AS Menangguhkan Pendanaan WTO, Penyamaran Gagal Hingga  6 Mata-Mata PKT Ditangkap

Fokus utama hari ini:

  • Berita besar: Amerika Serikat menangguhkan pendanaan WTO, masa depan globalisasi dipertaruhkan.
  • Penyusupan dengan penyamaran mendalam tidak berhasil: 6 mata-mata PKT ditangkap.
  • Donald Trump ambil langkah besar untuk mengatasi imigrasi ilegal: Membangun tembok AI di perbatasan.
  • Fenomena aneh muncul di antara pengguna berat ChatGPT.

Berita Besar: Amerika Serikat Menangguhkan Pendanaan WTO

Menurut laporan eksklusif Reuters, tiga sumber yang mengetahui masalah ini mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah menangguhkan pendanaan untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Langkah ini sejalan dengan kebijakan pengurangan pengeluaran pemerintah dan peninjauan ulang hubungan dengan organisasi internasional di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Dua sumber yang mengetahui secara langsung menyebutkan bahwa dalam pertemuan anggaran WTO pada 4 Maret, seorang perwakilan AS menyatakan bahwa pembayaran anggaran untuk 2024 dan 2025 telah dihentikan. Saat ini, AS sedang meninjau kembali pendanaan untuk organisasi internasional dan akan memberi tahu WTO setelah keputusan final dibuat.

Sumber ketiga mengonfirmasi informasi ini dan menyatakan bahwa WTO sedang menyusun “Rencana B” untuk menghadapi kemungkinan penghentian dana jangka panjang. Namun, tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan. Semua sumber meminta anonimitas karena pertemuan anggaran ini bersifat tertutup, dan keputusan AS menangguhkan dana belum diumumkan secara resmi.

WTO, yang bermarkas di Jenewa, memiliki anggaran tahunan sekitar 230 juta dolar AS pada 2024. Berdasarkan dokumen publik WTO, Amerika Serikat harus menanggung sekitar 11% dari total pendanaan, sesuai dengan pangsa perdagangannya secara global.

Dalam dokumen WTO tertanggal 21 Februari 2024 yang diperoleh Reuters, disebutkan bahwa hingga Desember 2024, AS memiliki tunggakan pembayaran sebesar 25,7 juta dolar AS. Berdasarkan aturan WTO, anggota yang menunggak pembayaran lebih dari satu tahun akan dikenakan serangkaian sanksi administratif yang semakin ketat. Saat ini, AS dikategorikan dalam “status tunggakan tingkat pertama”, yang berarti perwakilannya tidak dapat lagi memimpin lembaga WTO atau menerima dokumen resmi.

Juru bicara WTO, Ismaila Dieng, mengonfirmasi bahwa tunggakan ini akan mempengaruhi operasional sekretariat WTO. Namun, pihaknya akan tetap mengelola sumber daya dengan hati-hati dan menyusun rencana untuk beroperasi di tengah keterbatasan anggaran. Ketua Komite Anggaran WTO juga telah memberitahukan kepada para anggota WTO bahwa AS termasuk dalam kategori “tunggakan tingkat pertama” bersama beberapa negara lain.

Selama pemerintahan Trump, AS mengambil langkah keluar atau mengurangi dukungan terhadap organisasi global yang dianggap bertentangan dengan kebijakan ekonomi “America First”. Trump berulang kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap WTO, terutama dalam isu perdagangan dengan Tiongkok. Jika AS benar-benar menarik diri dari WTO, itu akan menjadi pukulan besar bagi globalisasi.

Hingga kini, Gedung Putih dan perwakilan AS di WTO Jenewa belum memberikan komentar resmi. Kami akan terus memantau perkembangan berita ini. Bagaimana menurut Anda, apakah keluarnya AS dari WTO lebih banyak memberikan keuntungan atau kerugian bagi negara itu? Beri tahu kami pendapat Anda di kolom komentar.

Penyamaran Mendalam Tidak Berhasil, 6 Mata-Mata PKT Ditangkap di Filipina

Menurut laporan Benar News, otoritas Filipina pada Rabu (26 Maret) mengumumkan bahwa mereka telah menangkap tujuh tersangka, termasuk enam warga negara Tiongkok dan satu warga Filipina. Mereka diduga menyamar sebagai nelayan untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap kapal perang AS dan Filipina di sekitar Teluk Subic.

Dinas intelijen Filipina menemukan keberadaan warga asing yang mencurigakan di sekitar Pulau Grande, Teluk Subic, dan melancarkan operasi penangkapan pada 19 Maret. Direktur Biro Investigasi Nasional Filipina, Jaime Santiago, mengungkapkan bahwa enam warga Tiongkok tersebut menyamar sebagai pemancing rekreasi dan tinggal dalam waktu lama di daerah itu. Namun, gerak-gerik mereka sangat mencurigakan, terutama karena sering berkeliaran di sekitar dermaga pada malam hari.

