Perang Tarif Bayangi Canton Fair Pertama: Pesanan dari AS dan Eropa Anjlok, Industri Muram

EtIndonesia. Dalam bayang-bayang pemisahan perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, Canton Fair (Pameran Impor-Ekspor Tiongkok) resmi dibuka pada 15 April 2025. Banyak peserta pameran mengatakan bahwa tahun ini bukan hanya pesanan dari pelanggan Amerika yang hampir berhenti total, tetapi juga pelanggan dari Uni Eropa berkurang drastis. Pasar digambarkan seperti sedang “membeku” dan masa depan perusahaan ekspor Tiongkok menghadapi tantangan berat.

 “(Pukul 10:30 pagi) satu orang asing pun tidak ada, semuanya orang Tiongkok,” demikian komentar peserta pameran Tiongkok.

Pameran telah berlangsung selama dua hari. Banyak peserta menyatakan bahwa meskipun Canton Fair dianggap sebagai barometer perdagangan luar negeri Tiongkok, pesanan yang masuk tahun ini sangat sepi, bahkan yang terburuk sepanjang sejarah penyelenggaraannya. Pelanggan dari AS sangat sedikit, dan pembeli dari Uni Eropa pun turun drastis.


“Seluruh Canton Fair, pelanggan dari Eropa dan Amerika — terutama dari Amerika — turun sangat banyak,” demikian perekam video. 

Menurut panitia penyelenggara, hingga 8 April, sekitar 170.000 pembeli luar negeri telah mendaftar untuk mengikuti pameran kali ini. Namun, pembeli dari Amerika Serikat dan Eropa hanya menyumbang 10%, jauh lebih rendah dibandingkan 20% pada edisi sebelumnya. Dan data sebenarnya kemungkinan lebih buruk lagi.

 “Ini menunjukkan bahwa struktur perdagangan luar negeri Tiongkok sedang mengalami perubahan besar, tentu saja ini terkait dengan perang dagang Tiongkok-AS dan kebijakan tarif baru dari Presiden Trump sejak awal April,” ujar Prof. Xie Tian dari Sekolah Bisnis Aiken, Universitas Carolina Selatan.

Setelah Trump meluncurkan kebijakan tarif timbal balik bulan ini, lebih dari 100 negara memilih untuk bernegosiasi secara bilateral dengan AS, sementara pemerintah PKT justru langsung membalas dengan langkah balasan. Pada  Rabu, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan bahwa karena langkah-langkah balasan dari pemerintah PKT yang terus berlanjut, beberapa barang dari Tiongkok yang masuk ke AS akan dikenakan tarif hingga 245%.

Banyak eksportir Tiongkok mengatakan bahwa selama pandemi, ekonomi Tiongkok memang sudah lesu. Kini, dengan eskalasi perang tarif Tiongkok-AS, pasar ekspor menjadi “membeku”, dan prospeknya sangat tidak optimis.

 “Trump saat ini sedang mengadakan negosiasi perdagangan secara individual dengan lebih dari 130 negara selain Tiongkok. Tujuannya jelas: untuk mengisolasi Partai Komunis Tiongkok dan mengakhiri ketergantungan dunia terhadap Tiongkok sebagai ‘pabrik dunia’. Ini akan menyebabkan restrukturisasi besar dalam rantai industri dan pasokan, memaksa perusahaan-perusahaan dalam rantai pasokan itu untuk meninggalkan Tiongkok. Jadi perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Utara kemungkinan besar akan turun drastis dalam waktu dekat,” kata Xie Tian.

Beberapa perusahaan swasta juga menyatakan bahwa dalam tekanan tarif ini, mereka berpotensi bangkrut, hal yang lebih mereka khawatirkan adalah bahwa pemerintah PKT akan mengalihkan krisis ini kepada rakyat, yang pada akhirnya akan menyebabkan lebih banyak pengangguran.


“Korban sebenarnya tetap rakyat biasa, benar begitu kan? Karena pabrik itu harus menggaji orang, dan orang harus hidup. Kalau barang tidak bisa diekspor, uang tidak bisa masuk, bagaimana gaji dibayar? Itu masalah pertama. Masalah kedua, kalau gaji tidak bisa dibayar, berarti akan muncul masalah pengangguran. Dan setelah itu, akan muncul banyak masalah sosial lainnya,” demikian komentar pedagang Tiongkok. 

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS