EtIndonesia. Pada Sabtu (12 April), Amerika Serikat dan Iran kembali membuka negosiasi nuklir yang telah terhenti selama satu dekade. Pertemuan yang digelar di Muscat, ibu kota Oman, ini dianggap sangat penting oleh banyak pengamat internasional. Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menegaskan menjelang pertemuan bahwa posisi Amerika adalah untuk membongkar total program nuklir Iran.
Negosiasi Langsung AS-Iran Digelar di Oman
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Iran dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, sementara dari pihak AS, pemerintahan Trump diwakili oleh Steve Witkoff.
Pemerintah AS menyatakan bahwa larangan total terhadap kepemilikan senjata nuklir oleh Iran merupakan alasan utama diadakannya perundingan ini.
“Saya berharap Iran menjadi negara yang indah, besar, dan sejahtera. Tapi mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir. Kami akan bertemu mereka hari Sabtu untuk sebuah pertemuan penting,” kata Presiden AS Donald Trump.
Trump juga telah memberikan ultimatum kepada Teheran: jika tidak tercapai kesepakatan baru dalam dua bulan, maka opsi militer akan menjadi pertimbangan serius.
AS Tegas: Program Nuklir Iran Harus Dihentikan
Mengutip laporan The Wall Street Journal Jumat, Steve Witkoff menegaskan bahwa dalam pertemuan nanti, ia akan menyampaikan dengan jelas bahwa:
“Posisi Amerika Serikat adalah pembongkaran penuh atas program nuklir Iran.”
Ia menambahkan bahwa pemerintahan Trump tidak akan mengizinkan Iran mengembangkan senjata nuklir, dan menyebut hal itu sebagai “garis merah”. Meskipun demikian, Witkoff menyatakan bahwa AS masih bersedia melakukan kompromi dalam beberapa aspek untuk mencapai kesepakatan damai.
Iran Nyatakan Harapan Capai Kesepakatan Awal
Sebelum memulai negosiasi, Menlu Iran Abbas Araghchi sempat bertemu dengan pejabat tinggi Oman dan menyampaikan harapannya untuk membuka jalan menuju kesepakatan.
Araghchi menyatakan: “Kami berharap dapat mencapai kesepakatan awal yang bisa membuka pintu bagi proses perundingan lebih lanjut.”
Fakta Teknis: Enrichment Uranium Iran Hampir Mencapai Standar Militer
Sejak Februari tahun ini, Trump kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran. Namun demikian, Iran terus melanjutkan pengayaan uranium, yang kini telah mencapai kemurnian 60%—hampir mendekati tingkat yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata nuklir.
Trump sendiri telah berulang kali menyatakan bahwa jika negosiasi gagal, serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran akan dilakukan, dengan kemungkinan besar dipimpin oleh militer Israel.
Kondisi Timur Tengah Mendorong Negosiasi
Sejak tahun 2023, kawasan Timur Tengah terus dilanda konflik—mulai dari perang di Gaza, bentrokan di Lebanon, serangan AS terhadap milisi Houthi, hingga runtuhnya rezim di Suriah. Situasi ini menyebabkan penurunan signifikan atas pengaruh geopolitik Iran di kawasan, yang menjadi salah satu faktor penting dalam digelarnya kembali perundingan ini. (Jhon)
Sumber : NTDTV.com