EtIndonesia. Belakangan ini, menurut sumber tingkat tinggi Iran, seiring dengan peningkatan serangan Amerika Serikat terhadap milisi Houthi di Yaman, Iran telah memerintahkan untuk menghentikan dukungan kepada organisasi tersebut. Tehran sedang mengurangi jaringan agen proksinya dan mengalihkan fokus strategisnya ke Amerika Serikat.
Baru-baru ini, Amerika Serikat meningkatkan serangannya terhadap milisi Houthi di Yaman yang didukung Iran. Menurut laporan dari “The Daily Telegraph” yang mengutip pejabat senior Iran, Tehran telah memerintahkan personel militernya untuk meninggalkan Yaman, menilai bahwa milisi Houthi tidak akan bertahan lama dan tidak perlu lagi melakukan pemborosan. Dengan demikian, milisi Houthi akan segera menjadi agen Iran lain yang menghadapi kehancuran, setelah Hizbullah di Lebanon dan rezim Assad di Suriah.
Pejabat Iran tersebut mengungkapkan bahwa Tehran sedang mengurangi jaringan agen proksinya dan memusatkan sumber dayanya untuk menghadapi Amerika Serikat. Sebelumnya, Presiden Trump telah meminta Iran untuk melakukan negosiasi langsung mengenai program nuklirnya, atau menghadapi pemboman hebat dan tarif sekunder.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, pada hari Minggu (6/4) kembali menegaskan bahwa Iran tidak akan melakukan negosiasi langsung dengan Amerika Serikat di bawah ancaman kekerasan, mengatakan bahwa negosiasi semacam itu “tidak berarti”.
Kremlin pada hari Senin menyatakan bahwa Rusia bersedia melakukan segala upaya untuk membantu meredakan ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran yang dipicu oleh program nuklir.
Pada hari Minggu yang sama, organisasi teroris Hamas meluncurkan sekitar 10 roket ke kota Ashkelon di selatan Israel, menyebabkan warga sipil terluka oleh serpihan yang diintersepsi.
Militer Israel segera mengeluarkan perintah evakuasi kepada penduduk di beberapa area di tengah Gaza, kemudian menghancurkan peluncur roket Hamas dan melakukan serangan udara malam terhadap lokasi para teroris.
Perdana Menteri Israel, Netanyahu, dalam perjalanan ke Washington, mendengarkan briefing dan menginstruksikan militer untuk melakukan serangan balasan yang “kuat” dan menyetujui untuk melanjutkan tindakan intensif terhadap Hamas.
Selain itu, dua anggota parlemen Inggris yang mendukung boikot terhadap Israel ditolak masuk dan dideportasi akhir pekan lalu, dan Pemerintah Israel merespons pada hari Senin.
Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, berkata: “Saya telah memeriksa catatan mereka, mereka memiliki serangkaian tuduhan panjang, tuduhan palsu, dan pernyataan yang tidak benar terhadap negara ini. Kami tahu bahwa tujuan kunjungan mereka adalah untuk memicu aktivitas anti-Israel saat Israel berada dalam kondisi perang.”
Pada hari yang sama, Presiden Prancis, Macron, Presiden Mesir, Sisi, dan Raja Abdullah II dari Yordania mengadakan pertemuan trilateral di Kairo, membahas situasi di Gaza, mendesak “penghentian kekerasan segera,” dan pembebasan semua sandera yang masih ditahan oleh Hamas.(jhn/yn)