Militer Sudan Rebut Kembali Istana Presiden, Kelompok Lawan Balas dengan Serangan Drone

EtIndonesia. Pada 21 Maret 2025, militer Sudan berhasil mengalahkan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) dan merebut kembali Istana Presiden di Khartoum. Namun, RSF membalas dengan serangan drone yang menewaskan beberapa jurnalis dan tentara.

Menurut sumber militer, saat siaran langsung di stasiun televisi nasional yang menayangkan perayaan para tentara di dalam Istana Presiden di tepi Sungai Nil Biru, drone kamikaze menyerang, menewaskan tiga staf media serta sejumlah tentara.

Seorang sumber anonim mengatakan bahwa saat para jurnalis sedang meliput kemenangan militer dalam merebut kembali Istana Republik, RSF melancarkan serangan udara menggunakan drone.

Menteri Penerangan Sudan, Khalid al-Aiser, mengonfirmasi bahwa seorang produser TV nasional, juru kamera, dan sopir tewas dalam serangan tersebut.

Dalam pernyataan di Telegram, RSF mengklaim telah meluncurkan “Operasi Kilat” di sekitar Istana Presiden, menewaskan lebih dari 89 tentara Sudan dan menghancurkan beberapa kendaraan militer.

RSF menegaskan bahwa “pertempuran untuk merebut kembali Istana Republik belum berakhir”, dan pasukan mereka masih berada di sekitar lokasi tersebut.

Meskipun pertempuran ini belum memberi kendali penuh kepada militer Sudan atas Khartoum, setidaknya mereka telah memperoleh keunggulan dalam konflik yang telah berlangsung selama dua tahun. Namun, berbagai wilayah lain di Sudan masih terpecah belah oleh perang.

Konflik antara kedua pihak dimulai pada 15 April 2023, ketika banyak wilayah Khartoum dengan cepat jatuh ke tangan RSF.

Dalam hampir dua tahun, perang ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat lebih dari 12 juta orang mengungsi, termasuk lebih dari separuh penduduk Khartoum sebelum perang. Situasi ini disebut oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sebagai “krisis kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Afrika”.

Setelah mengalami banyak kekalahan, militer Sudan melancarkan serangan balik di wilayah tengah Sudan pada akhir tahun lalu, dan situasi perang mulai berubah.

Menurut Alan Boswell, Direktur International Crisis Group untuk Tanduk Afrika, kemenangan militer Sudan dalam merebut Istana Presiden merupakan pukulan besar bagi RSF serta kemenangan simbolis yang sangat penting bagi tentara Sudan.

Ia menyebut momen ini sebagai “titik balik dalam perang”, di mana RSF sulit mengklaim bahwa ini hanya “penarikan taktis” atau menganggapnya sebagai kekalahan kecil.

Lebih lanjut, Boswell menambahkan bahwa jika militer Sudan berhasil merebut kembali Khartoum, mereka akan menghadapi keputusan besar: apakah akan melanjutkan perang atau memulai negosiasi damai untuk mengakhiri konflik ini. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS