Terungkap: Operasi Mata-mata dengan Seks Sebagai Senjata – “Proyek Pasukan Wanita Merah” Milik Rezim Tiongkok

EtIndonesia. Skandal seks dan korupsi di kalangan pejabat Tiongkok bukan lagi rahasia. Kini, perhatian publik kembali tertuju pada operasi spionase luar negeri yang menggunakan taktik seks sebagai alat utama infiltrasi. Salah satu program rahasia yang kini mulai terbongkar adalah apa yang disebut sebagai “Rencana Pasukan Wanita Merah” atau Red Female Army Project.

Peringatan dari AS: Hubungan Romantis dengan Warga Tiongkok Dilarang

Sejak awal April, menyusul pengumuman Presiden Donald Trump tentang pemberlakuan tarif global, ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus meningkat. Di tengah perang dagang ini, AS meningkatkan kewaspadaan terhadap infiltrasi Tiongkok melalui hubungan seksual atau romantis.

Menurut laporan Associated Press, Pemerintah AS telah melarang seluruh personel pemerintah AS di Tiongkok—termasuk keluarga dan kontraktornya—untuk menjalin hubungan asmara dengan warga negara Tiongkok. Larangan ini merupakan yang paling ketat sejak era Perang Dingin.

Tahun lalu, AS juga memberlakukan aturan yang melarang staf Kedutaan Besar dan lima Konsulat AS di Tiongkok untuk terlibat dalam hubungan romantis atau seksual dengan staf keamanan atau logistik lokal.

Pengamat: AS Kini Anggap Tiongkok Ancaman Setara Era Uni Soviet

Dalam artikel yang diterbitkan di Taiwan pada 12 April, pengamat independen Du Zheng menyebut bahwa tindakan Amerika ini menandai dimulainya babak baru “Perang Dingin”. AS memperlakukan Beijing sebagai ancaman besar dan mencegah upaya spionase melalui “honeypot” atau jebakan seksual yang digunakan untuk mencuri rahasia negara.

Du menekankan bahwa penggunaan seks dalam operasi intelijen oleh rezim Tiongkok bukan tindakan acak, tetapi program yang terorganisir dan terencana. Agen wanita yang ditugaskan untuk misi ini bahkan dipuja sebagai “pahlawan nasional” oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Proyek dari “Pasukan Wanita Merah”: Dilatih Sejak 1980-an

Seorang mantan pejabat kota yang sudah pensiun mengungkapkan bahwa sejak era reformasi dan keterbukaan tahun 1980-an, PKT telah meluncurkan sebuah program rahasia bernama “Rencana Pasukan Wanita Merah”, yaitu pelatihan agen wanita untuk dikirim ke luar negeri sebagai mata-mata dengan misi seks.

Menurut sumber, Kementerian Keamanan Negara (MSS) memulai rekrutmen ini lewat universitas, terutama dari kampus berbahasa asing di Beijing. Mereka yang direkrut harus memiliki “latar belakang politik bersih”, sering kali adalah anak pejabat tinggi.

“Latihan awal mungkin hanya sehari, tetapi komitmen kepada dinas intelijen berlangsung seumur hidup,” menurut sumber.

Program serupa juga dijalankan oleh departemen militer, Kementerian Luar Negeri, serta United Front Work Department—semuanya menggunakan metode rekrutmen tersembunyi, dan lebih fokus pada pemanfaatan agen wanita.

20 Tahun Terakhir: Dari Agen Rahasia Menjadi ‘Senjata’ Korporat

Dalam dua dekade terakhir, menurut artikel tersebut, program ini makin kotor dan kompleks. Banyak dari agen “Pasukan Wanita Merah” berasal dari kalangan korporat besar yang digunakan untuk menjerat pejabat demi keuntungan bisnis.

Salah satu contoh: seorang direktur kantor dari perusahaan besar di Tiongkok daratan mengungkap bahwa seluruh divisi humas perusahaannya terdiri dari perempuan dan mereka sering diberi “tugas khusus” yang mencakup mengatur pejabat untuk ‘ditangani’ demi kepentingan bisnis.

Jebakan Seksual sebagai Alat Infiltrasi Global

PKT juga menggunakan strategi ini untuk menyusup ke negara-negara lain, mulai dari politisi tingkat tinggi hingga staf magang. Strategi jangka pendek berupa hubungan seksual singkat, sedangkan strategi jangka panjang melibatkan pernikahan resmi dengan target.

Beberapa kasus mencuat:

  • 2010: Agen Tiongkok Fang Fang (Christine Fang) membangun hubungan dengan beberapa politisi Partai Demokrat AS, termasuk Eric Swalwell. Kasus ini bocor ke publik dan Fang buru-buru kembali ke Tiongkok.
  • 2011: Surat elektronik mesra antara anggota parlemen Kanada Bob Dechert dan jurnalis Xinhua, Shi Rong, bocor. Setelah itu, Shi dipulangkan ke Tiongkok.
  • 2017: Weekly Taishu dari Jepang mengungkap bahwa sekitar 5.000 agen Tiongkok aktif di Jepang, dan 800 tentara Jepang menikahi wanita asing—70% di antaranya adalah warga Tiongkok.
  • 2011: Aktris Tiongkok Shao Xiaoshan mengaku pernah dijadikan agen oleh militer Tiongkok dan diperintahkan menjalin hubungan dengan anak-anak diplomat asing.

Peran Taishang (Pebisnis Taiwan di Tiongkok) dalam Jebakan Politik

Li Mengju, seorang pengusaha Taiwan yang sempat ditahan di Tiongkok, mengatakan pada November 2023 bahwa banyak politisi Taiwan telah dijebak melalui wanita Tiongkok yang diduga agen intelijen, dan prosesnya sering difasilitasi oleh pebisnis Taiwan.

“Politisi harus waspada. Sekali terjebak, karier politik bisa hancur,” katanya.

Penutup: Seruan Menolak Rezim

Penulis artikel, Du Zheng, mengakhiri tulisannya dengan seruan tegas: “Warga Tiongkok di luar negeri harus menyadari sifat jahat rezim yang bersandar pada ajaran Marxis-Leninis ini. Hanya dengan menolaknya sepenuh hati dan ikut serta dalam arus besar global untuk ‘menumbangkan Komunis Tiongkok’, barulah kita bisa mengembalikan kehormatan sejati sebagai anak bangsa Tionghoa.” (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS