Tiongkok Dipenuhi Proyek “Bangunan Rapuh”, Jembatan Baru Dibangun Langsung Miring

EtIndonesia. Baru-baru ini, setelah gempa kuat di Myanmar, sebuah gedung tinggi yang sedang dibangun di Bangkok, Thailand, tiba-tiba runtuh. Kontraktor proyek tersebut adalah China Railway No.10 Bureau, sebuah perusahaan milik negara Tiongkok. Insiden ini memicu kritik luas, menyoroti bagaimana Tiongkok  mengekspor proyek-proyek berkualitas rendah atau yang dikenal sebagai “proyek bangunan rapuh” (豆腐渣工程, doufu zha gongcheng) ke luar negeri. Sementara itu, di dalam negeri Tiongkok sendiri, kasus serupa lebih sering terjadi dan semakin mengkhawatirkan.

Belakangan ini, sejumlah kasus proyek konstruksi bermasalah di Tiongkok kembali mencuat:

  • Sebuah jembatan baru di Jiangling, Jingzhou, Hubei, miring tak lama setelah diresmikan.
  • Pagar pembatas sungai di Chengdu, Sichuan, ternyata diisi dengan busa styrofoam.
  • Jalan tol di Quzhou, Zhejiang, mengalami retak dan ambles sebelum sempat dibuka.
  • Pembangunan jalur kereta cepat Chengdu-Dazhou-Wanzhou (Chengda-Wan) dilaporkan menggunakan bahan berkualitas rendah.

“Di Tiongkok, proyek bangunan rapuh ada di mana-mana. Penyebab utamanya adalah kontraktor yang ingin mengeruk keuntungan sebesar mungkin dengan memangkas biaya konstruksi, mencurangi material, dan melakukan sub-kontrak berlapis-lapis. Akibatnya, kualitas bangunan tidak dapat dijamin,” kata mantan pengacara Beijing, Lai Jianping. 

Pakar ekonomi Amerika Serikat, Huang Dawei, mengungkapkan beberapa faktor utama yang menyebabkan buruknya kualitas proyek konstruksi di Tiongkok:

  1. Kesalahan dalam desain – Proyek hanya didasarkan pada teori tanpa diuji secara praktis.
  2. Penerapan standar yang tidak akurat – Proses eksekusi sering kali hanya formalitas.
  3. Manipulasi dalam pengawasan dan inspeksi – Audit kualitas hanya dilakukan untuk memenuhi prosedur administratif.
  4. Pemotongan biaya dan penggunaan material berkualitas rendah – Proyek dikerjakan dengan biaya semurah mungkin tanpa memperhatikan keamanan.

Menurut analisis lebih lanjut, banyaknya proyek konstruksi bermasalah juga disebabkan oleh kurangnya mekanisme pertanggungjawaban.

Huang Dawei menjelaskan:  “Di negara-negara Barat, jika ada masalah dalam struktur bangunan, akan ada hukum yang memastikan pihak yang bertanggung jawab harus menanggung akibatnya. Namun, di Tiongkok, selama tidak terjadi kecelakaan besar, semuanya dianggap baik-baik saja. Jika terjadi insiden, pemerintah akan menyalahkan faktor ‘bencana alam’ atau ‘peristiwa langka’ untuk menghindari pertanggungjawaban.”

Selain itu, proyek konstruksi bermasalah juga terkait erat dengan korupsi dalam sistem pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Huang Dawei menambahkan:  “Sebagian besar proyek pembangunan di Tiongkok adalah proyek yang diberikan oleh pemerintah. Proyek-proyek ini penuh dengan manipulasi dan korupsi mulai dari proses tender, inspeksi, hingga penerimaan proyek. Demi keuntungan, mereka mengorbankan kualitas dan keselamatan konstruksi.”

Lai Jianping memperingatkan bahwa proyek bangunan rapuh ini ibarat bom waktu yang tersebar di seluruh Tiongkok:  “Baik itu gedung, jembatan, atau pabrik, semuanya bisa menjadi bencana kapan saja dan membahayakan nyawa masyarakat.”  (hui/asr)

Laporan oleh Li Yun & Qiu Yue, New Tang Dynasty Television

FOKUS DUNIA

NEWS