EtIndonesia. Perundingan antara Amerika Serikat dan Rusia terkait upaya gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina telah berakhir tanpa kesepakatan, dan tanpa pernyataan bersama, sebagaimana sebelumnya banyak diperkirakan. Hal ini dikonfirmasi oleh kantor berita Rusia Interfax.
Menurut laporan CNN yang mengutip Interfax, Vladimir Chizhov, Wakil Ketua Pertama Komite Pertahanan dan Keamanan Dewan Federasi (majelis tinggi parlemen Rusia), menyampaikan kepada saluran televisi nasional Rossiya-24 bahwa kegagalan merilis pernyataan bersama disebabkan oleh sikap Ukraina yang tidak dapat diterima oleh pihak Rusia.
Chizhov mengatakan: “Faktanya, mereka telah duduk selama 12 jam dan tampaknya telah mencapai kesepakatan tentang pernyataan bersama. Namun, karena sikap Ukraina, kesepakatan itu tidak diadopsi.”
Sebelumnya, AS dan Rusia telah menyelesaikan perundingan di Arab Saudi pada tanggal 24 Maret, yang berlangsung lebih dari 12 jam, dengan fokus pada gencatan senjata di kawasan Laut Hitam. Namun, saat itu belum ada kejelasan soal hasil akhir dari pembicaraan tersebut.
Menurut laporan Reuters, seorang sumber menyebutkan bahwa kedua pihak telah menyusun draf pernyataan bersama dan rencananya akan diumumkan pada tanggal 25 Maret setelah disetujui bersama.
Namun, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa delegasi Rusia tidak berencana menandatangani dokumen apa pun setelah perundingan. Dalam pernyataannya kepada kantor berita Sputnik, Peskov menjelaskan bahwa pertemuan tersebut bersifat teknis dan mendalam, sehingga isinya tidak akan dipublikasikan kepada publik.
Peskov menegaskan: “Ini adalah perundingan teknis yang sangat detail. Oleh karena itu, tentu saja, tidak akan ada isi teknis yang diumumkan. Tidak perlu mengharapkan itu. Selain itu, laporan dari pertemuan di Riyadh sedang dianalisis, baru kemudian kita bisa berbicara tentang pemahaman lebih lanjut.”
Terkait potensi pertemuan tingkat tinggi, Peskov menambahkan bahwa belum ada rencana pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, tetapi jika diperlukan, pertemuan dapat segera diselenggarakan.
“Sampai saat ini belum ada rencana untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi. Namun jika diperlukan, Anda tahu, semuanya bisa disiapkan dengan cepat,” ujarnya.
AS: Rusia dan Ukraina Setuju Menjamin Keamanan Jalur Pelayaran di Laut Hitam
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan bahwa pada hari ini (25 Maret), perundingan yang dilakukan secara terpisah antara Amerika Serikat dengan Rusia dan Ukraina di Arab Saudi telah menghasilkan kesepakatan. Kedua pihak sepakat untuk menghindari serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Hitam, serta menyepakati larangan menyerang infrastruktur energi di wilayah masing-masing.
Dalam pernyataan resminya, Gedung Putih mengatakan: “Rusia dan Ukraina setuju untuk menjaga keselamatan pelayaran di Laut Hitam, menghindari penggunaan kekuatan, serta tidak memanfaatkan kapal dagang untuk tujuan militer.”
Menurut Reuters, jika kesepakatan ini benar-benar dijalankan, maka hal ini akan menjadi tanda paling nyata sejauh ini menuju gencatan senjata yang lebih luas, dan berpotensi menjadi batu loncatan menuju perdamaian dalam perang Rusia–Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Namun demikian, pihak Kremlin tetap bersikap skeptis. Mereka menegaskan bahwa Rusia tidak bisa mempercayai Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dan hanya akan menandatangani perjanjian tersebut jika Washington memaksa Zelenskyy untuk serius menghormatinya.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan melalui siaran televisi: “Kami membutuhkan jaminan yang nyata dan pasti.”
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina menyatakan bahwa Kiev telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata di Laut Hitam, dan setuju untuk menahan diri dari menyerang infrastruktur energi di wilayah Rusia, sebagai bagian dari langkah menuju de-eskalasi konflik. (jhn/yn)