EtIndonesia. Pada hari Rabu (9/4), Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menaikkan tarif terhadap produk asal Tiongkok menjadi 125%, namun akan menangguhkan penerapan tarif resiprokal terhadap negara-negara lain selama 90 hari. Trump menyebut hari itu sebagai “hari terbesar dalam sejarah keuangan.” Pengumuman tersebut langsung memicu rebound besar di pasar saham global.
Trump menyatakan, karena adanya respons positif dari hampir seratus negara terkait isu tarif, Pemerintah AS memutuskan untuk menangguhkan pemberlakuan tarif resiprokal untuk semua negara selain Tiongkok selama 90 hari. Dalam periode tersebut, hanya akan dikenakan tarif dasar sebesar 10%. Dia menyebut kebijakan ini sebagai momen paling luar biasa dalam sejarah dunia keuangan.
Donald Trump mengatakan: “Mari kita lihat ke depan, saya percaya kebijakan ini akan membawa hasil yang luar biasa. Saya percaya negara kita akan menjadi sangat luar biasa.”
Segera setelah pengumuman tersebut, bursa saham AS mencetak lonjakan bersejarah. Indeks Nasdaq melonjak 12%, mencatat kenaikan harian tertinggi dalam 24 tahun terakhir. Indeks S&P 500 naik hampir 9,5%, sementara Dow Jones Industrial Average naik sebesar 7,9%.
Tujuh saham raksasa teknologi mencatat lonjakan kapitalisasi pasar sebesar 1,8 triliun dolar AS, mencetak rekor baru. Saham Nvidia memimpin dengan kenaikan 19%, menambah kapitalisasi pasar sebesar 440 miliar dolar AS. Tesla melonjak 23%, sementara Apple dan Meta Platforms masing-masing naik 15%.
Brian Mulberry, manajer portofolio investasi klien di ZACKS Investment Management mengatakan: “Saat ini kita hanya menghadapi tarif dasar 10%, ini adalah hasil yang jauh lebih jelas dan pasti, baik untuk biaya barang maupun situasi perdagangan secara keseluruhan. Dampaknya terhadap konsumen juga jauh lebih kecil.”
Sementara itu, negara-negara lain juga berlomba untuk memperkuat posisi mereka dalam persaingan tarif global. Pada hari Rabu pagi, Uni Eropa menyetujui langkah-langkah pembalasan tarif, yang akan diterapkan dalam tiga tahap—April, Mei, dan Desember—sebagai respons atas tarif 25% yang sebelumnya dikenakan AS terhadap baja dan aluminium asal Eropa.
Barang-barang AS yang dikenai tarif balasan oleh UE meliputi sepeda motor, produk kosmetik, unggas, buah-buahan, kayu, sereal, hingga peralatan elektronik. Sebagian besar barang-barang ini berasal dari daerah-daerah yang merupakan basis dukungan Partai Republik, dengan total nilai mencapai hampir 21 miliar euro.
Namun, Uni Eropa menyatakan bahwa tindakan balasan ini bisa dibatalkan sewaktu-waktu jika negosiasi dengan Amerika Serikat menghasilkan solusi yang dapat diterima kedua pihak.
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, mengumumkan bahwa negaranya akan mengurangi ketergantungan pada impor energi, termasuk dari Amerika Serikat. Kanada akan mendorong diversifikasi perdagangan dan memaksimalkan penggunaan energi dalam negeri.
India, di sisi lain, menyatakan kesiapannya untuk berdialog dengan Amerika Serikat sambil juga menjajaki pasar-pasar baru. Saat ini, India sedang bernegosiasi dengan Uni Eropa mengenai perjanjian perdagangan bebas bilateral. (jhn/yn)