EtIndonesia. Presiden AS, Donald Trump mengusulkan agar Amerika Serikat mengambil alih kendali atas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Ukraina. Namun, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menegaskan dalam konferensi pers keesokan harinya bahwa keduanya hanya membicarakan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang saat ini diduduki oleh pasukan Rusia. Bahkan jika Ukraina berhasil merebut kembali fasilitas itu, tidak akan diserahkan langsung ke Amerika Serikat.
Trump: AS Dapat Lindungi Infrastruktur Energi Jika Kendalikan PLTN Ukraina
Dalam percakapan telepon yang berlangsung pada 19 Maret, Trump mengatakan bahwa jika Amerika Serikat mengendalikan PLTN Ukraina, hal ini dapat membantu melindungi infrastruktur energi negara tersebut.
Usai pembicaraan tersebut, Trump menulis di media sosial Truth Social bahwa dia dan Zelenskyy telah melakukan percakapan yang sangat baik selama sekitar satu jam. Sebagian besar diskusi berkisar pada dialog Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam upaya menyelaraskan kepentingan Rusia dan Ukraina.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Christopher Woz mengeluarkan pernyataan bersama, menyebutkan bahwa Trump menjelaskan kepada Zelenskyy tentang isi pembicaraannya dengan Putin. Hal ini terkait kesepakatan antara AS dan Rusia pada 18 Maret untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi. Menurut Trump, Zelenskyy juga menyetujui hal tersebut.
Pernyataan dari pihak AS juga menyinggung topik mengenai pasokan listrik Ukraina dan PLTN. Trump menyatakan bahwa Amerika memiliki keahlian teknis dalam mengelola pembangkit listrik tersebut, yang akan sangat bermanfaat bagi keamanan energi Ukraina. Trump menekankan bahwa bila AS mengelola PLTN tersebut, itu akan memberikan perlindungan dan dukungan terbaik bagi jaringan energi Ukraina.
Sementara itu, Zelenskyy juga menulis di platform media sosial X (sebelumnya Twitter): “Kami percaya bahwa bersama Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Trump, perdamaian yang langgeng dapat dicapai tahun ini.”
Zelenskyy: Tanah Kami Tidak Akan Langsung Diserahkan ke Amerika
Namun pada 20 Maret, dalam konferensi pers saat kunjungannya ke Norwegia, Zelenskyy menegaskan bahwa diskusinya dengan Trump hanya menyangkut PLTN Zaporizhzhia yang saat ini dikuasai Rusia. Dia menekankan bahwa meskipun Ukraina berhasil merebutnya kembali, fasilitas itu tidak akan langsung diberikan kepada Amerika Serikat.
Selama perang Rusia-Ukraina, pembangkit listrik tenaga nuklir memainkan peran penting dalam sistem energi Ukraina, menyuplai sekitar dua pertiga dari kebutuhan listrik nasional.
Sebelum invasi Rusia, perusahaan energi nuklir AS, Westinghouse Electric, telah menandatangani kesepakatan dengan perusahaan energi nuklir negara Ukraina untuk membangun lima reaktor baru. Setelah serangan dimulai, jumlah tersebut ditingkatkan menjadi sembilan reaktor. Kedua pihak juga sepakat untuk memperluas kerja sama dalam pembangunan empat reaktor nuklir kecil (SMR) lainnya di Ukraina.
Menanggapi pertanyaan media, Zelenskyy menegaskan bahwa semua PLTN di Ukraina adalah milik negara dan secara politis menjadi isu yang sangat sensitif bagi rakyat Ukraina.
“Banyak warga Ukraina tidak percaya bahwa Rusia akan mengembalikan PLTN itu. Dan bahkan jika kami berhasil merebutnya kembali, kami juga tidak akan langsung menyerahkannya ke AS, karena itu adalah milik kami, itu tanah kami,” tegas Zelensky.
Dia menambahkan, meskipun saat ini PLTN Zaporizhzhia — yang terletak di wilayah selatan Ukraina — masih di bawah kendali Rusia, para pekerjanya adalah warga Ukraina, dan gaji mereka tetap dibayarkan oleh Pemerintah Ukraina. Meski Rusia telah memaksa mengganti pimpinan fasilitas dan menekan staf untuk patuh, seluruh organisasi internasional tetap mengakui kepemilikan Ukraina atas PLTN tersebut.
Zelenskyy juga menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apakah pihak Amerika telah berdiskusi langsung dengan Rusia soal PLTN tersebut. Namun, pada 19 Maret, Trump memang sempat bertanya secara khusus tentang pandangannya terhadap Zaporizhzhia.
Menurut Zelenskyy, jika pihak AS memang berniat membantu menyelesaikan masalah tersebut dan ingin menarik PLTN itu dari tangan Rusia dengan cara berinvestasi atau melakukan modernisasi fasilitas, Ukraina terbuka untuk berdiskusi. Namun, dia menegaskan, masalah kepemilikan tidak pernah dibicarakan dalam diskusinya dengan Trump, dan Ukraina tidak akan menegosiasikan kepemilikan atas PLTN-nya.
Zelenskyy menambahkan bahwa jika suatu saat PLTN Zaporizhzhia tidak lagi berada di bawah kendali Ukraina, hal itu bukan hanya tidak sah secara hukum, tetapi juga tidak akan menjamin kelangsungan operasi yang aman.
Sebagai informasi, Ukraina saat ini memiliki empat pembangkit listrik tenaga nuklir dengan total 15 reaktor, yang menyuplai sekitar 50% dari kebutuhan listrik nasional. PLTN Zaporizhzhia adalah pembangkit nuklir terbesar di Eropa. (jhn/yn)