Trump Kecam ‘Pengeboman Gila’ Rusia di Ukraina

EtIndonesia. Presiden Donald Trump mengungkapkan rasa frustrasinya yang baru pada hari Senin (7/4) atas tindakan militer Rusia yang terus berlanjut di Ukraina. Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Trump mengkritik serangan agresif Moskow, menyoroti urgensi yang semakin meningkat untuk perundingan damai.

“Saya tidak senang dengan apa yang terjadi” di Ukraina, kata pemimpin Republik itu, mengecam Rusia karena “membom seperti orang gila saat ini” sambil menyatakan bahwa negosiasi “hampir” mencapai penyelesaian.

Pembicaraan Berlanjut di Tengah Serangan yang Tak Henti-hentinya

Selama tiga tahun terakhir, Ukraina dan Rusia telah terjebak dalam konflik yang brutal. Trump menggambarkan situasi itu sebagai mengerikan, menyebutnya “bukan situasi yang baik.”

Dia menekankan upaya diplomatik yang sedang berlangsung, dengan mencatat: “Jadi kami bertemu dengan Rusia, kami bertemu dengan Ukraina, dan kami semakin dekat, tetapi saya tidak senang dengan semua pengeboman yang terjadi dalam seminggu terakhir ini. Itu hal yang mengerikan.”

Kekecewaan Trump terhadap Putin Meningkat

Trump telah mempertahankan nada tajam dalam beberapa minggu terakhir. Pada bulan Maret, dia mengatakan bahwa dia “marah” dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pada hari Minggu, dia menegaskan kembali pendiriannya, dengan mengatakan kepada wartawan: “Kami ingin mereka berhenti. Saya tidak suka pengeboman itu.”

Meskipun Trump tidak setuju, konflik tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda akan melambat. Hanya beberapa jam sebelum komentar Trump, Kremlin menyatakan dukungan sementara untuk gencatan senjata tetapi meragukan rincian praktis dari kesepakatan tersebut.

Perdamaian Masih di Luar Jangkauan

Rusia telah melanjutkan serangannya, menolak seruan bersama AS-Ukraina untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat bulan lalu. Usulan itu, yang dibuat pada bulan Maret, ditolak oleh Presiden Putin.

Trump, yang telah berulang kali mengklaim bahwa dia dapat membawa perdamaian dalam “24 jam” setelah kembali menjabat, menghadapi tekanan yang meningkat karena kekerasan terus berlanjut tanpa henti. (yn)

FOKUS DUNIA

NEWS