Para Ilmuwan Mengklaim Yesus Mungkin Tidak Mati di Kayu Salib dan Batu Penutup Makamnya Bergeser dengan Sendirinya

EtIndonesia. Paskah adalah waktu di mana umat Kristen di seluruh dunia berkumpul untuk mengenang penyaliban Yesus.

Sebuah kisah setua waktu (atau 2.000 tahun), menggambarkan putra Tuhan dibunuh di kayu salib sebelum dikuburkan di ruang bawah tanah, yang disegel dengan batu besar.

Namun, tiga hari kemudian, dikatakan bahwa dia bangkit dari kematian ketika batu itu bergeser dari pintu masuknya dan kuburan dibiarkan kosong.

Tetapi bagaimana ini mungkin terjadi jika tidak ada manusia yang dapat mengesernya?

Untuk ini, beberapa orang berpikir bahwa pasti ada unsur supranatural.

Bagi para ilmuwan, mereka masih memperdebatkan apakah Yesus benar-benar mati di kayu salib atau tidak.

Ini yang dikenal sebagai Teori Pingsan.

Teori pingsan

Teori ini memunculkan gagasan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, dan Dia hanya pingsan.

Kemudian, ketika Yesus diturunkan dan ditempatkan di dalam makam, Dia tersadar dan sesuatu terjadi yang menyebabkan batu penutup makam itu terlepas dari pintu masuknya.

Mengingat batu itu tampaknya sangat besar, dibutuhkan mesin berat untuk memindahkannya.

Jadi, di situlah teori gempa bumi juga berperan.

Apa teori gempa bumi itu?

Dalam Injil, Maria Magdalena konon mengunjungi makam tempat jenazah Yesus dikuburkan dan mendapati batu itu telah dipindahkan.

Nah, sementara orang-orang mungkin bersikap defensif bahwa gempa bumi dapat memindahkan batu itu, beberapa catatan Injil justru dapat membuktikan kebenarannya.

Menurut Injil Matius, dua gempa bumi besar mengguncang tanah sekitar waktu kematian Yesus dan kebangkitannya berikutnya.

Profesor Lawrence Mykytiuk, dari Universitas Purdue, adalah seorang ahli Alkitab Ibrani yang mengatakan kepada MailOnline: “Anda benar dalam menganggap bahwa gempa bumi memang dapat menghancurkan makam.”

Menurut Matius bab 27:50, ketika Yesus meninggal, ‘bumi berguncang, batu-batu terbelah, dan makam-makam terbelah.’

Profesor itu berkata: “Pada sore hari Jumat Agung dua ribu tahun yang lalu, terjadi gempa bumi pertama ketika Yesus meninggal, tetapi tubuhnya masih dipaku di kayu salib, sehingga gempa pertama itu tidak mungkin memengaruhi makamnya.

“Tetapi memang terjadi gempa bumi kedua, gempa bumi yang dahsyat, kali ini pada dini hari Minggu Paskah.”

Jadi, masuk akal jika gempa kedua membuka makam itu.

Hebatnya, bukti ilmiah mendukung klaim tersebut.

Ahli geologi dari Pusat Penelitian Geofisika Jerman mempelajari sampel inti tanah dari sekitar Laut Mati untuk mencocokkan kejadian tersebut.

Menurut sampel tersebut, gempa bumi besar terjadi pada tahun 31 SM dan gempa bumi yang lebih kecil antara tahun 26 dan 36 M.

Penyaliban Yesus dikatakan terjadi pada tahun 33 M.

Para peneliti dengan demikian menyimpulkan bahwa ‘gempa bumi yang dijelaskan dalam Injil Matius terjadi kurang lebih seperti yang dilaporkan.’

Akan tetapi, teori lain meyakini bahwa para pengikut Yesus mencuri jenazah Yesus untuk memalsukan kebangkitan, meskipun dalam Injil Matius disebutkan bahwa para pendeta kota telah menyebarkan desas-desus bahwa jenazah Yesus telah dicuri, dan Yesus tidak bangkit.

Tetapi bagaimana mungkin jenazah Yesus dicuri?

Alkitab menyebutkan sekelompok tentara Romawi berjaga di luar makam untuk memastikan tidak ada yang mengganggu jenazah tersebut.

Profesor Mykytiuk berkata: “Bahkan jika para pengikut Yesus mengingat dan memercayai ramalan Yesus bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga – yang tentu saja tidak mereka percayai – mereka harus melawan tentara Romawi untuk mencuri jenazah tersebut. Semoga berhasil.” (yn)

Sumber: ladbible

FOKUS DUNIA

NEWS