Wabah Covid di Tiongkok Kembali Meningkat, Kasus Kematian Mendadak Marak — Hebei Kini Izinkan Penguburan Jenazah

EtIndonesia. Wabah Covid-19 di Tiongkok tampaknya tak pernah benar-benar mereda. Lonjakan kematian mendadak di kalangan usia muda dan paruh baya terus terjadi, sementara rumah sakit dan krematorium mengalami antrean panjang. Di tengah situasi genting ini, pemerintah Provinsi Hebei dikabarkan telah mengizinkan penguburan langsung karena proses kremasi tak mampu mengimbangi jumlah jenazah.

Seorang warga Kota Huadian, Provinsi Jilin, yang bernama Tuan Cao, mengungkapkan bahwa saat ini banyak orang di daerahnya mengalami demam dan flu, termasuk istrinya sendiri yang juga mengalami muntah dan diare. Dia juga mengatakan bahwa sudah ada beberapa temannya yang meninggal mendadak.

Cao mengatakan: “Seorang teman saya berusia 44 tahun, tiba-tiba meninggal pada 2 April. Teman lain usia 53 tahun, tidur malam dan pagi harinya sudah meninggal. Lalu ada satu lagi sekitar 40 tahun, baru sekitar 10 hari lalu masih minum-minum bersama saya, dia bilang kepalanya sakit, dan saat dibawa ke rumah sakit, meninggal di tengah jalan. Ada juga yang usia 56 atau 57, sopir truk besar, meninggal sebulan lalu karena stroke. Bahkan ada satu lagi usia 30-an, tahun lalu saat sedang bekerja di ladang, tiba-tiba tumbang dan meninggal.”

Cao menambahkan, sejak banyak orang menerima vaksin Covid-19 buatan dalam negeri, tekanan darah mereka melonjak tajam hingga harus minum obat penurun tekanan darah setiap hari. Di sekelilingnya, setidaknya tujuh orang terkena stroke, dan banyak pula yang menjalani operasi bypass jantung.

Dia melanjutkan: “Setelah divaksin, banyak yang meninggal. Kami benar-benar disakiti oleh Partai Komunis. Rakyat sangat marah. Sekarang bisnis yang paling laris itu justru milik krematorium. Kantor urusan sipil bahkan datang untuk mengancam para petugas upacara kematian agar tidak menjual kertas sembahyang, dan memaksa keluarga untuk melakukan kremasi. Tapi di tempat kami ini, pasar pemakaman dikuasai oleh mafia. Kami tidak memakamkan di kompleks pemakaman umum, semuanya diam-diam dikuburkan di ladang.”

Sementara itu, seorang warga Beijing dengan nama samaran Yang Zhi juga membenarkan bahwa wabah belum pernah benar-benar berakhir dan telah merenggut banyak nyawa. Dia mengingat bahwa pada April tahun lalu, saat ibunya meninggal di kampung halaman mereka di Cangzhou, Hebei, penguburan langsung sudah mulai diperbolehkan.

Yang Zhi berkata: “Banyak yang demam, flu, batuk, tenggorokan sakit — bukankah semua itu gejala Covid? Wabah ini tak pernah berhenti. Di sekolah, anak-anak saling menulari. Kalau kamu mau sekolah ya silakan, kalau enggak ya istirahat di rumah. Di Provinsi Hebei sekarang bahkan tidak lagi membakar jenazah, karena sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka langsung menguburkan saja. Sekarang jumlah penduduk terasa jauh berkurang.”

Pada Agustus 2023, Guru Li Hongzhi, pendiri aliran spiritual Falun Gong, pernah memberikan peringatan bahwa pandemi Covid-19 sebenarnya ditujukan khusus kepada Partai Komunis Tiongkok (PKT) serta orang-orang yang membabi buta mengikuti, membela, dan mengabdikan diri kepada PKT. Beliau menyampaikan bahwa saat ini banyak orang telah meninggal, termasuk mereka yang masih muda. Li Hongzhi mengajarkan bahwa orang bisa selamat dengan melakukan “Tiga Pengunduran Diri” (dari PKT, Liga Pemuda, dan Pionir Muda) dan dengan tulus mengucapkan mantra penyelamat jiwa.

Cao pun membagikan kisah pribadinya: “Saya selalu mengucapkan mantra sembilan kata itu. Beberapa tahun lalu, saat ditahan di pusat penahanan, saya bertemu sepasang kakek-nenek. Mereka tidak diberi makan, jadi saya diam-diam mengambilkan makanan untuk mereka. Si nenek berkata pada saya: ‘Nak, kamu orang baik. Ingat kata-kata nenek ini, jangan lupa ucapkan sembilan kata itu.’”Cao mengaku, sejak mengikuti pesan dari nenek itu, dia merasakan keampuhan dari mantra tersebut. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS