Trump  Bebaskan Ponsel, Komputer, dan Elektronik dari Tarif Resiprokal

Perusahaan teknologi seperti Apple mendapatkan keringanan dari kebijakan ini

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump membebaskan berbagai produk sehari-hari, khususnya dalam kategori elektronik, dari tarif timbal balik saat diimpor ke Amerika Serikat.

Barang-barang yang dikecualikan dari tarif ini mencakup ponsel pintar, komputer, server, laptop, tablet, motherboard, prosesor, modul memori, mesin untuk pembuatan perangkat semikonduktor, sirkuit terintegrasi, panel layar datar, dan perangkat terkait lainnya, menurut panduan terbaru dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS yang diterbitkan pada 11 April.

Barang-barang ini akan dibebaskan dari tarif yang diberlakukan Trump terhadap negara-negara asing, termasuk tarif sebesar 145 persen yang dikenakan pada Tiongkok — yang merupakan produsen dan pemasok utama dari semua komponen tersebut.

Keringanan tarif ini menjadi angin segar bagi perusahaan teknologi seperti Apple, yang sahamnya sempat anjlok sejak Trump mengumumkan penerapan tarif pada 2 April.

Harga saham Apple turun hampir 23 persen, dari $223,89 pada 2 April menjadi $172,42 pada 8 April. Nilai kapitalisasi pasar perusahaan tersebut merosot hampir $640 miliar. Sejak itu, saham Apple sebagian telah pulih, diperdagangkan di angka $198,15 saat artikel ini diterbitkan.

Barang-barang lain yang termasuk dalam pengumuman tersebut antara lain router, modem, switch jaringan, perangkat penyimpanan SSD, USB drive, kartu SD, modul layar seperti LCD dan OLED, monitor komputer, beberapa jenis transistor, sel surya, LED, mikrochip, mikroprosesor, chip memori, dan lainnya.

Trump mengumumkan tarif resirokal sebagai balasan atas hambatan perdagangan yang diberlakukan oleh negara-negara terhadap barang-barang ekspor AS. Sebuah tarif global dasar sebesar 10 persen diberlakukan, bersamaan dengan tarif khusus berdasarkan sikap dagang masing-masing negara terhadap AS.

Saat mengumumkan tarif tersebut, Menteri Keuangan Scott Bessent memperingatkan negara-negara lain untuk tidak melakukan pembalasan.

Namun, Tiongkok menolak untuk patuh dan justru memberlakukan tarif balasan terhadap Amerika Serikat, yang memicu perang dagang. Saat ini, AS telah memberlakukan tarif sebesar 145 persen terhadap pusat manufaktur Asia itu. Sebaliknya, Tiongkok membalas dengan tarif sebesar 125 persen terhadap AS.

Sementara itu, Trump menghentikan sementara penerapan tarif terhadap negara-negara lain untuk bernegosiasi mendapatkan kesepakatan dagang yang lebih baik bagi Amerika Serikat.

Tarif Trump juga memicu volatilitas di pasar AS dan global, berdampak pada obligasi dan imbal hasil treasury.

Beijing berupaya mengurangi dampak buruk dari tarif tersebut dengan mendevaluasi mata uang yuan, kata para analis kepada The Epoch Times.

Pada 8 April, bank sentral Tiongkok, People’s Bank of China (PboC), menetapkan nilai tengah yuan di angka 7,2038 per dolar AS — menandai pertama kalinya sejak September 2023 nilai tukar melewati ambang batas 7,2.

Hingga 11 April, nilai tukar berada di sekitar 7,291 yuan per dolar AS.

Depresiasi yuan yang disengaja ini menjadi salah satu alasan mengapa Trump memberlakukan sanksi yang lebih keras terhadap rezim tersebut, di samping pencurian kekayaan intelektual, dumping produk di pasar luar negeri, dan ketidakseimbangan perdagangan besar dengan Amerika Serikat.

Cindy Li turut berkontribusi dalam laporan ini.

FOKUS DUNIA

NEWS