Saksi mata melaporkan bahwa para tersangka menggunakan drone dengan dalih mengantarkan umpan ikan, tetapi sebenarnya mereka memata-matai fasilitas angkatan laut AS dan Filipina. Petugas yang melakukan penggerebekan menemukan sejumlah besar foto, dokumen rahasia, dan perangkat elektronik. Warga Filipina yang ikut ditangkap diduga bertindak sebagai penjaga keamanan mereka.

Hingga kini, Kedutaan Besar PKT di Manila dan Kementerian Luar Negeri PKT belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini.

Pulau Grande terletak di pintu masuk Teluk Subic dan memiliki posisi strategis yang sangat penting. Dari tahun 1901 hingga 1992, Teluk Subic adalah salah satu pangkalan angkatan laut utama AS di luar negeri.

Pemerintah Filipina menyatakan bahwa seiring meningkatnya ketegangan dalam sengketa Laut China Selatan, sejak 2024 jumlah warga negara Tiongkok yang ditangkap karena dugaan spionase telah meningkat menjadi 12 orang. 

Pada Januari lalu, otoritas Filipina menangkap sekelompok tersangka mata-mata PKT lainnya. Salah satu tersangka dituduh mengendarai kendaraan mencurigakan di area sensitif di Manila, sementara lima lainnya sering terlihat di Pulau Palawan, diduga sedang melakukan pengintaian terhadap angkatan laut Filipina.

【Mencegah Imigrasi Ilegal, Trump Luncurkan Strategi Besar dengan Membangun “Tembok AI” di Perbatasan】

Menurut laporan eksklusif terbaru dari Reuters, pemerintahan Trump  menginstruksikan dua lembaga intelijen utama untuk menerapkan kemampuan pengawasan satelit mereka di wilayah perbatasan AS-Meksiko guna memperketat pengawasan terhadap imigran ilegal dan kartel narkoba. Langkah ini menunjukkan keseriusan AS dalam menangani masalah keamanan perbatasan.

Kedua lembaga tersebut adalah National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) dan National Reconnaissance Office (NRO), yang bertanggung jawab atas pengelolaan satelit intelijen serta analisis citra untuk Pentagon dan badan intelijen lainnya. Laporan menyebutkan bahwa rencana yang belum pernah diumumkan ini merupakan bagian dari serangkaian perintah eksekutif Presiden Trump yang bertujuan untuk mencegah imigrasi ilegal, penyelundupan narkoba, dan mempercepat deportasi sekitar 14 juta imigran ilegal yang berada di dalam negeri.

Belum jelas apakah pengawasan satelit ini juga mencakup wilayah dalam negeri AS. NGA telah membentuk satuan tugas khusus untuk mendukung misi perbatasan, sementara NRO menegaskan bahwa mereka akan bekerja sama dengan komunitas intelijen dan Departemen Pertahanan untuk memastikan keamanan perbatasan. Hingga kini, Gedung Putih dan Departemen Pertahanan belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan ini.

Rencana ini mengadaptasi teknologi militer yang biasanya digunakan untuk konflik luar negeri, untuk diterapkan di perbatasan AS-Meksiko. Menurut dua sumber yang mengetahui proyek ini, pemerintah dapat menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis citra satelit dan data lainnya guna mengidentifikasi target atau individu mencurigakan, serupa dengan strategi yang digunakan di medan perang.

Meskipun hukum AS biasanya membatasi badan intelijen dalam memantau warga negara dan penduduk yang sah, hukum federal memungkinkan petugas imigrasi untuk melakukan penggeledahan tanpa surat perintah dalam radius 100 mil dari perbatasan AS, mencakup kota-kota seperti San Diego dan El Paso.

Juru bicara Kantor Direktur Intelijen Nasional menegaskan bahwa semua tindakan dilakukan secara sah dan menghormati kebebasan sipil serta privasi warga AS.

Seorang sumber menyebutkan bahwa pemerintahan Trump telah meningkatkan prioritas keamanan perbatasan ke tingkat prioritas intelijen nasional, memungkinkan pemerintah mengalokasikan lebih banyak sumber daya. 

Dalam laporan tahunan terbaru yang dirilis pada Selasa (25 Maret), komunitas intelijen AS menetapkan kartel narkoba dan kelompok kejahatan transnasional sebagai salah satu ancaman keamanan nasional terbesar, melebihi ancaman dari Korea Utara, Iran, dan negara lain.

