akan ada perang. Tugas Presiden Macron bukanlah menjadi penengah antara Trump dan Putin. Prancis masih punya banyak masalah mendesak lain yang harus diurus,” ujarnya.

 
DIa menambahkan: “Kita sudah berhasil melewati pandemi COVID-19. Kalau ada hal besar lainnya terjadi, saya yakin kita bisa menghadapinya juga.”

Sementara itu, seorang guru sekolah dasar berusia 25 tahun yang mengaku anti-perang, mengatakan bahwa buku ini merupakan langkah yang wajar dari sudut pandang pencegahan.

“Negara-negara Skandinavia seperti Swedia dan Denmark secara psikologis lebih siap dibandingkan Prancis. Pengetahuan dasar soal bertahan hidup, seperti mengatasi gangguan listrik, sangat penting dalam manajemen risiko,” ujarnya. 

Namun, dia juga menambahkan bahwa buku semata tidak cukup.

 “Rasa aman secara psikologis juga penting. Secarik kertas tidak bisa memberi rasa aman itu. Kita butuh pelatihan,” ujarnya.

Juru bicara Perdana Menteri Prancis mengatakan kepada CNN: “Langkah awal keterlibatan warga adalah dengan memahami potensi ancaman dan terus memperbarui informasi. Keterlibatan juga bisa berarti bergabung dalam pasukan cadangan atau organisasi lainnya. Kami sedang melakukan segala upaya agar masyarakat dapat merespons dengan cepat saat krisis benar-benar terjadi.”

Awal bulan ini, Presiden Macron mengumumkan rencana reformasi besar-besaran terhadap pasukan keamanan Prancis, termasuk rencana meningkatkan jumlah pasukan cadangan dari 40.000 menjadi 100.000 orang pada tahun 2035. Dalam kunjungannya ke sebuah pangkalan militer di Prancis Timur pada hari Selasa, Macron menyampaikan bahwa akan ada tambahan langkah terkait kemampuan militer, investasi, dan peralatan yang akan diumumkan dalam beberapa minggu ke depan.

Dia menegaskan :“Negara kita dan benua kita harus terus mempertahankan diri, mempersenjatai diri, dan bersiap. Jika kita ingin mencegah perang, maka itulah pilihan yang harus kita buat dan pertahankan. Tak seorang pun bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam beberapa bulan atau tahun ke depan.” (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS