AS Tempatkan  Rudal Anti-Kapal untuk Memperkuat Sekutu di Asia-Pasifik, Mengincar Kapal Perang Partai Komunis Tiongkok

Untuk menghadapi ancaman dari Tiongkok, calon Menteri Angkatan Udara AS pada Kamis (27 Maret) mengusulkan strategi penggunaan drone untuk menghadapi ancaman Beijing di Selat Taiwan. Sementara itu, AS sedang mengembangkan strategi baru—menyediakan sejumlah besar rudal anti-kapal kepada sekutu dan mitra di Asia-Pasifik untuk menargetkan kapal perang Tiongkok dan mewujudkan operasi asimetris berbiaya rendah.

EtIndonesia. Dalam sidang konfirmasinya, calon Menteri Angkatan Udara AS, Troy Meinke, menyatakan harapannya untuk menerapkan strategi drone secara menyeluruh di kawasan Indo-Pasifik guna menghadapi ancaman dari Tiongkok.

Meinke menyoroti kemungkinan Beijing menggunakan kekuatan militer terhadap Taiwan dan menegaskan bahwa tindakan agresif Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir di Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan keamanan AS serta kawasan Indo-Pasifik. Menurutnya, dalam situasi persaingan tinggi dan ketegangan yang sensitif, drone adalah senjata utama dalam upaya pencegahan konflik di Selat Taiwan.

Untuk merespons ancaman Beijing di kawasan Indo-Pasifik, militer AS baru-baru ini meningkatkan upayanya dalam menempatkan rudal di wilayah tersebut. Tahun lalu, AS menempatkan sistem rudal jarak menengah tercanggih “Typhoon” di Filipina, dan dalam waktu dekat, mereka juga akan menempatkan sistem “Typhoon” kedua di Pasifik.

Presiden Taiwan International Strategic Studies Society, Wang Kun-Yi, menyatakan bahwa langkah AS dalam menempatkan banyak rudal anti-kapal di Asia-Pasifik jelas ditujukan untuk menghadapi Beijing. Ia menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, PKT telah membangun kapal perang dalam jumlah besar, termasuk kapal induk ketiganya yang hampir selesai. Hal ini dianggap sebagai ancaman besar bagi AS, terutama di kawasan Pasifik Barat dan rantai pulau pertama.

Sejak pemerintahan Presiden Donald Trump, strategi penempatan rudal di Asia-Pasifik sudah diusulkan, karena dapat dengan cepat menciptakan efek pencegahan dan mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan Pasifik Barat.

Peneliti di Taiwan National Defense Security Research Institute, Shen Ming-Shih, menyatakan bahwa jika PKT  berupaya memperluas pengaruhnya atau mengancam perairan negara tetangga, maka rudal anti-kapal akan menjadi strategi utama untuk melawan ekspansi maritim PKT.

Wang Kun-Yi menambahkan bahwa jika terjadi konflik antara AS dan PKT, atau antara Taiwan dan PKT, maka AS dapat menggunakan rudal anti-kapal ini untuk menghancurkan kapal perang canggih PKT. Ia menekankan bahwa kapal induk PKT harus dihancurkan terlebih dahulu untuk mempertahankan rantai pulau pertama dan mencegah militer PKT menembus pertahanan. Ini merupakan bagian penting dari strategi militer AS.

Para analis percaya bahwa penempatan rudal adalah metode serangan yang berbiaya rendah dan efektif.

Shen Ming-Shih menyebutkan bahwa saat ini industri kapal perang AS belum dapat mengejar kecepatan pembangunan kapal perang PKT. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan rudal jarak jauh. AS juga sedang mengembangkan rudal jarak jauh yang lebih canggih dan efisien, seperti rudal hipersonik, yang memungkinkan penghancuran kapal perang PKT tanpa membahayakan aset mereka sendiri. Jepang juga mengikuti jejak AS dalam penelitian dan pengembangan ini.

Menteri Pertahanan AS baru-baru ini mengunjungi kawasan strategis Asia-Pasifik. Pada Jumat, ia mengunjungi Filipina dan menghadiri latihan militer trilateral antara AS, Jepang, dan Filipina. PKT menanggapi latihan ini dengan peringatan bahwa puing-puing roket jatuh ke Laut Tiongkok Selatan, seolah-olah berusaha mengganggu latihan tersebut. (Hui)

Laporan oleh wartawan Chen Yue dan Chang Chun untuk New Tang Dynasty Television.

FOKUS DUNIA

NEWS