Untuk mewujudkan “perbatasan digital,” AS kini mengintegrasikan satelit, drone, dan teknologi menara sensor. Perusahaan kontraktor pertahanan seperti Palantir dan Anduril telah bekerja sama dengan pemerintah—Palantir menyediakan sistem AI untuk pemrosesan data, sementara Anduril tahun lalu memasang 300 menara sensor otonom bagi Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) untuk melacak target mencurigakan melalui radar. Sumber juga mengungkapkan bahwa perusahaan seperti SpaceX sedang merencanakan penawaran kontrak pertahanan guna bersaing dengan perusahaan militer tradisional.

Selain itu, pemerintahan Trump juga menunjukkan kemajuan dalam pemberantasan kejahatan yang melibatkan imigran ilegal. FBI mengumumkan bahwa mereka telah menangkap seorang pemimpin tinggi geng MS-13 di Virginia.

Jaksa Agung AS, Pam Bondi, menyatakan, “Dia adalah imigran ilegal dari El Salvador dan akan segera dideportasi. Kami menangkapnya pagi ini. Amerika lebih aman hari ini karena kami telah menyingkirkan pemimpin geng teroris MS-13 dari jalanan.”

Trump juga memuji Jaksa Agung Bondi, Direktur FBI Kash Patel, Menteri Keamanan Dalam Negeri Noem, dan pejabat perbatasan Homan di media sosialnya, bahkan menyebut Homan sebagai “bintang super!”

Diperkirakan bahwa rencana “Tembok AI” Trump akan memperkuat keamanan perbatasan AS, mengurangi imigrasi ilegal, dan menekan angka kejahatan. Namun, pihak oposisi khawatir bahwa pengawasan berbasis militer ini dapat mengancam privasi warga negara. Para ahli juga memperingatkan bahwa jika teknologi ini diterapkan secara tidak tepat, hal itu bisa memicu tantangan hukum atau reaksi negatif dari masyarakat.

NGA dan NRO menolak untuk mengungkapkan informasi apa yang mereka kumpulkan atau apakah pengawasan ini mencakup wilayah dalam negeri AS, dengan alasan perlunya menjaga kerahasiaan operasi. Sementara itu, CIA secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak memiliki wewenang untuk menegakkan hukum imigrasi domestik.

Dengan rencana ini yang terus berjalan, bagaimana AS akan menyeimbangkan keamanan dan kebebasan tetap menjadi perhatian utama di masa mendatang.

【Pengguna Berat ChatGPT Mengalami Fenomena Aneh】

Baru-baru ini, sebuah penelitian bersama yang dilakukan oleh OpenAI dan “MIT Media Lab” menemukan bahwa pengguna “berat” ChatGPT—yaitu mereka yang paling sering dan dalam waktu lama menggunakan chatbot ini—mungkin telah mengalami ketergantungan, bahkan menunjukkan tanda-tanda kecanduan.

Para peneliti mengidentifikasi tanda-tanda kecanduan ini melalui beberapa indikator, seperti fokus berlebihan, gejala putus teknologi, kehilangan kendali diri, dan ketidakseimbangan emosional.

Tim penelitian melakukan survei terhadap ribuan pengguna ChatGPT untuk memahami perasaan mereka terhadap chatbot ini dan bagaimana interaksi mereka mempengaruhi emosi mereka. Salah satu aspek yang diteliti adalah apakah mereka melihat ChatGPT sebagai sosok yang menunjukkan empati, perhatian, atau dukungan emosional. Jika ya, ini menunjukkan bahwa pengguna mulai memperlakukan AI ini layaknya manusia.

Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak memiliki keterikatan emosional dengan ChatGPT. Namun, mereka yang menggunakannya dalam jangka waktu lama mulai menganggapnya sebagai “teman.” Para pengguna berat ini cenderung merasa lebih kesepian dan lebih terpengaruh oleh perubahan kecil yang terjadi pada model AI tersebut.

Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa individu yang mengalami kekosongan dalam kehidupan pribadi lebih rentan bergantung pada chatbot AI. Dengan kata lain, kelompok yang paling membutuhkan perhatian dan dukungan sosial justru membangun hubungan satu arah yang dalam dengan AI, yang dapat menimbulkan dampak yang mengkhawatirkan dan sulit diprediksi.

Penelitian ini telah memicu diskusi tentang potensi dampak kecerdasan buatan terhadap kesehatan mental manusia. Para ahli merekomendasikan agar penelitian lebih lanjut dilakukan untuk memahami bagaimana teknologi ini mempengaruhi perilaku emosional dan sosial manusia serta mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi.

Halo semuanya, menurut Anda apa saja dampak tak terkendali yang akan ditimbulkan AI terhadap manusia? Silakan tinggalkan pesan untuk memberi tahu kami pendapat Anda. (Hui)

FOKUS DUNIA

NEWS