EtIndonesia. Baru-baru ini, Partai Komunis Tiongkok (PKT) menggelar Konferensi Kerja Diplomatik Negara-Negara Sekitar. Yang menarik perhatian publik adalah absennya He Weidong, Wakil Ketua Komisi Militer Pusat (CMC) dan salah satu loyalis Xi Jinping, dari pertemuan penting tersebut. Sejak pertengahan tahun lalu, desas-desus mengenai menurunnya kekuasaan Xi Jinping semakin santer terdengar.
Menurut laporan media resmi PKT, konferensi ini diselenggarakan pada 8 hingga 9 April di Beijing, dan Xi Jinping hadir serta menyampaikan pidato. Laporan menyebutkan bahwa sejumlah pemimpin partai dan negara, serta pejabat dari berbagai instansi terkait, turut menghadiri acara tersebut.
Acara ini dikategorikan sebagai pertemuan tingkat tinggi, di mana hampir seluruh anggota Politbiro hadir. Namun, tayangan yang disiarkan CCTV menunjukkan bahwa meski Xi dan para anggota tetap Komite Tetap duduk di podium, serta anggota Politbiro lainnya menempati barisan depan di bawah, tidak tampak sosok He Weidong. Sebaliknya, Zhang Youxia, Wakil Ketua CMC lainnya, duduk di podium didampingi oleh Li Hongzhong dan Chen Wenqing.
Absennya He Weidong semakin memperkuat spekulasi bahwa dia tengah dalam penyelidikan. Dia terakhir terlihat di hadapan publik saat menghadiri penutupan Kongres Rakyat Nasional pada 11 Maret. Setelah itu, beredar rumor bahwa dia tengah diselidiki, dan hingga kini sudah hampir satu bulan menghilang tanpa penjelasan dari pihak berwenang—baik konfirmasi maupun bantahan.
Pada 2 April, Zhang Youxia menghadiri kegiatan tahunan penanaman pohon di Distrik Tongzhou, Beijing, bersama Sekretaris Partai Komunis Beijing, Yin Li, serta anggota CMC lainnya seperti Liu Zhenli dan Zhang Shengmin. Nama He Weidong kembali tidak disebut dan dirinya juga tidak hadir.
Terkait hal ini, pada 10 April, pengamat independen Cai Shenkun menulis di platform X bahwa dalam siaran berita CCTV, hampir semua tokoh penting—dari sekretaris partai, anggota Politbiro hingga anggota Komite Tetap—muncul dalam sorotan kamera, kecuali He Weidong. Cai menyimpulkan, jika memang He tidak mengalami masalah, tidak mungkin dia absen dari pertemuan sepenting ini, terlebih jika dia tengah mengoordinasikan operasi militer di kawasan Taiwan. Menurutnya, ketidakhadiran ini menjadi bukti kuat bahwa He Weidong telah tersingkir dari jajaran elite militer dalam pembersihan internal besar-besaran.
Komentator politik Zhong Yuan, dalam artikelnya di Epoch Times pada 10 April, menyatakan bahwa rumor mengenai He Weidong semakin menguat. Jika dia muncul dalam pertemuan tersebut, rumor itu bisa dibantah. Namun karena dia tidak hadir, justru memperkuat spekulasi bahwa Xi Jinping kehilangan pegangan atas salah satu loyalis terpentingnya di militer.
Pengamat juga mencatat bahwa dalam konferensi diplomatik tersebut, tidak satu pun media resmi menyebut istilah “Pemikiran Diplomatik Xi Jinping”, padahal sebelumnya sangat sering ditonjolkan.
Sebagai perbandingan, dalam Konferensi Kerja Urusan Luar Negeri pada 27–28 Desember 2023, hampir seluruh anggota Politbiro serta pejabat tinggi pusat dan daerah hadir. Bahkan para duta besar dan perwakilan luar negeri pun dipanggil pulang untuk mengikuti pertemuan tersebut. Saat itu, ditegaskan bahwa kebijakan luar negeri Tiongkok harus berlandaskan pada “Pemikiran Diplomatik Xi Jinping”.
Namun tahun ini, meski media menyebut Xi memberikan arahan tentang “tujuan, tugas, dan pendekatan” diplomasi regional, sorotan justru tertuju pada kalimat “harus memperkuat kepemimpinan terpusat dan terpadu dari Komite Sentral Partai”—tanpa menyebut nama Xi secara langsung dalam kerangka kebijakan luar negeri.
Zhong Yuan menilai bahwa hilangnya istilah “Pemikiran Diplomatik Xi Jinping” dalam acara sepenting ini setara dengan pengakuan terbuka bahwa Xi Jinping tidak lagi memegang kendali penuh atas urusan diplomasi Tiongkok. Dia menyebut, pidato Xi kali ini lebih seperti slogan kosong, tanpa kekuatan untuk memberikan instruksi strategis yang konkret.
Sejak Pleno Ketiga tahun lalu pada Juli 2023, beredar luas kabar bahwa kekuasaan Xi mulai melemah. Sumber internal bahkan menyebutkan bahwa kekuasaan Xi telah direduksi, dan kini kekuasaan partai telah kembali ke tangan Zhang Youxia dan sejumlah tokoh senior lainnya.
Zhong Yuan menyimpulkan bahwa dinamika kekuasaan di militer, birokrasi, dan diplomasi tengah mengalami pergeseran besar, dan pengaruh Xi Jinping terus menurun. Dia memprediksi bahwa untuk mengisi kekosongan kekuasaan ini, pertarungan antar faksi di dalam tubuh PKT akan semakin intens, yang akan berdampak pada kebijakan luar negeri yang makin tidak konsisten dan sulit diprediksi. (jhn/yn)