Kecelakaan dan kebakaran Xiaomi SU7 membuat Xiaomi Group terperosok dalam krisis. Gelombang kritik terus meningkat, bahkan mulai menyeret pesaing Xiaomi di industri kendaraan listrik, BYD. Model kendaraan yang mengalami kecelakaan dilaporkan menggunakan baterai dari BYD atau CATL (Contemporary Amperex Technology Limited). Namun, CATL menyatakan bahwa baterai tersebut bukan berasal dari mereka.
EtIndonesia. Pada 29 Maret 2025 malam, sebuah mobil listrik Xiaomi SU7 standar yang menggunakan sistem mengemudi otomatis mengalami kecelakaan dan terbakar di Jalan Tol Dexiang, Tongling, Provinsi Anhui, Tiongkok. Akibat insiden ini, tiga mahasiswi dari Wuhan tewas. Keluarga korban menuding teknologi autopilot Xiaomi masih belum matang dan menyalahkan fitur kunci pintu yang terkunci setelah kendaraan terbakar. Mereka juga mengkritik Xiaomi karena tidak bertanggung jawab, yang kemudian memicu kemarahan warganet.
Pada 2 April, beberapa media mulai menyoroti dari mana asal baterai mobil yang mengalami kecelakaan tersebut. Dalam tragedi ini, kebakaran yang dipicu oleh baterai jelas menjadi salah satu faktor kunci. Namun, tidak jelas apakah media menggali informasi ini untuk mencari pertanggungjawaban lebih lanjut atau hanya untuk mengalihkan tekanan dari Xiaomi.
Xiaomi SU7 terdiri dari tiga varian: standar, Pro, dan Max. Mobil yang mengalami kecelakaan adalah varian standar. Menurut beberapa laporan, varian standar Xiaomi SU7 menggunakan baterai buatan BYD atau CATL, sedangkan varian Pro dan Max menggunakan baterai dari CATL.
Beberapa media yang menghubungi layanan pelanggan Xiaomi juga menerima jawaban bahwa varian standar dilengkapi dengan baterai Blade buatan Fudi atau baterai CATL. Pihak Xiaomi juga menyatakan bahwa baterai yang dipasang pada kendaraan bersifat acak, sehingga pembeli tidak dapat memilih jenis baterai saat membeli mobil.
Baterai Blade Fudi diproduksi oleh Fudi Battery, anak perusahaan BYD. Baterai Blade buatan Tiongkok sebelumnya telah dikritik karena memiliki risiko keamanan yang tinggi. BYD sendiri telah mengalami berbagai kasus kebakaran spontan pada kendaraan listriknya.
Pada 2 April, seorang investor bertanya kepada CATL melalui platform Interactive Easy apakah kendaraan yang terbakar menggunakan baterai mereka. CATL menjawab, “Bukan baterai kami.” Sementara itu, BYD masih tetap diam tanpa memberikan tanggapan.
Sejumlah warganet menyalahkan pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) karena mengabaikan keselamatan masyarakat demi mendorong pengembangan apa yang disebut sebagai “produksi berkualitas tinggi”. Mereka menuding pemerintah melonggarkan regulasi keselamatan kendaraan listrik dan menutupi berbagai insiden kebakaran yang terjadi. Para produsen mobil listrik dinilai hanya mementingkan pemasaran dan mengabaikan kontrol kualitas dalam produksinya.
Warganet juga mengkritik merek-merek yang didukung oleh pemerintah PKT, seperti BYD, Huawei, dan Xiaomi, yang disebut-sebut memiliki teknologi “unggul” tetapi diduga berasal dari hasil pencurian atau penjiplakan.
Seorang warganet yang mengaku sebagai anggota tim teknis pemasok suku cadang kendaraan listrik mengungkapkan bahwa Xiaomi menggunakan dalih “rencana kerja sama” untuk mencuri teknologi inti dari perusahaannya. Setelah mendapatkan teknologi tersebut, Xiaomi justru memberikan produksinya kepada pabrik pihak ketiga tanpa kontrol kualitas yang memadai, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya insiden di masa mendatang.
Beberapa warganet juga membongkar praktik Xiaomi di masa lalu, yang disebut-sebut pernah mencuri teknologi Meizu dengan dalih “pengecekan sebelum investasi” serta merekrut eksekutif Geely dengan alasan “kunjungan studi”. Salah satu komentar warganet berbunyi, “Meizu: Saya familiar dengan trik ini. Geely: Saya juga.”
Ada juga warganet yang mengklaim bahwa Xiaomi pernah mencuri desain temannya yang bekerja di perusahaan asing dan bahkan mendaftarkan patennya sendiri, sehingga perusahaan asing tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.
Beberapa pengguna internet menyimpulkan, “Sebagian besar perusahaan di negara komunis ini memang seperti ini.” Komentar lain berbunyi, “Seperti guru, seperti murid—jika pemerintahnya menipu, maka perusahaannya juga akan melakukan hal yang sama. Semua hanya soal mencuri, menipu, dan menjiplak, tanpa ada substansi!” (Hui)
Sumber : NTDTV.com