Pertemuan ini berlangsung saat Trump berupaya mendorong Moskow untuk duduk di meja perundingan guna mencapai kemungkinan gencatan senjata di Ukraina.
EtIndonesia. Utusan Khusus Presiden Trump, Steve Witkoff pada 11 April 2025 bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menormalisasi hubungan antara Washington dan Moskow.
Pertemuan ini terjadi ketika Presiden Donald Trump berusaha merancang kesepakatan gencatan senjata yang akan menghentikan pertempuran sementara waktu di Ukraina, di tengah invasi Rusia yang masih berlangsung.
Witkoff terekam sedang berjabat tangan dengan Putin sebelum keduanya bertemu di perpustakaan kepresidenan di Saint Petersburg untuk membahas Ukraina dan berbagai isu lainnya.
Witkoff dengan cepat menjadi sosok penting dalam strategi diplomatik pemerintahan Trump, bekerja untuk mendorong tercapainya kesepakatan dalam perang Rusia-Ukraina, serta konflik Israel-Hamas.
Putin sebelumnya menyetujui secara prinsip dorongan Trump untuk gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina, namun belum menunjukkan komitmen penuh terhadap kesepakatan tersebut. Pemimpin Rusia itu telah mengeluarkan berbagai tuntutan yang sering berubah setiap kali kesepakatan tampak akan tercapai.
Dalam hal ini, Putin menuntut agar Ukraina secara resmi dilarang bergabung dengan NATO, agar kekuatan militer Ukraina dibatasi, dan agar Rusia diberikan seluruh wilayah dari empat daerah Ukraina yang diklaimnya sebagai milik Rusia, meskipun Moskow belum sepenuhnya menguasai satu pun dari wilayah tersebut.
Pemerintahan Trump sempat berhasil mendorong Kyiv dan Moskow untuk secara tentatif menyetujui dua gencatan senjata terbatas: satu untuk melindungi infrastruktur energi dan satu lagi untuk melindungi perdagangan maritim di Laut Hitam.
Namun kedua kesepakatan itu nyaris langsung runtuh, dengan pasukan Ukraina dan Rusia saling menuduh melanggar larangan menyerang lokasi energi, dan Moskow mengajukan tuntutan baru terkait kesepakatan Laut Hitam.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa Moskow tidak bernegosiasi soal gencatan senjata dengan itikad baik dan menuduh Rusia dengan sengaja memperlambat proses untuk mendapatkan keuntungan militer lebih besar sebelum bersedia berunding.
“Mereka mengulur-ulur pembicaraan dan mencoba membuat AS terjebak dalam diskusi tak berujung dan tak berguna mengenai ‘syarat-syarat’ palsu hanya untuk menunda waktu dan kemudian mencoba merebut lebih banyak wilayah,” kata Zelenskyy di Paris bulan lalu.
Trump sendiri juga tampaknya mulai kehilangan kesabaran terhadap usulan tandingan dari Moskow.
“Rusia harus segera bergerak,” tulis Trump di platform media sosial Truth Social miliknya pada Jumat. “Terlalu banyak orang yang MENINGGAL, ribuan setiap minggu, dalam perang yang mengerikan dan tidak masuk akal – Perang yang seharusnya tidak pernah terjadi, dan tidak akan terjadi jika saya yang menjadi Presiden!!!”
Sementara Amerika Serikat berusaha membujuk Rusia untuk masuk ke dalam negosiasi gencatan senjata, Moskow justru sibuk memperkuat aliansi de facto-nya dengan Iran dan Tiongkok.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexey Overchuk, mengatakan saat kunjungan ke Tiongkok bulan lalu bahwa Moskow sedang berupaya menyeimbangkan pendekatannya yang kembali akrab dengan Washington di satu sisi, dan aliansi yang kian erat dengan Beijing di sisi lain.
“Mengenai hubungan antara Rusia, Tiongkok, dan Amerika Serikat, kita tidak boleh membina hubungan dengan satu negara dengan mengorbankan negara lainnya, dan sebaliknya,” kata Overchuk.
Moskow dan Beijing terus memperluas kemitraan strategis menyeluruh yang telah memperdalam hubungan ekonomi, diplomatik, dan militer mereka, termasuk dengan meningkatkan latihan militer gabungan Rusia-Tiongkok di seluruh dunia.
Putin dan Trump belum pernah mengadakan pertemuan langsung sejak awal masa jabatan kedua Trump pada bulan Januari.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin dan Witkoff mungkin akan membahas kemungkinan pertemuan tatap muka antara kedua pemimpin tersebut.
Peskov mengatakan kepada media pemerintah Rusia bahwa tidak ada terobosan yang diharapkan dalam negosiasi gencatan senjata selama pembicaraan Witkoff-Putin. Sebaliknya, Peskov mengatakan bahwa pertemuan tersebut akan menjadi kesempatan bagi Rusia untuk menyampaikan “keprihatinannya” kepada Washington.
Sumber : Theepochtimes.com