EtIndonesia. Dalam penemuan terbaru yang mengejutkan dunia astronomi, para ilmuwan menemukan bahwa sebuah gugus galaksi tua yang diperkirakan telah “mati”, justru menampilkan tanda-tanda luar biasa dari “kebangkitan” atau “kelahiran kembali”. Gugus galaksi yang dimaksud adalah Phoenix Cluster—Gugus Phoenix.
Penelitian menunjukkan bahwa inti dari gugus ini sedang mengalami proses pendinginan gas yang sangat intens, yang memicu kelahiran bintang-bintang baru. Fenomena ini ibarat api kehidupan yang menyala kembali dari abu kematian, dan mengguncang pemahaman kita sebelumnya tentang nasib gugus galaksi tua.
Penemuan Tak Terduga: Gugus Galaksi yang Bangkit dari Kematian
Sekitar 15 tahun yang lalu, para astronom menggunakan Teleskop Kutub Selatan (South Pole Telescope) untuk mendeteksi sebuah gugus galaksi yang sangat terang, kemudian dinamai Phoenix Cluster. Berdasarkan ukurannya dan usia yang diperkirakan, inti dari gugus ini seharusnya sudah lama kehilangan sumber energinya, dan masuk ke dalam fase yang dikenal para astronom sebagai “merah dan mati.”
Gugus seperti ini umumnya terdiri dari bintang-bintang tua berwarna merah, dan tidak lagi memiliki bintang-bintang muda berwarna biru. Hal ini disebabkan karena gas antarbintang di dalamnya telah habis, membuat proses pembentukan bintang baru berhenti total.
Namun, temuan terbaru justru memperlihatkan bahwa inti dari Phoenix Cluster masih sangat aktif dan terang, bahkan terus memproduksi bintang-bintang baru. Penemuan ini membuat banyak ilmuwan terkejut dan terpukau.
Fenomena “Panas dan Dingin” yang Belum Pernah Terlihat
Tim peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan institusi lainnya menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) milik NASA untuk melakukan pengamatan lebih dalam. Hasilnya mengungkap bahwa inti Phoenix Cluster sedang mengalami fenomena “panas-dingin bergantian” yang belum pernah tercatat sebelumnya.
Suhu gas di wilayah inti ini sangat ekstrem:
- Panas tertinggi mencapai 378.000°C
- Dingin terendah hampir menyentuh -263,15°C, atau mendekati nol mutlak (absolute zero)
Yang mengejutkan, mereka juga menemukan zona suhu “menengah” atau “hangat”, yang tidak pernah terlihat di inti gugus galaksi lain sebelumnya. Biasanya, pusat gugus galaksi hanya memperlihatkan gas yang sangat panas atau sangat dingin, bukan kombinasi yang kompleks seperti ini.
Temuan revolusioner ini dipublikasikan pada 5 Februari di jurnal ilmiah ternama Nature, dan langsung masuk ke peringkat lima besar dalam sistem penilaian Altmetric untuk dampak penelitian ilmiah global.
Dalam gugus galaksi yang masih muda, pembentukan bintang biasanya memerlukan awan gas yang sangat dingin dan padat. Namun, Phoenix Cluster adalah gugus tua—dan hingga kini, para ilmuwan masih meragukan apakah gugus ini masih memiliki kemampuan untuk melakukan proses pendinginan ekstrem demi membentuk bintang baru.
Melalui sensor inframerah canggih milik teleskop James Webb, tim peneliti berhasil membuat peta distribusi gas “hangat” di inti Phoenix Cluster. Ini menjadi bukti pertama bahwa:
- Inti gugus ini masih mengalami proses pendinginan aktif
- Gas panas di pusatnya berubah menjadi dingin, menyediakan “bahan bakar” bagi kelahiran bintang-bintang baru
Dengan kata lain, gugus ini masih hidup—dan sedang mengalami fase kelahiran kembali secara kosmik.
Pengamatan Penuh Pertama Terhadap Evolusi Gas Menuju Pembentukan Bintang
Michael Reefe, penulis utama studi dan peneliti di MIT Kavli Institute for Astrophysics and Space Research, menyampaikan:
“Untuk pertama kalinya, kami bisa menyaksikan secara utuh tahapan gas yang berubah dari panas, menjadi hangat, lalu dingin, yang akhirnya mendukung proses kelahiran bintang. Fenomena ini belum pernah kami lihat di gugus galaksi manapun sebelumnya.”
Dia juga menambahkan bahwa gas bersuhu menengah ini tersebar di berbagai area dan merupakan petunjuk penting bagaimana materi antargalaksi bisa didinginkan hingga membentuk bintang baru.
Kisah “kelahiran kembali” Phoenix Cluster telah membuka lembaran baru dalam ilmu astronomi. Gugus galaksi ini memperlihatkan bahwa bahkan dalam kondisi yang diperkirakan sudah mati, alam semesta masih bisa menemukan cara untuk menyalakan kembali cahaya kehidupan.
Fenomena ini menantang teori lama, membuka pertanyaan baru, dan memperkuat satu pesan penting: “Di tengah kehampaan dan kehancuran, selalu ada peluang bagi kehidupan untuk kembali bersinar”.(jhn/yn)