Kejutan Tarif 145%: AS Serang Balik, Tiongkok Terpukul dan Dunia Perdagangan Berguncang!

EtIndonesia. Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan penerapan tarif impor baru yang mencapai 145% untuk sebagian besar produk yang diimpor dari Tiongkok. Kebijakan ini diumumkan di Gedung Putih sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi sejumlah isu strategis, mulai dari masalah imigrasi ilegal hingga pengendalian peredaran fentanyl.

Rincian Tarif dan Penetapan Kebijakan

Dalam surat perintah eksekutif yang dikeluarkan pada malam tanggal 9 April 2025, Pemerintah AS menetapkan bahwa tarif tersebut akan diberlakukan pada semua produk yang berasal dari Tiongkok, termasuk juga barang-barang yang dikirim dari Hong Kong dan Makau. Penetapan tarif ini merupakan hasil penggabungan tarif dasar sebelumnya sebesar 20% dengan tambahan tarif 125%, yang secara total menghasilkan tarif impor sebesar 145%.

Lebih jauh lagi, produk-produk dengan nilai di bawah 800 dolar, terutama paket-paket kecil yang dikirim dari Tiongkok, akan dikenakan tarif khusus sebesar 120%. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan pada arus perdagangan, sekaligus menekan negara-negara pemasok agar memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah AS.

Tanggapan Internasional dan Komentar Pihak Terkait

Sementara itu, reaksi dari pihak internasional pun mulai berdatangan. Uni Eropa telah mengumumkan bahwa penerapan langkah balasan tarif pertama akan ditunda selama 90 hari ke depan. Penundaan tersebut memberi ruang bagi kedua belah pihak untuk melakukan penyesuaian serta menciptakan mekanisme negosiasi yang lebih konstruktif.

Di kawasan Asia Tenggara, Menteri Ekonomi ASEAN menyatakan jaminan bahwa tidak akan ada tindakan balasan yang diambil oleh negara-negara anggota ASEAN. Pernyataan tersebut diiringi dengan kesiapan untuk segera membuka perundingan, sekaligus menunjukkan tanda-tanda bahwa wilayah ini mendukung pendekatan dialog dalam menyelesaikan persoalan perdagangan dengan Amerika Serikat maupun Tiongkok.

Penjelasan dari Pihak Gedung Putih

Dalam konferensi pers yang diadakan beberapa saat setelah pengumuman kebijakan, seorang juru bicara Gedung Putih menegaskan bahwa tarif tambahan sebesar 125% adalah langkah yang diwajibkan sebagai respon terhadap kegagalan Tiongkok dalam menangani isu imigran ilegal dan masuknya fentanyl ke Amerika Serikat.

“Kebijakan ini bukan hanya tentang tarif semata, melainkan juga tentang komitmen untuk melindungi kepentingan nasional dan menciptakan tingkat perdagangan yang adil,” ujar juru bicara tersebut.

Selain itu, Presiden Amerika Serikat juga menanggapi pertanyaan mengenai potensi eskalasi konflik dengan Tiongkok. Dalam keterangannya, Presiden menyatakan keyakinan bahwa Amerika Serikat memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang sangat superior dibandingkan negara lain. 

“Kita, Amerika, sangat kuat. Kita memiliki senjata paling kuat di dunia, jauh lebih kuat daripada senjata negara lain, jadi saya tidak khawatir,” ungkapnya dengan penuh keyakinan. Tak lupa, dia juga memuji Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dengan mengatakan bahwa beliau adalah salah satu tokoh tersakti di dunia yang mengetahui langkah strategis yang tepat dalam kondisi saat ini.

Implikasi dan Prospek ke Depan

Kebijakan tarif yang baru ini dipandang sebagai salah satu respons strategis yang semakin menegaskan posisi Amerika Serikat dalam menghadapi persaingan ekonomi global, terutama dengan Tiongkok yang semakin agresif dalam pengambilan kebijakan dalam negeri dan perdagangan internasional. Dalam jangka pendek, langkah ini kemungkinan akan meningkatkan ketegangan perdagangan antara kedua negara. Namun, berbagai pihak berharap bahwa langkah ini dapat membuka peluang untuk perundingan ulang yang lebih adil dan transparan pada masa mendatang.

Di tengah dinamika ini, komunitas internasional serta pelaku industri global terus mengamati perkembangan dan mencari titik temu yang dapat mencegah eskalasi konflik menjadi masalah yang lebih besar. Perundingan yang akan dilakukan kemudian diharapkan menjadi solusi konstruktif atas perbedaan pendapat dan kepentingan kedua belah pihak.

FOKUS DUNIA

NEWS