EtIndonesia. Perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus memanas. Kenaikan tarif impor barang-barang asal Tiongkok hingga 125% yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, telah membuat banyak pabrik Tiongkok kehilangan pesanan dari Amerika. Pabrik-pabrik yang biasanya mulai memproduksi hiasan Natal pada musim ini kini belum menerima satu pun pesanan dari AS—kondisi ini setara dengan nol permintaan.
Menurut laporan Reuters, pabrik-pabrik di Tiongkok yang memproduksi pohon Natal dan berbagai dekorasi lainnya belum menerima pesanan dari pelanggan Amerika hingga saat ini. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, pesanan Natal biasanya mulai berdatangan di periode ini, dan pesanan tersebut sangat vital bagi kelangsungan usaha para produsen di Tiongkok.
Seorang pemilik pabrik pohon Natal buatan di Jinhua, Zhejiang, bernama Qun Ying (nama diterjemahkan secara fonetik), mengungkapkan: “Sampai saat ini, kami belum menerima pesanan apa pun dari pelanggan Amerika. Sudah jelas ini karena tarif impor. Biasanya, semua pesanan sudah dikonfirmasi sebelum pertengahan April, tapi sekarang… mungkin tahun ini mereka tidak akan beli apa pun sama sekali.”
Sekitar 87% dekorasi Natal yang dijual di Amerika Serikat berasal dari Tiongkok, dengan nilai perdagangan mencapai sekitar 4 miliar dolar. Di sisi lain, sekitar setengah dari total produk yang dihasilkan pabrik Tiongkok diekspor ke Amerika.
Jessica Guo, pemilik pabrik pohon Natal lainnya di Jinhua, juga mengalami nasib serupa. Seorang pelanggan besar dari Amerika Serikat telah memberitahunya bahwa mereka akan menunda pesanan senilai 3 juta yuan (sekitar 408.000 dolar), padahal dia telah menginvestasikan 400.000 yuan untuk membeli bahan baku. Dia khawatir pesanan itu akan dibatalkan sepenuhnya, yang akan sangat memukul bisnisnya.
Jessica mengatakan: “Saya dan rekan-rekan seindustri sangat bergantung pada pesanan dari Amerika untuk bisa bertahan.”
Ia menambahkan bahwa tarif setinggi itu tidak bisa tidak berdampak luas. “Tidak ada yang kebal. Jika pasar AS hilang, itu pasti akan memengaruhi banyak lapangan pekerjaan,” tegasnya.
Pabrik milik Jessica memiliki luas 10.800 meter persegi, biasanya mempekerjakan sekitar 140 orang, dan pada musim puncak bisa meningkat menjadi 200 orang. Namun tahun ini, dia memutuskan untuk tidak menambah tenaga kerja sama sekali.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Kerajinan Seni Yiwu di Zhejiang, Yang Dabiao, pernah menyatakan pada tahun 2006 bahwa lebih dari 600 produsen produk Natal berkumpul di Kota Jinhua dan sekitarnya, yang mencakup sekitar 80% dari total ekspor produk Natal Tiongkok. Kota tingkat kabupaten ini menampung sekitar 8.000 pedagang asing dari 170 negara dan wilayah, serta menarik hingga 200.000 pembeli internasional setiap tahunnya, yang datang untuk membeli barang-barang kecil dalam jumlah besar dan mendistribusikannya ke seluruh dunia.
Menghadapi tekanan dari tarif tinggi Amerika Serikat, seorang pemilik pabrik dekorasi di Shaoxing, Zhejiang, bernama Liu Song (Transliterasi-red) menyatakan bahwa dia kini berupaya keras mengalihkan pasar ke Rusia, Eropa, dan Asia Tenggara. Gabungan dari wilayah-wilayah tersebut kini menyumbang 75% dari total penjualannya. Namun dia tidak menampik kekhawatirannya: “Kami memang khawatir pesanan dari Amerika akan terus menurun.”(jhn/yn)