EtIndonesia. Dalam banyak kepercayaan kuno dan modern, dunia digambarkan sebagai suatu siklus yang berulang—sebuah roda waktu yang tak henti-hentinya berputar. Banyak peradaban, mulai dari kebudayaan kuno di Amerika Tengah dan Selatan hingga keyakinan religius masa kini, mempercayai bahwa dunia akan mengalami akhir sebuah generasi, bahkan berujung pada akhir zaman.
Konsep Siklus Kehidupan dan Akhir Zaman
Salah satu ajaran yang terus mengemuka dalam banyak agama adalah konsep Millennialism atau Millenarianism, yakni keyakinan bahwa dunia akan memasuki masa seribu tahun perdamaian dan kemakmuran sebelum datangnya penghakiman terakhir. Masa ini disebut sebagai ‘Kerajaan Seribu Tahun atau Millennium’, di mana bumi akan diubah menjadi surga, umat manusia hidup dalam kedamaian, dan zaman keemasan dimulai.
Dalam pandangan beberapa sekte spiritual seperti Manikeisme atau kepercayaan bercorak Gnostik lainnya, setiap siklus seribu tahun akan diakhiri dengan munculnya kekacauan, penyimpangan ajaran, dan bencana besar. Namun pada akhirnya, siklus tersebut akan ditutup oleh kedatangan “Raja Damai” yang akan mengalahkan kejahatan dan membawa dunia pada penyucian total. Masa tersebut dikenal sebagai Yobel Terakhir—sebuah perayaan pembebasan dan pengampunan yang diyakini menjadi penutup siklus peradaban manusia.
50 Tahun Terakhir Umat Manusia?
Tokoh rohaniwan terkemuka John Bevere menyatakan bahwa umat manusia telah memasuki jendela nubuat paling penting dalam sejarah—yang menurutnya merupakan 50 tahun terakhir bagi umat manusia. Dia menegaskan bahwa ini bukanlah spekulasi semata, melainkan kesimpulan yang dapat dibuktikan melalui banyak petunjuk di sekitar kita.
Bevere merujuk pada keyakinan yang telah diyakini selama berabad-abad oleh para cendekiawan Yahudi, bahwa nubuat-nubuat besar dalam kitab suci akan mulai tergenapi satu per satu dalam 50 tahun terakhir suatu zaman. Inilah sebabnya mengapa periode tersebut disebut sebagai Yobel Terakhir.
Apa yang membuat pernyataan ini relevan saat ini adalah karena Israel dan Gereja Katolik Roma telah menetapkan tahun 2025 sebagai Tahun Yobel. Menurut Bevere, hal ini adalah pertanda besar. Dia menyampaikan bahwa umat manusia saat ini telah memasuki masa akhir dan waktu terus berjalan maju menuju klimaks sejarah umat manusia.
Peringatan dari Kitab Suci: Murtad Massal dan Penyimpangan Ajaran
Bevere mengutip surat-surat dalam Perjanjian Baru, khususnya tulisan Rasul Paulus, yang memperingatkan akan datangnya masa murtad besar-besaran—yakni saat banyak orang akan berpaling dari kebenaran dan mengikuti ajaran sesat atau bahkan mendirikan aliran-aliran palsu.
Fenomena ini menurutnya sudah mulai terlihat. Dia mempertanyakan, berapa banyak orang hari ini yang telah meninggalkan iman mereka? Banyak yang merasa diri mereka tetap berada dalam lindungan kebenaran, padahal sesungguhnya mereka telah menyimpang. Di zaman ini, penyesatan menjadi gejala yang berbahaya, karena mereka yang tertipu meyakini bahwa mereka benar, dan semakin menjauh dari kebenaran, sembari tetap percaya bahwa mereka memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan.
Bevere mengingatkan bahwa kesombongan spiritual dan rasa aman palsu adalah penyakit zaman ini. Banyak orang merasa masih memiliki cukup waktu untuk bertobat dan berubah, namun Yesus sendiri telah mengingatkan manusia untuk tidak memiliki mentalitas menunda.
Kebaikan dan Kepedulian: Menjadi Barang Langka di Akhir Zaman
Sikap polos dan hati yang penuh kasih semakin sulit ditemukan di zaman modern ini. Banyak orang, karena ketakutan atau karena sikap masa bodoh, tidak lagi berani membantu sesama yang sedang kesulitan. Kepekaan nurani mulai tumpul, dan keberanian untuk bertindak demi kebaikan mulai memudar.
Meski demikian, masih ada sebagian umat manusia yang tetap berpegang pada iman, percaya akan keberadaan Tuhan, dan terus berusaha menempuh jalan yang benar. Namun tidak sedikit pula yang hanya mengaku percaya secara lisan, namun perbuatannya justru bertentangan dengan nurani dan nilai-nilai keadilan.
Di tengah dunia yang diguncang oleh bencana alam dan krisis kemanusiaan, baik yang berasal dari alam maupun ulah manusia, berbagai nubuat dari masa lalu dan pesan dari masa depan terus berdatangan—seolah memperingatkan kita tentang pentingnya mempertahankan hati yang baik, iman yang teguh, dan hidup yang bersih.
Penutup:
Harapan atau Akhir?
Apakah Tahun Yobel 2025 benar-benar menandai awal dari 50 tahun terakhir umat manusia?
Apakah kita sedang bergerak menuju akhir zaman atau justru memasuki masa pembersihan besar sebelum datangnya zaman keemasan?
Mungkin tak seorang pun tahu pasti.
Namun satu hal yang pasti: sejarah selalu bergerak dalam pola. Dan seperti yang dikatakan para nabi dan filsuf sejak zaman dahulu, mereka yang mengabaikan tanda-tanda zaman akan terjebak dalam arus sejarah yang tak bisa mereka kendalikan.
Tahun 2025 bisa menjadi awal dari sesuatu yang sangat besar—baik kebangkitan spiritual global maupun konfrontasi terakhir antara terang dan kegelapan. Di tengah semua itu, pilihan untuk tetap menjadi manusia yang setia pada kebenaran dan kasih adalah keputusan yang tak bisa ditunda.(jhn/yn)